Yooo, siapa yang tidak tau ChatGPT? Kecerdasan buatan yang mampu berkomunikasi dengan pengguna lewat media chat. yaa, ni bukan lagi jadi hal ynag asing buat kita. apalagi untuk mahasiswa, mungkin sudah berteman baik, atau bahkan menjadi bestie ChatGPT.Â
Gimana enggak, dia bisa bantu nyelesaiin tugas-tugasmu yang menggunung itu dalam sekejap. karena oenasaran, Aku pernah bereksperimen minta tolong ke ChatGPT untuk buatin artikel yang akan dimuat di Kompasiana, hasilnya WOW.Â
Artikel yang berjumlah sekitar 600 kata bisa diselesaiin dalam waktu yang singkat, tinggal duduk diam dan BOOM! jadi satu konten artikel utuh. Tetapi, apakah konten itu aku muat di Kompasiana? tentu saja tidak, selain melanggar etika, itu merupakan salah satu bentuk penghinaan ke penulis-penulis yang pure membuat konten dengan kemampuannya sendiri.
Memang mengejutkan hasilnya, setelah kubaca, yaa keliatan seperti karya tulis manusia. tetapi setelah kucoba beberapa kali, aku nemu nih kelemahannya, yaitu format artikel dan gaya penulisannya. jadi, apa ChatGPT ini bisa menggantikan tugas penulis?
Dengan adanya perkembangan teknologi seperti ini, seharusnya pola pikir kita juga ikut berkembang berdampingan. ChatGPT bisa sangat powerfull apabila kita bisa menggunakannya dengan bijak, kita bisa menjadikannya sebagai asisten dan pendamping kita dalam menyelesaikan pekerjaan, bukan malah kita yang dituntun oleh kecerdasan buatan ini. aku sempat bertanya kepada temanku yang berprofesi sebagai Copywriter dan programmer, dia bilang bahwa ChatGPT memang bisa membantunya dalam menyelesaikan pekerjaan secara singkat, tetapi bukan berarti menyerahkan seluruh pekerjaan dan tanggungjawab kita kepada ChatGPT.Â
Setelah mendapatkan beberapa pelajaran darinya, aku mulai menerapkan apa pelajaran yang kudapat, salah satunya adalah menjadikan ChatGPT sebagai asisten dalam mennulis artikel ini, poin-poin dari artikel ini dibuat oleh kemampuan ChatGPT, dan aku
 disini hanya memperluas pembahasan poin tersebut.
Berbicara tentang etika, ada beberapa etika penulisan yang harus kita perhatikan dalam penggunaan ChatGPT, berikut diantaranya:Â
Menurutku, etika penggunaan ChatGPT sangat penting untuk dipertimbangkan. Berikut beberapa poin yang bisa menjadi pertimbangan dalam hal ini:
1. Jangan menggantikan usaha dan kerja keras
Penggunaan ChatGPT sebaiknya tidak menggantikan usaha dan kerja keras mahasiswa dalam memahami materi dan mengerjakan tugas. ChatGPT seharusnya digunakan sebagai alat bantu atau referensi tambahan, bukan sebagai pengganti upaya pribadi.
2. Menggunakan dengan bijak
Penting untuk menggunakan ChatGPT dengan bijak dan bertanggung jawab. Jangan mengandalkan ChatGPT sepenuhnya dalam mengerjakan tugas broo, tetapi gunakanlah sebagai sumber informasi tambahan untuk memperdalam pemahaman dan memecahkan masalah.
3. Memahami batasan ChatGPT
Nah ini nih yang penting untuk dierhatikan juga, ChatGPT itu model AI berbasis teks yang tidak memiliki pemahaman atau pengetahuan yang sama seperti manusia. Sebagai pengguna, perlu diingat bahwa respon yang dihasilkan oleh ChatGPT mungkin tidak selalu benar atau lengkap. Oleh karena itu, tetaplah kritis dan verifikasi informasi yang diberikan oleh ChatGPT, biar otak kita juga tetep jalan broo.
5. Mengembangkan keterampilan sendiri
Fokus pada pengembangan keterampilan pribadi, pemahaman yang mendalam, dan kemampuan berpikir kritis. Gunakan waktu dan upaya untuk belajar dan memahami materi secara mandiri, sehingga memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam dan keterampilan yang berguna di luar penggunaan ChatGPT.Intinya jangan cuma ngandelin ChatGPT aja, keterampilan dan kemampuanmu itu broo yang utama.
6. Konsultasi dengan dosen atau teman sekelas
wett.. weettt... ini nih yang sering terjadi, jika ada kesulitan atau pertanyaan, lebih baik berkonsultasi ke dosen atau teman sekelasmu gitu, jangan gara-gara gapaham, larinya langsung ke ChatGPT. Diskusi dan kolaborasi dengan orang lain itu dapat membantu memperluas pemahaman dan sudut pandang dalam belajar lohh.
Selain itu, ada dampak njangka panjang yang harus kita perhatikan juga nih bro, terus-terusan mengandalkan ChatGPT buat mengerjakan tugas tanpa melibatkan usaha dan pemahaman pribadi dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan, seperti kurangnya pemahaman yang mendalam terhadap materi, hilangnya keterampilan berpikir kritis yang penting untuk analisis dan evaluasi, terciptanya ketergantungan pada teknologi yang merugikan ketika tidak tersedia, hilangnya kepercayaan diri dalam kemampuan pribadi, dan kurangnya pengembangan kreativitas dan inovasi dalam pendekatan tugas yang mempengaruhi aspek originalitas dan pemikiran unik.
Yokk mari kita berkembang berdampingan dengan teknologi-0teknologi yang baru. memanfaatkannya dengan bijak bukan malah dimanfaatkan....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI