Mohon tunggu...
Dio Rizky
Dio Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Dopamine Detox" Cara Me-reset Otak agar Lebih Produktif

2 Maret 2023   02:01 Diperbarui: 2 Maret 2023   02:30 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://atlasbiomed.com/blog/dopamine-detox-what-is-it-how-do-you-do-it-and-does-it-work/amp/

Pernahkah kamu lebih memilih push rank daripada menyelesaikan tugas-tugasmu yang menumpuk, atau marathon drama korea yang sampe puluhan episode, atau lebih memilih seharian rebahan sambil scroll tiktok daripada berolahraga. Sering kali juga kamu membuka Twitter, Instagram, atau game di sela-sela kesibukanmu, dan mungkin kamu akan mendapatkan kesenangan dan merasa refresh secara instan.

Pernahkah ketika kamu sedang rebahan menikmati waktu luang sanbil bermain HP, misalnya membuka tiktok, Instagram, YouTube dan ketika menutup aplikasi tersebut, secara reflek kamu kembali membukanya lagi, padahal baru beberapa detik kamu menutup dan meletakkan hp mu?

Atau apakah kamu sudah mulai merasakan kehilangan esensi dari kebahagiaan yang sebenarnya, karena merasa bahwa hal itu sudah sangat mudah untuk didapatkan belakangan ini. Dengan segala teknologi yang ada, kamu tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan kebahagiaan dan hiburan yang dulu sangat kamu dambakan. 

Bosan? lelah? pusing? stress? Hanya dengan Handphone mu, kamu dapat mendapatkan kebahagiaan dalam sekejap, bahkan tanpa usaha yang besar. Seringkali juga kita terlelap dalam genggaman ponsel yang kemudian melupakan pekerjaan yang seharusnya kita lakukan. Karena kemudahan akses dalam menggapai kesenangan inilah yang membuat kita kehilangan esensi dari apa itu kebahagiaan yang sebenarnya.

Namum kebiasaan impulsif seperti ini akan berdampak buruk bagi kita apabila dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, salah satunya adalah membuat kita menjadi "mager" atau malas gerak. Dikutip dari artikel kompasiana yang ditulis Daffa dengan judul "Fenomena Malas Gerak Atau Mager Di Kalangan Remaja" mengatakan bahwa ada beberapa dampak buruk apabila kita malas geraka, diantaranya adalah, tingkat konsentrasi menurun, Beresiko Meningkatkan Resiko Penyakit Stroke dan Serangan Jantung, Menurunkan kemampuan kognitif, dll.

Selain itu dampak dari kebiasaan impulsif ini juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan psikologis kita.

Ada salah satu metode yang dapat membantu kita keluar dari lingkaran setan tersebut, yaitu Dopamine Detox atau bisa disebut juga dengan puasa dopamin.

Jadi, apa itu dopamin? Dopamin adalah salah satu senyawa kimia organik yang berperan penting sebagai hormon dan neuro transmitter di dalam tubuh dan otak agar membuat kita menginginkan sesuatu, dan dengan adanya keinginan kita menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu agar tercapai keinginan kita.

Dopamine Detox adalah tentang bagaimana kita menghindari terlebih dahulu dorongan-dorongan yang sekiranya membuat kita candu dan terlena.

Selain contoh yang disampaikan di awal tadi, ada banyak aktifitas yang dapat menghasilkan dopamin. Segala bentuk aktifitas yang berpotensi memberikan reward atau imbalan akan menghasilkan dopamin. Bahkan hal terkecil seperti makan dan minum saja dapat menghasilkan dopamin, karena dengan makan dan minum kita dapat memuaskan perut dan tenggorokan dengan hilangnya lapar dan dahaga.

Harus diketahui bahwa semakin dikit imbalan yang kita terima, semakin sedikit pula dopamin yang dihasilkan. Tetapi masalahnya adalah apabila kita sudah terbiasa mendapatkan dopamin dalam skala yang besar, seperti bermain game, menonton film, rebahan sepanjang hari, bahkan sampai menonton konten pornografi.

Layaknya upah pekerjaan, semakin kita sering mendapatkan dopamin dalam skala yang besar, maka kita juga semakin malas melakukan aktifitas yang menghasilkan dopamin yang sedikit, inilah yang menyebabkan kita menjadi mager dan tidak produktif.

Nah, salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan menerapkan dopamine detox. Dimulai dari hal terkecil dulu, kita dapat meng-uninstall sosial media kita selama beberapa waktu.

Kemudian kita bisa menentukan seberapa lama kita akan menjalani dopamine detox ini. Misalkan saja dalam waktu 2 minggu, jadi selama jangka waktu tersebut kita harus berhenti melakukan aktifitas yang menghasilkan dopamin yang besar diantaranya adalah bermain sosial media, menonton film, makan junkfood , bahkan menonton konten pornografi. Aktifitas-aktifitas tersebut dapat kita ganti dengan hal-hal yang produktif seperti, menulis jurnal, belajar, meditasi, membaca buku, berolahraga dan sebagainya, aktifitas ini tetap menghasilkan dopamin, namun jauh lebih sehat dan produktif.

Dengan ini dapat dilihat bahwa salah satu tujuan dari dopamine detox adalah membuat aktifitas yang membosankan menjadi lebih menyenangkan, sehingga kita bisa melakukan aktifitas-aktifitas yang lebih bermanfaat dan produktif.

Lakukan ini secara bertahap dan konsisten, setidaknya luangkan waktu satu minggu setiap bulannya untuk melakukan dopamine detox.

walaupun kita sedang berupaya untuk me-reset otak kita, namun kita tidak boleh melakukan hal ini secara berlebihan, tetap gunakan sosial media dan internet untuk hal yang menunjang produktifitas.

Bukan berarti kita tidak boleh mendapatkan dopamin dalam skala yang besar, silahkan tetap bermain game, menonton film, dan rebahan, namun dengan catatan setelah kita selesai melakukan aktifitas kita selama seharian, berikan dopamin yang tinggi ke diri kita di penghujung hari, sebagai reward  bahwa kita telah melakukan pekerjaan kita dengan baik selama satu hari. 

Perlu diingat, hanya berikan dopamin yang tinggi di akhir hari, karena apabila kita memberikannya pada awal hari akibatnya adalah kita akan malas dan tidak produktif, karena imbalannya sudah kita terima terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun