warung padang di Cirebon. Berawal dari video yang viral di social media (instagram & tiktok) yang menunjukkan sebuah ormas yang merazia sebuah warung padang di Cirebon. Warung padang yang dirazia tersebut ditengarai bukan dimiliki atau dimasak oleh orang minang asli. Sehingga dituduh sebagai warung padang abal-abal. Pemilik warung padang ini ternyata orang Jawa, bukan Padang sama sekali. Awal kejadian ini dipicu oleh keberadaan warung padang abal-abal ini yang lebih ramai pembeli, daripada warung padang asli. Diduga karena harganya juga murah. Hanya 10 ribuan sudah bisa makan seporsi nasi padang lengkap dengan lauknya. Di tengah ekonomi yang makin sulit, orang -orang tentulah maunya irit. Sehingga keberadaan warung padang yang ternyata murah meriah ini adalah jawaban yang tepat.Â
Belum lama ini ramai berita mengenai raziaRazia ini mengundang kecaman dan bulan-bulanan dari warga net. Banyak komentar yang membela keberadaan warung padang aspal ini. Banyak pula yang menyalahkan warung padang asli yang buka di tanah Jawa, kalau gak mau bersaing dengan orang Jawa, ya buka warung padangnya di Padang aja. Beberapa komen sarkas bertebaran di socmed. Buat mereka keberadaan warung padang aspal/Jawa gak ada yang salah. Justru malah menjadi alternatif yang baik dan menguntungkan. Dibanding dengan warung padang asli, yang  tentu saja harganya akan lebih mahal. Dan konsumen mulai sadar, bahwa mereka maunya tetap makan yang enak tapi harga murah. Warung padang aspal yang rata-rata dimiliki dan dimasak oleh orang Jawa (Jawa Tengah), ini mengerti yang dimaui oleh konsumen. Soal rasa, warung padang jawa ini juga gak jauh beda.  Jadi gak ada alasan bagi konsumen untuk menolak kehadiran warung padang Jawa ini. Malah buat konsumen inilah jawaban atas kebutuhan mereka.
Ada cerita menarik mengenai warung padang Jawa. Kini keberadaan warung padang jawa makin bertebaran. Harga yang dibanderol rata-rata lebih murah dari warung padang asli. Rata-rata harganya kisaran 10.000 sampai 13.000. Cita rasanya tidak jauh berbeda. Â Mereka memang sepertinya berkorban mengambil keuntungan kecil, demi mengumpulkan pelanggan yang banyak. Konon mereka hanya mengambil untung anatara 2.000 sampai 3.000 rupiah saja. Tapi karena rasa yang gak jauh beda dari yang asli, namun harga sangat terjangkau, jadinya banyak orang yang pindah ke lain hati. Mereka lebih milih padang Jawa. Apalagi buat kaum mending-mending, dan kaum hematolophus.
Di lebak bulus ada warung Padang Jawa yang cukup terkenal. Tadinya pemiliknya adalah pembantu di rumah makan Padang asli. Dia seorang pria muda dari Kebumen. Dia hanyalah tukang cuci piring. Setelah lama mengabdi, jabatannya mulai naik menjadi tukang mengupas bawang merah dan bawang putih. Kerjaan nya hanya itu saja. Lama-lama dia diminta membantu di dapur. Mulai membantu memasak. Menuang bumbu, mengaduk daging, sayur dan sejenisnya. Dari sinilah dia mulai melihat bagaimana meracik bumbu, bagaimana mengolah masakannya, hingga menjadi sajian lezat masakan padang. Tentu saja bumbu rahasia tetap di pegang Chef Padang Asli tersebut. Dia akhirnya keluar dari pekerjaannya sebagai pembantu di dapur restoran Padang. Dia mulai membuka warung makan tenda, kaki lima.
Sebenarnya dia tidak menyebut dirinya warung tenda masakan padang. Dia hanya menyebut warung makan saja. Hanya saja menu yang disajikannya mirip dengan masakan-masakan Padang. Sesuai dengan menu-menu tempat dia bekerja dulu. Dia membuka warungnya di pinggir tanah lapang, daerah tempat orang-orang biasa mengadu burung (merpati), tapi juga berdekatan dengan perkantoran. Warung makan tenda ini makin disukai oleh pekerja-pekerja kantoran karena enak, rasa padang, dan murah. Karena sepuluh ribuan sudah bisa makan Padang, makin lama makin banyak orang yang datang. Makin banyak orang yang suka. Warungnya pun disebut sama pelangganya sebagai warung padang Jawa. Karena yang punya, sekaligus chefnya orang Kebumen asli. Padang kok ngapak. Tapi ya gak papa. Yang penting konsumen suka.
Keberadaan warung ini makin membesar bisnisnya. Dari tenda akhirnya pindah ngontrak rumah. Lebih adem, tidak khawatir bocor pas hujan. Pelanggan jadi lebih nyaman. Mulai di rumah ini pelanggannya makin bertambah banyak. Bukan hanya pekerja kantor sekitar warung saja pengunjungnya, namun kini tamu-tamunya banyak yang bermobil. Jenis masakan Padang nya pun makin beragam. Yang gak ada hanya menu, Gajeboh, ayam pop dan asem padeh. Menu yang ikonik buat restoran Padang. Tapi menu-menu standar padang seperti, rendang, tunjang, gulai kikil, Ayam bakar, ikan bakar, ayam gulai, ayam goreng, sambal ijo, dendeng (bukan batokok), sayur nangka dan sayur singkong. Plus menu yang gak ada di warung Padang Asli: ada orek tempe dan tempe goreng. Karena pemilknya pak Budi, jadilah warung padang ini dinamai RM Padang - Budi Jaya.
Makin Banyak Jawa
Model warung padang Jawa ini makin banyak di Jabodetabek, dan beberapa daerah lain. Termasuk di Cirebon yang di razia seperti cerita di atas. Ada lagi di daerah Depok, Rumah makan Padang yang semua pelayannya ngomong nya ngapak. Mereka memang orang Kebumen. Bahkan mereka sudah memiliki beberapa cabang. Warungnya selalu laris. Pembelinya banyak. Pesanan untuk acara, dan order online juga banyak. Fenomena yang unik sih. Soal harga juga sangat bersahabat. Di Cipete raya, Jakarta malah ada warung padang gerobakan yang mangkalnya pas di depan RM Padang Pagi Sore. Pemandangan yang kontras. Padang gerobakan diserbu pembeli pekerja-pekerja kasar, tukang, pekerja kelas bawah dan ojek-ojek online. Sementara Pagi Sore pelanggannya bermobil. Kelas nya beda. Tapi masing-masing punya pelanggan sendiri-sendiri.
Jangan Takut Bersaing
Berdagang atau bisnis apapun jangan takut bersaing. Kalau ada yang murah jangan takut kalah. Segmen atau target konsumennya mungkin berbeda. Ada yang memang suka dengan cita rasa asli padang. Ada yang suka harga murah, tapi tetap ada citarasa padang nya. Sebagai pebisnis kita harus memposisikan produk kita itu mau dibawa kemana. Kalau memang kita pede dengan citarasa asli Padang, meski harga lebih mahal, ya pede aja di kolam tersebut. Citra keaslian itu yang perlu kita jaga. Dengan banyaknya orang-orang Jawa yang berbisnis masakan Padang, justru malah semakin meningkatkankan kecintaan orang pada masakan Padang. Mereka jika sudah cukup makmur, duit mulai banyak, pasti akan mencari cita rasa Padang asli.