Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kartun Mengentaskan Kemiskinan

10 Agustus 2024   09:29 Diperbarui: 10 Agustus 2024   09:38 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Semarang ada klub para kartunis yang dulu sangat popular. Namanya Secac. Tidak ada hubungannya dengan catur. Secac disini maksudnya adalah, Semarang Cartoonist Club. Sebuah komunitas yang isinya para kartunis-kartunis Semarang. Secac digawangi oleh Yehanna SR. Atau yang biasa akrab dipanggil, mas Yeha. Dia tergolong anak muda yang aktif dan kreatif di Semarang. Berkat tangan dingin mas Yeha ini, lahirlah nama-nama besar kartunis. 

Secac lahir sekitar tahun 1982. Beberapa personel Secac yang popular berkat kartunnya diantaranya adalah: Mas Goen (almarhum), atau Gunawan, yang menjadi kartunis tetap di harian Suara Merdeka, Hoesie kartunis di harian sore Wawasan, Ramli, Cheddar, Jitet Koestana, Mas Wied, Dynz Romero, Mr. Zeggie, Lukis, Ratno Pete, Mas Prie GS (almarhum), dan masih banyak lagi. Rata-rata kartunis ini sudah berkiprah di media-media di Semarang, Nasional dan bahkan beberapa juga sudah berkiprah di kancah International.

Ada yang unik dari keberadaan Secac ini. Dari awalnya hanya sebuah komunitas kecil, tempat berkumpulnya kartunis-kartunis Semarang. Ternyata dari sinilah mas Yeha sebagai ketua Secac, sangat berperan membesarkan profesi kartunis. Mas Yeha berperan membuka ladang kartun di media-media cetak di Semarang. Media-media lokal di Semarang juga media nasional yang rata-rata di Jakarta, menyediakan banyak tempat dan kadang rubrik khusus yang berisi kartun-kartun. 

Inilah ladang besar yang bisa dimanfaatkan oleh para kartunis. Buat kartunis yang rajin membuat karya dan rutin mengirim karyanya, mereka memiliki peluang untuk kartun nya ditayangkan  di media tersebut. Dan dengan tayangnya kartun mereka, otomatis mereka akan mendapatkan honor.

Di Semarang ada koran mingguan, dulu Namanya "Minggu Ini". Dia adalah media/koran tambahan Suara Merdeka, yang khusus terbit di hari Minggu. Nah di koran "Minggu Ini" tersedia rubrik kartun yang cukup besar. 

Awalnya 1 halaman penuh berisi kartun. Disinilah para kartunis bisa mengekspresikan sekaligus memamerkan karya-karya kartunnya. Masing-masing tentu saja beradu lucu. Setiap kartun yang ditayang kan di koran ini akan mendapatkan honor Rp. 1500. 

Nilai yang cukup lumayan di tahun 1985 an. Karena di tahun itu makan nasi rames masih sekitar Rp. 200 sampai Rp. 300. Pokoknya seribu lima ratus rupiah itu cukup lumayan. Sesuatu banget lah. Sebagai catatan juga, harga emas di tahun 1985 masih sekitar Rp. 12.000 an.

Koran "Minggu ini" menjadi media favorit para kartunis. Baik yang kartunis Secac, maupun kartunis dari daerah lain. Setiap kartunis sering mencantumkan nama Secac di pojokan karyanya. Sebagai tanda bahwa yang bersangkutan adalah anggota Secac. Keberadaan Secac yang makin terkenal, menginspirasi seniman-seniman kartun dari daerah lain untuk membuat komunitas yang sejenis. 

Sehingga bermunculanlah klub-klub kartun dari daerah lain, seperti dari Pekalongan, Ungaran, Solo, Tegal, Jakarta, bahkan juga dari Bali. Secara tidak langsung angin segar, kreativitas kartun mulai berhembus. Koran-koran daerah, koran-koran Jakarta, termasuk majalah-majalahnya juga mulai membuka rubrik kartun untuk menampung karya-karya para kartunis yang lucu dan berkualitas.

Untuk media di Semarang saja, tercatat, selain "Minggu Ini" juga ada harian sore Wawasan, majalah Mop, Majalah Hello, Harian Bahari, semua menyediakan tempat di halaman medianya untuk kartun. Masyarakat/pembaca pun mulai banyak menyukai kartun. Para kartunis pun sudah pasti bahagia, karena setiap kartunnya dimuat (tayang) di media (koran, majalah, tabloid), mereka akan memperoleh honor. 

Ada yang lumayan, ada yang cukup aja (kecil gak, besar gak). Beberapa yang kartunnya bagus, lucu dan berkualitas memiliki kesempatan untuk menjadi pengisi tetap di rubrik kartun. Seperti di harian sore Wawasan, saya disediakan tempat untuk diisi dengan kartun strip (kartun 2 - 3 kolom/frame). Ramli salah satu kartunis yang cukup terkenal pada saat itu juga punya kolom di harian yang sama dengan nama rubriknya: Blunder. 

Kebetulan tokoh kartunnya, memang bunder-bunder. Lucu dan menggemaskan. Blunder ini tidak hanya terkenal di koran daerah, bahkan juga di tingkat nasional bahkan internasional. Buat yang memiliki rubrik khusus di koran harian, tentu saja honornya lebih tinggi. Karena dalam seminggu muncul 6 kartun strip. Jadi sebulan bisa dapat honor yang cukup lumayan.

Saya waktu itu dapat honor 120.000 sebulan dari koran Wawasan. Jumlah yang cukup besar. Bisa untuk bayar uang semesteran untuk kuliah saya. Pada tahun segitu, biaya kost per bulan hanya 20 ribu. Makan cukup dengan lauk yang lumayan cukup 500 -- 600 rupiah. Jadi sesungguhnya saya bisa hidup hanya dengan mengartun. 

Jumlah segitu kadang masih dapat lagi dari koran lain kalau kartun saya dimuat. Saat itu media-media di Jakarta jika mengirim honor mereka menggunakan wessel. Alangkah senangnya bila ada pak pos datang tidak membawa surat tapi membawa Wessel, honor dari koran Jakarta.

Kartunis akhirnya banyak dijadikan profesi. Tempat menggali rejeki. Beberapa kartunis yang menjadikan kartun sebagai ladang hidupnya adalah; Mas Itos Budi Santoso. Beliau sangat agresif dalam mengartun. 

Jumlah karya kartunnya sudah tak terhitung. Setiap hari beliau mengartun. Setiap hari dia mengirimkan kartun ke beberapa media. Sehingga dalam seminggu beliau selalu mendapatkan honor dari berbagai media. 

Ramli juga demikian, dengan kartun strip Blunder nya. Yang tidak kalah fenomenal adalah kartunis Jitet Kustana. Berawal dari memenangkan lomba kartun tingkat nasional yang hadiahnya cukup besar, Jitet akhirnya merambah ke festival-festival kartun tingkat dunia. 

Disini hadiah yang didapat nilainya berkali lipat dari yang tingkat nasional. Sudah ratusan kali Jitet memenangkan kompetisi kartun tingkat dunia. Ratusan bahkan ribuan US dollar sudah dia kantongi. Disinilah peran kartun dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sudah banyak kartunis yang terbantu hidupnya berkat me-ngartun.  

Prestasi kartunis-kartunis diatas menginspirasi kartunis-kartunis baru, untuk berbuat yang sama. Mereka terdorong untuk berlomba-lomba berkarya, dan berkiparh di dunia kartun. Dunia kartun mulai sangat seksi dan menarik banyak perhatian. Publik pun mulai terbiasa dan suka dengan kartun.

Mas Yeha sebagai founder Secac, sekaligus bapak kartun Indonesia, memiliki peran besar, dalam membesarkan dunia kartun. Beliaulah yang secara agresif mendorong para kartunis untuk terus berkarya dengan baik. 

Menjaga kualitas kelucuannya. Beliau pula yang beberapa kali menggagas pameran-pameran kartun. Baik tingkat daerah maupun nasional. Bahkan dia juga mendorong beberapa kartunis yang mulai mapan karyanya untuk mengadakan pameran kartun tunggal. 

Sponsor-sponsor dari perusahaan juga mulai berdatangan. Selain kerjasama dengan perusahaan-perusahaan media, jamu Jago, dan beberapa brand lain, juga menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Nama Secac, nama kartunis, dan nama dunia kartun mulai berkibar, bahkan di kancah nasional.

Mas Yeha sangat berjasa besar dalam dunia kartun. Beliau tidak hanya mengayomi kartunis-kartunis Semarang saja, tapi juga menjalain kerjasama dengan kartunis daerah lain. Sehingga semua kartunis tidak ada perseteruan. Justru mereka bersatu dalam kartun.  Bersatu untuk terus lucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun