Semarang ada klub para kartunis yang dulu sangat popular. Namanya Secac. Tidak ada hubungannya dengan catur. Secac disini maksudnya adalah, Semarang Cartoonist Club. Sebuah komunitas yang isinya para kartunis-kartunis Semarang. Secac digawangi oleh Yehanna SR. Atau yang biasa akrab dipanggil, mas Yeha. Dia tergolong anak muda yang aktif dan kreatif di Semarang. Berkat tangan dingin mas Yeha ini, lahirlah nama-nama besar kartunis.Â
DiSecac lahir sekitar tahun 1982. Beberapa personel Secac yang popular berkat kartunnya diantaranya adalah: Mas Goen (almarhum), atau Gunawan, yang menjadi kartunis tetap di harian Suara Merdeka, Hoesie kartunis di harian sore Wawasan, Ramli, Cheddar, Jitet Koestana, Mas Wied, Dynz Romero, Mr. Zeggie, Lukis, Ratno Pete, Mas Prie GS (almarhum), dan masih banyak lagi. Rata-rata kartunis ini sudah berkiprah di media-media di Semarang, Nasional dan bahkan beberapa juga sudah berkiprah di kancah International.
Ada yang unik dari keberadaan Secac ini. Dari awalnya hanya sebuah komunitas kecil, tempat berkumpulnya kartunis-kartunis Semarang. Ternyata dari sinilah mas Yeha sebagai ketua Secac, sangat berperan membesarkan profesi kartunis. Mas Yeha berperan membuka ladang kartun di media-media cetak di Semarang. Media-media lokal di Semarang juga media nasional yang rata-rata di Jakarta, menyediakan banyak tempat dan kadang rubrik khusus yang berisi kartun-kartun.Â
Inilah ladang besar yang bisa dimanfaatkan oleh para kartunis. Buat kartunis yang rajin membuat karya dan rutin mengirim karyanya, mereka memiliki peluang untuk kartun nya ditayangkan  di media tersebut. Dan dengan tayangnya kartun mereka, otomatis mereka akan mendapatkan honor.
Di Semarang ada koran mingguan, dulu Namanya "Minggu Ini". Dia adalah media/koran tambahan Suara Merdeka, yang khusus terbit di hari Minggu. Nah di koran "Minggu Ini" tersedia rubrik kartun yang cukup besar.Â
Awalnya 1 halaman penuh berisi kartun. Disinilah para kartunis bisa mengekspresikan sekaligus memamerkan karya-karya kartunnya. Masing-masing tentu saja beradu lucu. Setiap kartun yang ditayang kan di koran ini akan mendapatkan honor Rp. 1500.Â
Nilai yang cukup lumayan di tahun 1985 an. Karena di tahun itu makan nasi rames masih sekitar Rp. 200 sampai Rp. 300. Pokoknya seribu lima ratus rupiah itu cukup lumayan. Sesuatu banget lah. Sebagai catatan juga, harga emas di tahun 1985 masih sekitar Rp. 12.000 an.
Koran "Minggu ini" menjadi media favorit para kartunis. Baik yang kartunis Secac, maupun kartunis dari daerah lain. Setiap kartunis sering mencantumkan nama Secac di pojokan karyanya. Sebagai tanda bahwa yang bersangkutan adalah anggota Secac. Keberadaan Secac yang makin terkenal, menginspirasi seniman-seniman kartun dari daerah lain untuk membuat komunitas yang sejenis.Â
Sehingga bermunculanlah klub-klub kartun dari daerah lain, seperti dari Pekalongan, Ungaran, Solo, Tegal, Jakarta, bahkan juga dari Bali. Secara tidak langsung angin segar, kreativitas kartun mulai berhembus. Koran-koran daerah, koran-koran Jakarta, termasuk majalah-majalahnya juga mulai membuka rubrik kartun untuk menampung karya-karya para kartunis yang lucu dan berkualitas.
Untuk media di Semarang saja, tercatat, selain "Minggu Ini" juga ada harian sore Wawasan, majalah Mop, Majalah Hello, Harian Bahari, semua menyediakan tempat di halaman medianya untuk kartun. Masyarakat/pembaca pun mulai banyak menyukai kartun. Para kartunis pun sudah pasti bahagia, karena setiap kartunnya dimuat (tayang) di media (koran, majalah, tabloid), mereka akan memperoleh honor.Â
Ada yang lumayan, ada yang cukup aja (kecil gak, besar gak). Beberapa yang kartunnya bagus, lucu dan berkualitas memiliki kesempatan untuk menjadi pengisi tetap di rubrik kartun. Seperti di harian sore Wawasan, saya disediakan tempat untuk diisi dengan kartun strip (kartun 2 - 3 kolom/frame). Ramli salah satu kartunis yang cukup terkenal pada saat itu juga punya kolom di harian yang sama dengan nama rubriknya: Blunder.Â