Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Dibalik Porsi Kecil Soto Kudus, Ada Makna Besar?

5 Agustus 2024   17:30 Diperbarui: 5 Agustus 2024   20:11 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada fenomena menarik bila kita berkunjung ke Kudus. Hampir semua makanan di Kudus porsinya selalu kecil, tidak sebanyak porsi yang biasa kita makan bila di Jakarta atau di kota-kota lain. 

Salah satu contoh yang paling sering kita lihat adalah porsi Soto Kudus. Makanan khas kota Kudus  ini disajikan dalam mangkok kecil dengan porsi nasi kurang lebih, hanya setengah centong nasi. 

Setelah diberikan beberapa toping berupa bihun/soun, tauge, seledri, ayam suwir, dan daun bawang goreng, soto ini kemudian disiram dengan kuah yang cukup penuh, sehingga mangkok tersebut kelihatan terisi penuh.

Nikmat, gurih dan seger ketika kita menikmati semangkok soto. Untuk seorang pria yang biasa makan dengan porsi nasi Padang atau nasi warteg, tentu saja porsi nasi Kudus ini sama sekali tidak memuaskan. 

Beberapa kali suap saja sudah habis. Namun, itulah yang sudah menjadi budaya di Kudus. Bahkan, bukan hanya Soto Kudus, beberapa masakan lain seperti Nasi Pindang (mirip rawon), Nasi Tahu Telor, sate kerbau, opor Sunggingan, dan Lentog juga disajikan dalam porsi yang kecil. Sepertinya budaya Kudus memang mengajarkan masyarakatnya untuk makan dalam porsi yang kecil saja.

Lalu, mengapa porsi makanan di Kudus kecil? Ada beberapa teori yang bisa menjelaskan fenomena ini. Salah satunya adalah pengaruh dari ajaran Kanjeng Sunan Kudus, salah satu wali songo yang sangat dihormati di Kudus. Sunan Kudus dikenal sebagai tokoh yang bijaksana dan menghormati keragaman budaya dan agama. 

Salah satu ajarannya yang terkenal adalah larangan memakan daging sapi demi menghormati umat Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan suci. Sebagai gantinya, masyarakat Kudus lebih memilih untuk mengonsumsi daging kerbau.

Budaya makan dengan porsi kecil mungkin juga berkaitan dengan prinsip hidup sederhana yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Dalam ajarannya, Sunan Kudus menekankan pentingnya hidup sederhana dan tidak berlebihan. Makan dengan porsi kecil bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pengamalan ajaran ini, yaitu dengan menghindari sikap rakus dan boros.

Selain itu, porsi kecil juga bisa dianggap sebagai cara untuk menjaga kesehatan. Dengan makan dalam porsi kecil, masyarakat Kudus secara tidak langsung diajarkan untuk makan dengan perlahan dan tidak terburu-buru. Hal ini bisa membantu proses pencernaan dan mencegah berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh pola makan berlebihan.

Budaya makan dengan porsi kecil juga memungkinkan masyarakat Kudus untuk menikmati berbagai jenis makanan dalam satu waktu. Dengan porsi kecil, mereka bisa mencicipi berbagai hidangan tanpa merasa terlalu kenyang. Hal ini tentu saja memberikan pengalaman kuliner yang lebih kaya dan beragam.

Namun, seiring perkembangan zaman, budaya ini mungkin akan berubah. Generasi muda yang terbiasa dengan porsi makanan yang lebih besar mungkin akan merasa tidak puas dengan porsi kecil dan mulai mengadopsi kebiasaan makan dari daerah lain. Meskipun begitu, tradisi ini masih tetap kuat di Kudus dan menjadi salah satu ciri khas yang membedakan kuliner Kudus dari daerah lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun