Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasib Sopir Ibu-ibu Pengajian

1 Agustus 2024   08:00 Diperbarui: 1 Agustus 2024   08:06 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini hujan dari siang, masih bertahan hingga malam hari. Intensitasnya saja yang mulai berkurang. Selepas maghrib hujan gerimis masih turun. Makanya hari ini saya, istri dan anak-anak hanya di rumah mertua saja. Ini kunjungan rutin kami tiap hari Minggu ke rumah orang tua istri. Biasanya kami main sebentar ke rumah mertua, sesudahnya kami biasanya jalan-jalan ke Jakarta. Kebetulan rumah kami di pinggiran Jakarta, sedang rumah orang tua kami di Jakarta Selatan. Tepatnya di daerah Pejaten Timur.

Karena seharian hujan dengan intensitas yang berganti-ganti kami diminta untuk tidak keluar dulu. Sebenarnya sangat beruntung kami tidak main ke pusat Jakarta. Atau main ke mall di wilayah Jakarta. Karena menurut berita di tv hari itu Jakarta macet total. Selain genangan air dan banjir, juga diperparah dengan tumbangnya beberapa pohon yang menghalangi jalanan. Seharian kami hanya ngobrol dengan orang tua, sedang anak-anak bermain-main di rumah orang tua.

Tidak terasa hari sudah malam. Biasanya habis maghrib kami pulang. Jam 19.30 ketika kami mau pamit pulang, kebetulan teman-teman ibu mertua main ke rumah dengan berpayung. Mereka berempat, dengan baju muslim khas ibu-ibu yang mau berangkat pengajian. Ternyata hari itu ibu mertua kami, dan teman-temannya mau berangkat tahlilan di kampung sebelah. 

Katanya 40 hari ibunya teman mereka. Melihat saya ada di rumah, ibu-ibu spontan meminta saya untuk mengantar ke tempat tahlilan tersebut. Saya memang cukup dikenal di kampung mertua saya. Karena wajah saya sering beredar masuk-masuk kampung. Sering ke masjid yang letaknya di belakang rumah mertua. Mereka merajuk untuk diantar ke tempat tahlilan. Takut basah kalo cuma berpayung.

Saya tadinya ragu-ragu mau mengantar mereka. Tapi karena diluar masih gerimis, akhirnya saya gak tega, untuk tidak mengantar mereka. Saya gak tahu lokasi persisnya tempat yang mereka tuju. Mereka hanya menyebut, nama kampungnya. Saya sebenarnya termasuk sopir baru. Saya baru punya mobil bekas (yang masih layak). 

Hari-hari kerja, saya lebih sering naik motor daripada naik mobil. Jadi saya agak hati-hati kalo bawa mobi di daerah kampung. Bukan apa-apa, biasanya jalannya sempit. Gak muat untuk 2 mobil berpapasan. Nah saya suka panik kalo papasan dengan mobil di jalan yang sempit. Entah takut nyerempet, atau takut stuck di gang, yang akhirnya mengannggu lalu-lintas di jalan kecil. Biasanya motor suka berisik kalo kita sedang stuck di jalan kecil.

Ibu saya meyakinkan, bahwa tempatnya gak jauh. Biar ibu-ibu yang sudah dandan cantik ini gak kehujanan. Saya akhirnya mengantar mereka. Mobil MPV saya sangat muat untuk menampung ibu-ibu yang berangkat pengajian ini. Mobil melaju menuju lokasi pengajian. Dan... benar, sesuai dugaan saya, ternyata kampung yang di maksud oleh ibu saya ternyata cukup sempit. Untungnya kondisi jalan sedang sepi. 

Malam dan gerimis adalah paduan yang tepat, untuk berdiam diri di rumah. Saya menyetir dengan biasa aja. Tidak menunjukkan ke khawatiran saya pad ibu mertua. Saya berlagak pede aja. Layaknya orang yang sudah mahir menyetir. Tanpa halangan apapun kami akhirnya sampai ke rumah, tempat pengajian. Masih belum banyak yang datang. Mungkin karena masih gerimis.

Ibu-ibu rombongan pengajian ini turun satu persatu dari mobil. Mereka mengucapkan terimakasih. Saya tersenyum saja dari balik kemudi. Tidak lupa juga sekalian pamit dengan ibu mertua, karena setelah ini mau langsung pulang ke rumah. Setelah mereka turun, mobil saya bawa jalan perlahan di jalanan gang ini. Mobil berjalan meninggalkan lokasi pengajian. 

Saya mencari pertigaan atau perempatan yang kira-kira bisa dipakai buat memutar ( u turn). Suasana gang, sepi sekali. Sepertinya semua orang di dalam rumah. Akhirnya setelah jalan kurang lebih 70 - 100 an meter, saya menemukan pertigaan yang bisa dipakai untuk memutar. Mobil saya arahkan berbelok ke kanan. 

Gang memang cukup sempit. Jadi harus hati-hati. Saya rencananya mobil saya arahkan berbelok ke kanan, setelah itu mundur, untuk bisa kembali ke arah mobil masuk. Karena saya hanya tahu jalan satu arah ini. Mungkin bisa memutar di dalam gang-gang ini, cuma kelihatannya jauh. 

Dengan hati-hati mobil saya belokkan ke kanan. Mobil berjalan dengan perlahan. Tiba-tiba bagian mobil sebelah kiri terperosok ke selokan. Saya hanya konsentrasi di sisi kanan. Ternyata di sisi kiri ada selokan, yang siap menyambut ban depan mobil saya. Mobil langsung oleng ke kiri. 

Saya langsung mengnjak rem. Saya panik. Tengok kiri kanan jalan. Gak ada orang. Sepi. Saya segera menarik rem tangan. Mesin mobil masih menyala, saya turun dari mobil. Saya melihat posisi ban kiri bagian depan yang sudah masuk ke selokan. Saya langsung berpikir keras. Gimana cara mengeluarkannya.

Saya periksa dongkrak di bagasi mobil. Untung ada dongkrak. Tapi gimana cara dongkraknya ya. Saya mengurungkan untuk mendongkrak mobil. Saya mencoba mengangkat sendiri bagian depan mobil. Tentu saja sia-sia.

Saya mulai melongok, kiri dan kanan, mencoba mencari pertolongan. Tak ada satupun orang di gang ini. Gerimis masih turun. Sepertinya melengkapi penderitaan ini. Saya menyesali, tadi kayak gak ikhlas mengantar ibu-ibu pengajian. Saya mengucap istighfar, sebagai bentuk penyesalan atas ketidak ikhlasan saya. 

Saya cuma bisa berusaha mengangkat ban, yang sepertinya percuma saja. Tiba-tiba ada 5 pria, mas-mas, yang sepertinya profesinya tukang. Karena beberapa membawa tas, ada nongol tangkai gergaji. "Kenapa mas mobilnya?" tanya salah satu tukang tersebut. "Kejeblos tadi mas, pas belok". 

Sepertinya pertanyaan yang basa-basi. Tanpa di komando mereka ramai-ramai mengangkat mbil saya. "Mas nya di mobil aja, saya angkat mobilnya, mas nya mundurin mobil". Saya dengan sigap masuk ke dalam mobil. Dan bersiap memundurkan mobil. Tidak ada satu menit, mobil sudah bisa terangkat dan bisa mundur dengan gampang.

Salah satu dari mas tukang tadi, mengarahkan saya untuk bisa keluar dari gang ini. "Mas ma uke arah keluar ya?" tukas salah satu dari mereka. "Iya mas" balas saya spontan. Tidak lama suara masnya mengatur posisi mobil saya, supaya bisa keluar denga naman. "Yak, terus... terus... " Mas tukang ini memastikan saya tidak kecemplung got lagi. Gang ini memang sisi kirinya gotnya masih terbuka. Jadi memang agak beresiko kalo sopir tidak tahu kondisi jalan ini. Agak jebakan batman sih.

Masalah selesai dengan cepat. Mobil sudah bisa mengarah keluar dari gang, ke jalan yang lebih besar. Saya membuka jendela untuk mengucapkan terimakasih kepada tukang-tukang tersebut. Tapi mereka sudah menjauh, dan menghilang di gang yang lebih kecil. Sepertinya tempat rumah-rumah petak berada. Saya gak tahu mereka datang dari mana. Perasaan tadi gak ada orang. Tiba-tiba aja muncul 5 orang mas-mas tukang, yang kelihatannya badannya kekar padat, khas bodi tukang.

Kadang pertolongan memang datang tidak terduga. Yang menurut kita susah diselesaikan, ternyata gampang dengan datangnya pertolongan orang lain. Pelajaran yang bisa saya petik dari peristiwa ini,  kalau kita menolong orang jangan pamrih, harus ikhlas. Karena sebenarnya kebaikan yang kita lakukan itu, akan balik lagi kebaikannya dalam bentuk yang lain. Seperti peristiwa yang saya alami di atas. Ada pepatah jawa yang sederhana: "ojo leren dadi wong apik", jangan lelah jadi orang baik, kira-kira begitu terjemahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun