Seiring dengan berkembangnya industri di Indonesia, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja sebagai buruh atau karyawan1. Salah satu industri yang kini mulai berkembang yaitu industri manufaktur. Sebanyak 14% penduduk Indonesia bekerja sebagai buruh atau karyawan di industri manufaktur. Tenaga kerja merupakan bagian penting dalam keberlangsungan sebuah industri. Namun, permasalahan kesehatan dan gizi tenaga kerja umumnya belum menjadi perhatian. Pemenuhan kecukupan gizi selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meninkatkan derajat kesehatan tenaga kerja. Tenaga kerja dengan status kesehatan dan status gizi yang baik mampu bekerja dengan optimal dan memiliki produktivitas kerja yang baik (Maghfiroh, 2019).
Produktivitas kerja merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan tenaga kerja dalam menghasilkan barang dan/atau jasa dalam waktu tertentu (Maghfiroh, 2019). Produktivitas pada dasarnya merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari ini dikerjakan untuk kebaikan hari besok (Sari, 2018). Produktivitas pekerja sangat menentukan kondisi permintaan pekerja itu sendiri, sebab apabila produktivitas pekerja itu rendah otomatis kinerjanya pun rendah, kinerja yang rendah akan menurunkan pencapaian target-target perusahaan (Novianti dkk, 2017). Produktivitas dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satu hal yang dapat mempengaruhi produktivitas yaitu asupan gizi. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja.
Menurut Suma'mur (1976), Gizi kerja merupakan kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan tingkat kesehatan tenaga kerja dan produktivitas setinggi-tingginya (Dahlan & Samsir, 2018). Keberadaan gizi kerja penting karena status gizi akan merepresentasikan kualitas fisik serta imunitas pekerja, sebagai komponen zat pembangun dan masukan energi ketika tubuh merasa lelah akibat bekerja, serta dapat meningkatkan motivasi atau semangat dalam bekerja yang akan menentukan produktivitas kerja (Ramadhanti, 2020). Oleh karena itu, pekerja perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis atau beban pekerjaan yang dilakukannya.
Masalah gizi tenaga kerja terutama di Indonesia cukup kompleks, diantaranya pola makan yang kurang baik (seperti melewatkan sarapan), belum tersedianya ruang makan khusus bagi tenaga kerja, pemberian insentif makan dalam bentuk uang dan belum jelasnya pembagian antara waktu istirahat dengan waktu kerja (Ramadhanti, 2020). Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja seharihari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang,berat badan menurun, kurang bersemangat, kurang motivasi dan lain sebagainya. Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal (Dahlan & Samsir, 2018).
Aspek gizi merupakan salah satu bagian penting dari K3 yang secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas kerja. Â Asupan gizi yang kurang dari kebutuhan akan berdampak pada terjadinya kelelahan kerja. Asupan gizi yang melebihi kebutuhan akan berdampak pada timbulnya rasa malas, mengantuk, dan menurunkan kecepatan kerja (Maghfiroh, 2019). Sehingga solusi yang dapat diberikan adalah dengan mengadakan pengaturan jam makan pekerja yang serentak ketika waktu istirahat, hal tersebut juga dapat membedakan waktu istirahat dan wktu kerja yang selama ini kerap mengalami overlapping (Ramadhanti, 2020). Adanya penyelenggaraan makan bersama di perusahaan berfungsi untuk pemantauan status gizi (status gizi kurang atau status gizi lebih) dan pengadaan kegiatan fisik (olahraga). Selain itu perlu dilakukan edukasi pada karyawan terkait pemenuhan asupan energi. Bentuk upaya edukasi bisa berupa penyuluhan berkala maupun pemberian leaflet dan penempelan poster terkait pemenuhan energi di lingkungan kerja.
 REFERENSI
Dahlan M, Samsir. 2018. Hubungan pengalaman kerja dan asupan kalori dengan produktivitas kerja pada pekerja meubel di kabupaten majene. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan. 1(2): 131-143.
Maghfiroh AL. 2019. Hubungan asupan energi dan tingkat aktivitas fisik dengan produktivitas pada tenaga kerja berstatus gizi lebih bagian packaging di pt timur megah steel. Amerta Nutrition Journal. 1(1): 315-321.
Novianti B, dkk. 2017. Hubungan antara usia, status gizi, motivasi kerja, dan pengalaman kerja dengan produktivitas kerja operator bagian perakitan di pt. X. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(5): 79-88.
Ramadhanti  AA. 2020. Status gizi dan kelelahan terhadap produktivitas kerja. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 11(1): 213-218.
Sari AP. 2018. Hubungan status gizi dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja pada pekerja pabrik tahu di kecamatan rantau rasau kabupaten tanjung jabung timur tahun 2016. Scientia Journal. 7(2): 187-192.