Mohon tunggu...
Dinu Tahir Ahmad
Dinu Tahir Ahmad Mohon Tunggu... profesional -

Revolusi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mati Gaya di Bulan November

20 November 2013   07:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:55 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat menjalankan ibadah puisi, wahai para Pujangga di Negeri fatamorgana yang penuh warna-warni.Diriku seperti kanak-kanak yang mencoba belajar berjalan.Yang mencoba belajar merangkai kata-kata, mencoba berniaga dihatinya, walau kutahu kadang ku terjatuh,dan terjatuh lagi.

Cinta hakiki hanya satu kali, tapi kadang jatuhnya yang berkali-kali.Berkali-kali jatuh cinta.Cinta sejati hanya untuk iLahi Rabbi.Cinta yang lain, hanya imitasi.Karena semua adalah milik-NYA.DIA bisa kapan saja mengambilnya dari kita.

Dirikulah yang seperti kanak-kanak, berjalan lalu terjatuh, bangkit lagi, untuk kembali jatuh.Karena hidup adalah proses untuk menuju kepada kesempurnaan.Terkadang kita mendapatkan hasil, tapi terkadang nihil.Tetaplah optimis dan jumawa bagaikan Sungai NiL.Manusia berencana, Tuhan yang menentukannya.Ketika mati gaya, mohonlah petunjuk-NYA, demikian khutbah Jum'ah ustadz gaul di dunia maya yang bijaksana.Tuhan, di bulan november ini ku merasa mati gaya, hampa rasanya.Untung kawan beri saran, bila belum ada jawaban, mungkin kita yang malas kepada-NYA melakukan pendekatan.Kirimlah SMS E-mail Tweets kita kepada-NYA, minimal sehari semalam lima kali memfollow NYA.Benar Tuhan, aku mati gaya di Negeri yang bernama Indonesia.Ketika ribuan Sarjana sulit cari kerja.Ketika jadi buruh harus jadi tumbal pemilik modal dan siluman nakal.Ketika orang miskin dilarang sakit dan sekolah.Ketika rakyat kecil keluarkan unek-uneknya yang polos dan lugu, tapi dijawab dengan peluru.Ketika bumiputera harus menderita ditanahnya sendiri, karena kekuatan asing yang terus ekspansi ekonomi tanpa henti dan tanpa rasa manusiawi.Ketika generasi muda negeri ini dibantai habis oleh narkoba,pornografi, sex bebas,hedonisme, individualisme.Ya Tuhan, beri kesempatan bertobat dan ampunilah kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun