Di era yang serba cepat ini, bukan hanya orang dewasa yang rentan terhadap gangguan pekerjaan yang terlalu banyak. Anak-anak saat ini juga menghadapi banyak tekanan dalam kehidupan sehari-hari mereka, terutama dalam hal akademik dan sosial. Di antara faktor yang dapat menyebabkan burnout pada anak adalah beban tugas sekolah yang berat, jadwal kegiatan yang padat, dan tuntutan untuk selalu berprestasi. Sayangnya, orang tua dan guru sering kali tidak menyadari kelelahan anak karena dianggap sebagai hal normal dalam proses tumbuh kembang.
Burnout pada anak adalah kondisi di mana anak merasa lelah secara fisik, emosional, dan mental, sehingga mereka kehilangan minat untuk beraktivitas dan belajar. Ini bukan sekadar rasa lelah biasa. Kondisi ini dapat membahayakan perkembangan psikologis anak jika dibiarkan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui gejala kelelahan dan cara menguranginya.Â
Burnout pada anak dapat terlihat dari gejala-gejala seperti menurunnya semangat dan motivasi, lelah dan kurang berenergi, perubahan emosional yang drastis, gangguan tidur dan makan, dan menari diri dari lingkungan. Burnout sendiri bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti tekanan akademik, jadwal yang padat, kurangnya dukungan emosional dan pengaruh media sosial.
Oleh karena itu, sebagai orang tua hendaknya kita selalu memberikan anak-anak kita lingkungan yang sehat baik untuk fisik maupun mentalnya, adapun cara untuk mengatasi burnout ini sendiri yaitu berikan anak waktu istirahat yang cukup, dukung anak berprestasi di bidang apapun tanpa menekannya serta bangun komunikasi yang terbuka sehingga anak merasa nyaman dengan lingkungan di sekitarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H