Kedua, memadukan ilmu adab dan ilmu dalam retorika dakwah akan menghantarkan dai menjadi profesional dalam pengertian yang sebenarnya. Makna profesional itu bukan terkenal, memiliki manajer, dan harus dibayar, tetapi memiliki adab dan ilmu dalam berdakwah dan beretorika.
Makna profesional itu bukan tidak memiliki pekerjaan sebagai dai. Dai boleh bekerja sebagai apapun tanpa menanggalkan aspek profesionalisme. Sebab makna dai profesional dalam konteks ini adalah menghayati sepenuh hati yang dikatakan dan mengamalkannya berdasar adab dan ilmu.
Dalam mengembangkan ilmu dakwah dan retorika, adab harus dipertimbangkan dalam setiap langkah dan keputusan. Adab yang bersumber dari ajaran agama dan budaya dapat membantu dalam menjamin keberhasilan dakwah dan retorika, serta memastikan bahwa ilmu yang dikembangkan tidak hanya berfokus pada ilmu pengetahuan, tapi juga pada kebaikan dan kemudahan hidup manusia.
Dengan demikian, adab dan ilmu dalam dakwah dan retorika harus dipadukan untuk mencapai tujuan yang lebih luas dan bermanfaat. Dalam konteks ini, adagium "ilmu bukan untuk ilmu" berlaku, tapi ilmu harus untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, keberadaan adab sangat penting dalam mengembangkan ilmu dakwah dan retorika yang ef
ektif dan bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H