Mohon tunggu...
Dinta Nuriyah
Dinta Nuriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Saya Mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya tertarik pada dunia media dan masih terus belajar untuk menjadi penulis yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Keterkaitan Retorika dengan Ilmu Komunikasi

11 Juni 2024   16:08 Diperbarui: 11 Juni 2024   16:12 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syamsul Yakin dan Dinta Nuriyah (Dosen Retorika dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)/dokpri

Oleh: Syamsul Yakin dan Dinta Nuriyah 

Dosen Retorika dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ruang lingkup retorika mencakup batasan subjek yang di dalamnya terdapat definisi, materi, unsur, tujuan, komponen, serta hubungan dengan berbagai disiplin ilmu lainnya. Selain itu, ruang lingkup ini juga melibatkan elemen penting seperti pembicara, pesan yang disampaikan, dan pendengar.

Ruang lingkup retorika meliputi semua bentuk komunikasi yang terjadi antara pembicara dan pendengar, baik secara langsung maupun melalui berbagai media komunikasi. Ini mencakup komunikasi verbal, yang meliputi lisan dan tulisan, serta komunikasi nonverbal, yang mencakup bahasa tubuh, gerakan, dan ekspresi wajah. Dengan demikian, retorika mencakup segala aspek yang berperan dalam proses komunikasi efektif antara pembicara dan audiens.

Retorika bisa didefinisikan dalam konteks sempit dan luas. Dalam konteks sempit, retorika berarti seni berbicara atau keterampilan berbicara. Dalam konteks yang lebih luas, retorika mencakup seni, keterampilan, pengetahuan, dan ilmu dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta melalui bahasa tubuh dan gerakan.

Dalam pengertian sempit, retorika terkait erat dengan tata bahasa, logika, dan dialektika yang digunakan oleh pembicara untuk berkomunikasi dengan pendengar. Namun, dalam pengertian yang lebih luas, retorika tidak hanya mencakup pidato atau ceramah, tetapi juga semua aspek komunikasi yang terus berkembang. Dalam konteks yang lebih luas ini, retorika dipandang sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga.

Sifat ilmiah retorika mencakup karakteristik empirik, sistematik, analitik, objektif, verifikatif, kritis, dan logis. Tujuan utama dari retorika adalah untuk memengaruhi sikap, opini, dan tindakan pendengar secara efektif dan efisien, yang dapat dicapai dengan menerapkan sifat-sifat ilmiah tersebut.

Secara filosofis, retorika mencakup beberapa pertanyaan mendasar. Pertama, pertanyaan ontologis, yang menyelidiki hakikat dari retorika itu sendiri: apa sebenarnya retorika itu? Kedua, pertanyaan epistemologis, yang mengeksplorasi bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman terkait dengan retorika. 

Ketiga, pertanyaan aksiologis, yang mempertanyakan manfaat dan nilai dari retorika: apa kegunaan dan kontribusinya dalam kehidupan dan komunikasi. Dengan demikian, retorika tidak hanya merupakan seni berkomunikasi, tetapi juga sebuah disiplin yang kaya dengan dimensi ilmiah dan filosofis yang mendalam.

Pada awalnya, unsur-unsur retorika terdiri dari tiga elemen utama: pembicara, pendengar, dan pesan yang disampaikan. Pesan ini biasanya bersifat informatif, persuasif, atau rekreatif, yang sering kali menjadi materi atau isi pidato. Namun, seiring perkembangan waktu, media juga menjadi unsur penting dalam retorika. Baik itu media tradisional, konvensional, maupun media sosial, semua memiliki peran yang signifikan dalam menyampaikan pesan secara efektif.

Komponen retorika setidaknya ada tiga. Pertama, pathos. Artiinya kemampuan persuasi (membujuk atau memengaruhi hati dan pikiran). Seorang pembicara harus memiliki pathos agar mampu menarik emosi pendengar sehingga pendengar hanyut dalam kesedihan, merasa kasihan, dan simpati.

Kedua, logos. Logos maknanya adalah sesuai dengan akal. Sebaiknya buah pikiran yang diungkapkan dalam berpidato mempertimbangkan nalar. Nalar adalah pikiran, kemampuan intelektualitas atau pemahaman yang mendalam.

Ketiga, ethos. Secara harfiah ethos artinya sikap, kepribadian, watak, karakter. Dalam konteks keberhasilan beretorika seorang pembicara harus memiliki sikap, kepribadian, watak, dan karakter agar pesan yang disampaikan dapat dipercaya pendengar.

Retorika sangat terkait dengan ilmu komunikasi karena keduanya membahas interaksi komunikatif manusia, termasuk proses pengiriman pesan oleh pembicara, penerimaan pesan oleh pendengar, dan pemrosesan pesan melalui media tertentu.

Retorika juga memiliki hubungan dengan psikologi, terutama dalam memahami psikologi pembicara dan pendengar. Keduanya berfokus pada perilaku dan mental manusia sebagai objek kajiannya. Secara epistemologis, retorika dan psikologi mencakup baik ilmu pengetahuan maupun ilmu terapan. Ketika seseorang berpidato, yang terjadi sebenarnya adalah proses retorika sekaligus proses psikologis.

Secara praksis, retorika dapat ditinjau dalam beberapa aspek. Pertama, retorika pidato atau biasa disebut retorika penceramah yang cenderung informatif dan edukatif. Kedua retorika politisi yang cenderung persuasif. Ketiga, retorika pemerintah yang cenderung informatif dan persuasif.

Inilah ruang lingkup retorika yang mencakup definisi, sifat ilmiah, kerangka filosofis dan praksis, unsur, komponen, dan hubungannya dengan ilmu lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun