Warga Binaan Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih milik Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta berlatih tarian kreasi dan tarian tor tor untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional tahun 2017.
Tarian itu rencananya akan ditampilkan saat HDI 2017 tingkat Provinsi DKI Jakarta bulan Desember nanti.
Kepala Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih, Ngapuli Perangin Angin mengemukakan, tidak hanya tarian namun juga permainan angklung dan kasidah akan ikut ditampilkan.
"Warga binaan kami ikut berpartisipasi dalam peringatan HDI nanti. Karena HDI ini memang kami persembahkan untuk mereka sebagai hari raya mereka," ujar Ngapuli saat ditemui pada Selasa (28/11).
Ia melanjutkan, meskipun binaannya terdiri dari para disabilitas intelektual, namun mereka tetap semangat dan tekun berlatih untuk penampilan mereka.
Dalam persiapan penampilan, instruktur dan pendamping panti memfasilitasi pelatihan mereka sebanyak dua kali seminggu. Latihan itu sengaja dilakukan cukup intensif agar penampilan mereka semakin bagus.
"Instruktur dan pendamping kami cukup sabar memberikan instruksi kepada mereka. Kadang-kadang mereka terlambat mengerti arahan-arahan dari instruktur atau pendamping," kata Ngapuli.
senangnya-wbs-berlatih-rebana-5a1d39c1b881b67aa84573b2.jpg
Dalam tarian kreasi dan tarian tor tor, pihaknya melibatkan lima orang warga binaan panti. Sedangkan angklung ada delapan orang yang dilibatkan dan kasidah ada sembilan orang.
senangnya-wbs-berlatih-rebana-2-5a1d39b8fcf681379172f952.jpg
Latihan-latihan itu menurutnya memang bagian dari pelatihan kesenian. Jika tidak ada event, warga binaan tetap berlatih seminggu sekali.
"Latihan ini untuk melatih motorik konsentrasi mereka. Karena mereka ini kan disabilitas intelektual. Agak kesulitan jika tidak latih pelan-pelan," terang Ngapuli.
senangnya-wbs-bermain-angklung-5-5a1d39f9c81c6301af75a212.jpg
Mayoritas warga binaan panti disabilitas intelektual ini merupakan orang telantar yang tidak diketahui keberadaan orang tuanya. Mereka merupakan hasil penjangkauan di jalanan Jakarta.
Ngapuli mengatakan, beberapa keluarga kerap datang ke pantinya untuk mencari sanak saudara yang hilang. Karena rata-rata warga binaannya tidak tahu siapa keluarga mereka.
"Iya banyak orang telantar. Saat ini di panti kami saja sudah ada 256 orang. Keluarga tidak tahu di mana," kata Ngapuli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Vox Pop Selengkapnya