Mohon tunggu...
Dini Savitri
Dini Savitri Mohon Tunggu... -

I am who I am, the one and only. A proud mom, enjoy life, live life to the fullest and let God do the rest. \r\n\r\nvisit my blog http://dinisavitri.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belajar Menghargai Suatu Proses : Sebuah Tulisan yang Terinspirasi Jokowi-Ahok

30 Juli 2013   13:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:50 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat saya hendak menuangkan tulisan ini, sudah banyak gambaran di kepala saya apa yang hendak saya ungkapkan, dalam perjalanan dengan ojek menuju tempat kerja saya. Namun, begitu di depan laptop, lha kok malah sedikit bingung dengan apa yang mau saya tulis di awal, saking banyaknya di pikiran yang ‘ngantri’ untuk segera dituangkan… hahaha, ada-ada saja.

Selama ini saya kerap melihat orang menghargai sebuah pencapaian, atau hasil. Ya, HASIL…hasil yang baik khususnya. Bisa menjadi ini itu, bisa mendapat ono ini, bisa mengerjakan apapun itu dengan hasil yang baik dan pujian bertebaran sana sini. Giliran hasil yang dicapai kurang, atau bahkan buruk, orang langsung akan mencibir, meremehkan dan menganggap tidak baik saja.

Pernahkan terpikir dan terbersit di diri kita apa yang mereka lakukan untuk mencapai sebuah ‘hasil’ itu? Di luar hasilnya baik atau buruk? Apakah kita melihat suatu proses dari pencapaian atau perjalanan yang panjang dalam meraih suatu keberhasilan atau ‘hasil’ itu sendiri. Bisa iya namun juga bisa tidak.

Seperti judul di atas, jujur, saya terinspirasi dari proses JOKOWI-AHOK dalam ‘perjuangan’ mereka untuk meraih ‘hasil’ yang mereka atau masyarakat Jakarta mau. Kita belum melihat hasil dari duet JOKOWI-AHOK. Belum ada setengah jalan saja sudah banyak yang mencibir, entah karena mereka sadar atau tidak atau ada ‘sesuatu’ yang memang sengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang ‘iri’ akan keduanya. Saya tidak akan membahas soal ini. Yang jadi ‘concern’ saya adalah, duo gubernur dan wakil gubernur ini sedang dalam proses panjang untuk meraih hasil.

Saya juga tak akan tahu apakah hasilnya akan sesuai harapan saya. Namun saya sangat menghargai suatu proses, apalagi yang dilakukan dengan kerja keras dan ‘hati’. Duet maut ini berusaha keras untuk mewujudkan ‘janji-janji’ mereka semasa kampanye. Lihatlah, betapa baru kali ini saya melihat seorang gubernur terjun langsung ke lapangan, ikut menggotong-gotong karung saat banjir besar melanda Jakarta beberapa waktu lalu. Gubernur ini tak gila hormat atau pengawalan. Yang dia lakukan, hanyalah berusaha mewujudkan impiannya menjadikan Jakarta Baru, Jakarta yang lebih baik. Tak hanya mempunyai rencana dan strategi, namun beliau terjun langsung, dan ikut bahu membahu bersama warga untuk memenuhi kewajibannya sebagai wakil rakyat. Dan, alangkah sebaiknya kita tak hanya mengkritisi saja, namun juga ikut berperan aktif, tak cuma omong doang mendukung, tapi juga melaksanakan programnya yang tujuannya baik, untuk memperbaiki Jakarta. Hal sederhana, kesadaran membuang sampah. Kalau cuma gubernur dan jajarannya saja yang membuang sampah pada tempatnya, sementara masyarakat lain tidak, ya sama saja bohong. Ini salah satu contoh. Hasilnya? Kita liat nanti. Baik atau buruk, bagi saya kesungguhan dan kerja keras duo ini sudah cukup membuktikan pengabdiannya pada warga Jakarta, seperti yang sudah dirasakan warga Solo.

Begitu pula dalam hal lain. Sebagai contoh, saya sangat menghargai usaha dan kerja keras tim saya dalam sebuah program televisi. Teman-teman reporter dan Kameramen berjuang, baik dari segi gambar, narasi, atau menggali lebih dalam liputannya sehingga tak hanya menjadi liputan yang ala kadarnya. Hasil nya pun akan terlihat. Baik atau buruk itu relatif, bagi saya, kalau semua sudah dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan ternyata ratingnya tidak memenuhi. Saya tetap mengapresiasi mereka. Bagaimanapun, saya melihat mereka sudah sangat berusaha untuk meraih hasil yang maksimal. Namun, faktor lain masih banyak. Yang penting usaha keras mereka bagi saya itu adalah keberhasilan mereka dan kami.

Contoh lain lagi, bagaimana anak saya Cc yang berkebutuhan khusus terpilih mewakili sekolah nya untuk mengikuti perlombaan menyanyi bagi tuna grahita se Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Setiap saat, baik di sekolah maupun di rumah, Cc selalu berlatih, dan dia bisa berkonsentrasi untuk menampilkan yang terbaik meski dengan kondisinya. Saat babak penyisihan, disaat abk-abk lain masih harus dibujuk orang tuanya untuk berani maju dan tampil, tanpa diduga Cc dengan penuh percaya diri menyanyi tanpa didampingi saya di sampingnya, konsentrasi penuh nya terlihat disitu, padahal biasanya dia susah berkonsentrasi. Babak demi babak Cc lalui, hingga masuk ke final. Meski akhirnya mendapat juara harapan 1, namun saya tetap memberinya semangat, bahwa, kalau terus berusaha dan berlatih dia akan bisa menjadi juara. Bagi saya itu kemenangan Cc, bagaimana seorang abk bisa berkonsentrasi dan menyiapkan dirinya dalam menghadapi perlombaan, mau hasilnya baik atau buruk, yang penting dia sudah berusaha. Itulah proses, proses dimana Cc bisa menjalaninya, dan berusaha sekuat tenaganya.

Menghargai suatu proses itu seperti memberi kepercayaan dan memberi dukungan penuh, tanpa cibiran atau hinaan. Mengkritisi boleh, dengan cara yang tepat. Namun, sebelum mengkritik sesuatu, bisakah kita bercermin bahwa kritikan kita itu membangun atau tidak. Jangan sampai kita mengkritik orang yang buang sampah sembarangan, namun kita sendiri juga membuang sampah tidak pada tempatnya.

Untuk meraih hasil yang baik, yang penting kita berusaha, jangan takut gagal dulu. Kalau gagal, jangan patah arang, lebih baik memikirkan bagaimana kita bisa bangkit dan bertahan dari kegagalan itu untuk meraih hasil yang kita inginkan. Jadikan kegagalan sebuah semangat atau pemacu bagi diri kita untuk berdiri tegak dan kembali berusaha.

Jadi, marilah kita mulai menghargai proses, janganlah malah mencibir saat proses itu terjadi, lebih baik bagaimana usaha kita untuk bersama-sama meraih hasil yang kita inginkan. Seperti yang saat ini saya inginkan, adalah perubahan kota Jakarta menjadi lebih baik.

Tulisan ini pendapat pribadi saya semata, yang bukan pengamat, hanya seorang simpatisan yang berkeinginan untuk mewujudkan kota kelahiran saya menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun