Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - hanya tamatan smp

suling pun bukan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sirath

20 Agustus 2024   00:21 Diperbarui: 20 Agustus 2024   00:53 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sirath

sirath, hidup ini empedu
jadikan ia menganga kawah terluka
alirkan lava
madu
hirup sepuas-puasnya
lalu hiasi dada
dengan gelembung-gairah
terbang setinggi-tingginya, lihat bayangmu
ada di mana?

sirath, hidup ini sebenarnya
jangan berpuas tanya
bagai purnama kehilangan malam
terpuruk dalam gelap awan,
kutip titik-titik embun
jadikan bayang sebentuk
jelmakan diri di sana,
sedang aku sebentar pergi ke pandai besi
mencari penggada
mengambil rupa untuk
kutitip buatmu
ketika senjakala
matahari menyimpan mata
di rumah kegelapan

sirath, di pintu rumahmu
ada kulihat kupu-kupu
indah sekali
sedang terbang menari-nari,
bernyanyi-nyanyi lucu sekali,
lihat warnanya
hitam keputih-putihan, tetapi
engkau di mana tak kulihat
ada bayangmu
engkau di mana tak kudengar
dengus nafasmu
atau sedang tidur bersama kepahitan
sedang perhatikan laba-laba menyulam kehidupan
lihat kupu-kupu itu bernyanyi lagi
dipintu hatiku dan kau menyepi

sirath, adikmu aulia, lucu sekali
diam ketika menghirup kehidupan dari puting ibumu,
pipinya tembem tegar bagai menyiratkan kehidupan
tubuh yang semula kecil telah menampak wajah perlahan membentuk rupa
wajah ayahmu, wajah kenangan
saat kehidupan dalam genggaman
bila kau lihat adikmu menggeliat
sepotong kegairahan memancar pencar
dan ketika dia menangis
kulihat seribu malaikat
dan aku
dan ibumu
siap berjaga-jaga,
seekor merpati terbang mengkepak-keparkan sayap
jeritan dalam pikiran

sirath, enggkau penggoda
mengajak menjamah
mengantar aku kepintu gerbang senyuman,
kau tidak menampik diberi sesuatu
pasti meronta bila adamu terganggu,
ketika usiamu genap setahun,
sungguh tidak ada lilin menyala
tidak ada kue ulangtahun
tidak ada kawan datang
tidak ada undangan
kau diam saja,
atau mungkin tahu segenap bangsa,
indonesiamu gembira ria nyanyikan
satu nusa
satu kekayaan
satu bangsa
satu bahasa
satu pemikiran
satu kekuasaan
tapi pasti aku tak mampu rayakan
hari-tahunmu karena apalah hanya penyair
barangkali berdiwana kelembah-lembah gelap
atau sedang memuja makna yang tak pernah lahir?

sirath, engkau memang ada
aku ingat saat kau lahir
aku sedang naik honda tua
melintasi jembatan pante pirak
langit mendung tebal
petir mencakar keras
malam semakin lengang
gerimis menambah gundah
kau meronta minta keluar
hujan deras
lampu padam
sepi
diam
lengang
dengus nafas
harum bunga tenang
purnama
memancar dipagar mega mewarna
jerit pertama membahana
menggema angkasa raya
Allah, kabulkan harapan dia,
ibumu berdo'a

"engkau ada, sirath" malaikat-malaikat berzikir perlahan
mengiringi perjalananmu sementara
azan menggema mengantar jiwa bertunas cahaya

Banda Aceh, 10 Juni 1995

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun