Mohon tunggu...
din saja
din saja Mohon Tunggu... Seniman - hanya tamatan smp

suling pun bukan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hikayat Permenungan (221)

15 Agustus 2024   08:47 Diperbarui: 15 Agustus 2024   08:55 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seniman terlanjur dikenal sebagai sosok egois.

Egois di sini tentu maksudnya tidak mau mendengar pihak lain di luar dirinya.

Sebab bagi orang seperti ini, yang benar itu apa yang menurut pendapatnya

sendiri.

Sebenarnya, seorang seniman yang memahami hakekat kebenaran, akan

bersikap akomodatif, melihat sesuatu sebagaimana adanya dan tetap

mengakui keberadaan sesuatu di luar dirinya.

Seorang seniman tentu mempunyai pilihan dan pilihan itu tidak dapat

dipengaruhi secara langsung oleh siapapun.

Dalam penciptaan karya seni, sikap seperti ini yang wajib dimiliki seorang

seniman.

Untuk kepentingan penciptaan karya seni, seniman tidak boleh tunduk pada

kehendak pihak lain, sebab pertanggungjawabannya ada pada seniman

penciptanya.

Namun begitu, untuk kepentingan kebersamaan,  misalnya dalam upaya

menjalankan sebuah organisasi, tentu seniman wajib memiliki sikap kompromi,

bersepakat atas keputusan bersama dalam organisasi, tidak berdasarkan

keputusan pribadi seniman.

Kelemahan kita, banyak seniman tidak memahami hakekat seorang seniman.

Akibatnya banyak orang yang hanya mampu memainkan kesenian, selama

bertahun-tahun dilakoninya, bahkan banyak juga yang hanya memiliki

pengetahuan tentang kesenian, sayangnya tidak banyak yang mampu

menciptakan karya seni, apalagi karya cipta seni yang berjiwa dan

mencerahkan, selain hanya sebagai pemain kesenian, baik pemain kesenian

masa lalu  (tradisi), maupun pemain kesenian masa kini  (modern).

Keadaan seperti ini yang menyebabkan seniman menjadi egois, tidak kreatif,

dan sulit untuk menciptakan kebersamaan dalam membangun sebuah

organisasi kesenian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun