Suatu ketika seseorang terpana melihat dunia yang bundar ini,Â
berputar sangat cepatnya,Â
sehingga tidak mengganggu keberadaan makhluk-makhluk yang berada di atas permukaannya.
Dunia yang bundar besar ini, Â
berputar bagai gasing diantara milyaran planet-planet lain,Â
tidak saling berbenturan satu dengan lainnya.
Tidak ada tali yang menggantung itu semua, tidak ada pula tiang sebagai penyangga.
Keberadaannya bagai gelembung-gelembung yang melayang-layang.
Seseorang membayangkan, sekiranya semua makhluk yang ada dipermukaan bumi ituÂ
ditiup oleh angin yang membadai, tentu mereka akan terbang melayang ke sana ke mari tanpa arah  tujuan.
Dunia itu kiranya singkat, sesingkat usia makhluk yang hidup di atas permukaannya.
Mengapa banyak yang berlomba-lomba mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya,Â
sehingga lupa untuk mau berbagi.
Mengapa banyak pula yang merasa bangga jadi penguasa,Â
sementara tidak pernah mau bersikap adil dan berlaku jujur.
Mengapa banyak juga yang bangga jadi sarjana,Â
sedangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki hanya untuk menipu,Â
hanya untuk membunuh, hanya untuk meracuni setiap makhluk.
Mengapa pula banyak yang bangga menjadi ahli agama,Â
tetapi hanya asyik masyuk dengan ibadahnya,Â
sehingga tidak peduli dengan kecurangan yang terjadi disekitarnya
Mengapa pula banyak juga yang bangga jadi seniman,Â
sedangkan kesenian yang diperbuatnya hanya untuk berdansa-ria,Â
membuat lupa makna kehidupan.
Dunia ini ternyata hina, sehina makhluk manusia yang lupa untuk mengabdi pada Sang Penciptanya, untuk menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa.
Seseorang itu hanya berkata, ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI