Mohon tunggu...
Dinoto Indramayu
Dinoto Indramayu Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, belajar dan belajar....

Setiap saat saya mencoba merangkai kata, beberapa diantaranya dihimpun di : www.segudang-cerita-tua.blogspot.com Sekarang, saya ingin mencoba merambah ke ranah yang lebih luas bersamamu, Kompasiana....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Indramayu Makan Nasi Berlauk Jerami

25 Januari 2019   01:09 Diperbarui: 25 Januari 2019   01:21 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kabupaten indramayu secara tata letak merupakan wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan ekonomi. Selain dilalui jalan nasional pantai utara yang menghubungkan pusat ekonomi dan pemerintahan dengan wilayah jawa tengah dan jawa timur, wilayah ini pun mempunyai potensi pertanian yang luar biasa.

Dengan hamparan sawah yang sangat luas maka kabupaten indramayu menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Lebih dari 100.000 ha sawah produktif itu bukan hanya menghasilkan jutaan ton padi kering tetapi juga jerami yang sampai saat ini masih dianggap sebagai limbah pertanian.

Secara sederhana dapat dihitung yang selama ini terbuang akibat masih adanya anggapan bahwa jerami adalah limbah pertanian. Sawah seluas 100.000 ha dengan dua kali panen maka dapat menghasilkan sekitar 2,2 juta ton jerami. Jika kebutuhan pakan sapi sebanyak 30 kg/ekor/hari, maka dalam satu tahun satu ekor sapi membutuhkan sekitar 11 ton jerami. Sehingga jerami yang dihasilkan sawah-sawah yang menghampar luas di seluruh wilayah kabupaten indramayu itu mampu menghidupi 200 ribu ekor sapi.

Mungkin ada yang bertanya, "apakah populasi sapi di indramayu mencapai ratusan ribu?"

Jawabannya, "tidak. Sekali lagi, tidak. Dan diulang sekali lagi, tidak!"

Populasi sapi di kabupaten indramayu hingga saat ini baru mencapai sekitar 12.000 ekor. Jumlah yang masih sangat sedikit dengan potensi jerami yang dihasilkan oleh sawah yang menghampar, baru 5 % saja.

Jumlah yang sangat sedikit ini bukan saja masih jauh dari potensi pakan yang tersedia tetapi juga populasi yang ada ini masih jauh dari kebutuhan sapi potong yang dikonsumsi oleh masyarakat kabupaten indramayu sendiri.

Dari data yang kami miliki, setiap hari sebanyak 40 ekor sapi dipotong untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat kabupaten indramayu. Jumlah itu setara dengan 1.200 ekor sapi sebulan atau 14.600 ekor sapi dalam setahunnya.

Sehingga jika diuangkan maka putaran uang di indramayu, khusus dari komoditi sapi potong saja setara dengan rp. 800 juta/hari atau rp. 24 milyar per-bulan atau rp. 288 milyar rupiah/tahun.

Hal ini menjadi penting mengingat kebutuhan sapi sejumlah hampir 15 ribu ekor/tahun itu ternyata hampir semuanya didatangkan dari luar daerah, khususnya jawa tengah dan jawa timur. Karena populasi ternak di kabupaten indramayu hingga saat ini baru mencapai jumlah sekitar 12 ribu ekor.

Dengan kata lain, jika semua sapi di kabupaten indramayu ini dipotong sekalipun, maka tidak akan memenuhi kebutuhan masyarakat kabupaten indramayu sama sekali.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika para pen-supply sapi potong yang setiap hari memasok sapi yang dibutuhkan masyarakat kabupaten indramayu itu, memanfaatkan potensi terpendam ini untuk kemakmuran keluarga mereka.

Truk mereka menuju ke indramayu berisi penuh sapi potong, pada saat pulang tidak mau kosong. Mereka mengisi penuh truk dengan jerami. Sampai di tujuan jerami dari indramayu itu menjadi makanan mewah sapi potong masyarakat jawa tengah dan jawa timur. Setelah sapi-sapi mereka besar, dibawalah sapi-sapi itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kabupaten indramayu kembali.

Demikianlah siklus jerami-sapi dan sapi-jerami ini terus berlangsung hingga kini. Jerami dari indramayu dibawa peternak jawa tengah dan jawa timur dan kembali ke indramayu dalam bentuk sapi dewasa, sapi potong yang memang benar-benar siap dipotong.

Dengan kata lain, masyarakat kabupaten indramayu yang merupakan gudang pangan nasional ini tidak berhenti kondisi, "wong dermayu, mangan sega lawue dami." dalam bahasa nasional: orang indramayu, makan nasi berlauk jerami....

Tentu saja hal ini harus segera diakhiri, potensi jerami yang dihasilkan hamparan sawah di kabupaten indramayu ini sudah saatnya menjadi sumber kemakmuran bagi masyarakat kabupaten indramayu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun