Sekalipun menempuh pendidikan dasar di perkampungan nun jauh dari keramaian, beruntung sekali perpustakaan SDN Kedungjati yang kami cintai relatif penuh buku. Apalagi untuk ukuran tahun 1970-an ketika penerbit buku masih sangat terbatas. Seingat saya, hampir semuanya terbitan Balai Pustaka.
Salah satu bacaan yang paling saya suka adalah biografi, mulai dari Muhammad Yamin dan pejuang kemerdekaan yang lainhingga Otobiografi Bung Hatta yang belum selesai ketika beliau meninggalkan kita semua. Tetapi dari ribuan buku itu, tidak ada satupun yang merupakan sejarah kehidupan Presiden Pertama Republik Indonesia.
Mungkin itulah sebabnya, ketika menempuh pendidikan menengah saya mulai merambah kepada bacaan tentang Putera Sang Fajar melebihi yang lainnya. Bukan hanya bacaan ringan tentang kehidupan beliau tetapi juga biografi dan autobiografi. Tidak luput juga bacaan dari mereka yang menghujat beliau, khususnya dalam kaitannya dengan partai terlarang.
Bahkan karya Bung Besar, menjadi bacaan yang selalu saya cari.Indonesia Menggugat, … hingga Sarinah.Bahkan pada suatu libur semester di SMA, saya gunakan untuk menyelesaikan Di Bawah Bendera Revolusi.Pinjaman dari bapak tukang buku loak di Jl. Karanggetas Cirebon.
Ribuan halaman buku yang dicetak dengan ejaan lama itu, menguatkan keyakinan tentang seorang Sukarno (maaf, sangat keliru kalau ada yang menulisnya sebagai Soekarno).Putera Sang Fajar telah menunjukkan kebesarannya sejak belia.Banyak pemikiran beliau hampir seabad lalu masih sangat sesuai dengan kondisi saat itu.
Tidak sedikit juga para pemikir dan tokoh bangsa ini yang kemudian ternyata “menyitir” beberapa pemikiran beliau.Dan, dianggap baru pada zamannya.Padahal, yang dikemukakan mereka telah dipublikasikan lebih dari setengah abad sebelumnya.
Hal ini tidak mengherankan mengingat pada zaman Orde Baru terjadi pembumihangusan segala yang berbau Bung Karno.Apalagi hasil pemikirannya yang berupa buku.Jangan harap bisa ditemui di toko buku.
Makanya beruntung sekali saya bisa membaca buku yang selalu disembunyikan pemiliknya itu.Ketika kuliah, seorang teman baik meminjamkan buku koleksi bapaknya, saya pun menuntaskan untuk kedua kalinya.Di perpustakaan Setda Tanah Datar saya melengkapi dengan pemikiran terbaru beliau, ratusan buku kecil teks pidato beliau, sejak pertama berkuasa hingga Nawaksara yang disampaikan di penghujung kekuasaannya.
Ketika reformasi bergulir, seorang editor membukukan sebagian bacaan terakhir membukukannya.Namun sayang, buku itu tidak memuat pemikiran Bung Besar secara dengan baik, diambil yang perlunya saja.Bahkan tidak selengkap isi perpustakaan Luhak Nan Tuo tempat saya menyembunyikan diri melahap bacaan terlarang itu.Tidak menherankan kalau pada akhirnya terbitan itu pun kurang gregetnya.
Alhamdulillah, beberapa bulan yang lalu, saya akhirnya dapat memiliki buku tebal itu.Tetapi ada yang kurang, ejaannya sudah berubah, EYD.