Media saat ini dipenuhi oleh pemberitaan tentang ditangkapnya Fariz Rustam Munaf yang sedang asyik memainkan gitar ditemani 3 jenis narkoba. Musisi berusia 56 tahun ini mengalami hal yang sejenis untuk kedua kalinya. Fariz pernah ditahan Polisi pada sebuah razia yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2007. Akibatnya divonis 8 bulan penjara potong masa hukuman. Sisa hukuman Fariz dihabiskan di Rumah Sakit Melia Cibubur menjalani rehabilitasi.
Seakan semua tentang Fariz adalah jelek. Padahal di balik pemberitaan kelam itu, banyak sisi baik yang saat ini dilupakan orang. Fariz juga manusia, hidup dalam lingkup dua sisi mata uang yang berbeda tetapi tetap dalam satu dunia. Berbalut keburukan seperti diberitakan saat ini, tetapi juga intan yang bersinar pada eranya.
Terlahir di Jakarta pada tanggal 5 Januari 1959 dari keluarga seniman. Ayahnya adalah seorang penyanyi di RRI bernama Rustam Munaf yang menikah dengan Hj.Anna Reijnenberg seorang pelatih piano. Pelajaran musik seperti piano didapatnya juga dari pelatih piano handal seperti Sunarto Sunaryo dan Prof. Charlotte Sutrisno JP.
Pendidikan formalnya pun pantas diacungi jempol, setamat SMA 3 Jakarta yang dikenal sebagai sekolah teladan, Fariz masuk Institut Teknologi Bandung pada tahun 1978.
Sedangkan karier bermusiknya dimulai sejak sangat belia, umur 7 tahun sudah main drum mengiringi Chrisye. Pada usia 12 tahun membentuk group musik YOUNG GIPSY yang membawakan musik blues dan rock, bersama Debby Nasution dan Odink Nasution. Pada saat perpisahan di sekolahnya Fariz membuat operet bekerjasama dengan Addie MS, Adjie Soetama dan Imran RN.
Ketika kuliah di ITB, Fariz bergabung dengan GIANT STEP dan THE ROLLIES. Selain bersama dua group rock tersebut, Fariz juga pernah mengiringi kelompok musik HARRY ROESLY KHARISMA pimpinan Harry Roesli.
Pada tahun 1980 dunia musik Indonesia yang mendayu-dayu dikejutkan dengan munculnya BARCELONA dan SAKURA yang diaransemen secara atraktif. Dalam album SAKURA, Fariz bukan hanya menunjukkan kemampuan vokalnya, tetapi juga memainkan seluruh alat musik yang dipadukannya secara apik. Hanya beberapa lagu dalam album tersebut yang melibatkan orang lain, baik dalam vokal maupun instrumen.
Bersama Erwin Goetawa, Fariz membentuk group musik yang memadukan jazz dan rock, TRANSS. Dalam sampul albumnya HOTEL SAN VINCENTE (1981) tertulis “pembaharuan musik Indonesia dalam warna, personalitas, dan gaya.” Tidak mengherankan jika TRANSS menginspirasi munculnya beberapa group musik fussion seperti KRAKATAU, KARIMATA, EMERALD dan lain-lain.
Bersama Iwan Madjid dan Darwin B Rachman, pada tahun 1983, Fariz membentuk kelompok musik bernuansa rock progresif WOW! Group musik ini sempat menelorkan sebuah album bertajuk PRODUK HIJAU.
Selain itu, Fariz aktif di kelompok SYMPHONY bersama Ekki Soekarno, Herman Gelly Effendi dan Jimmy Paais. Tiga album dikeluarkan kelompok musik ini yaitu TRAPESIUM (1982), LADY (1982) dan N.O.R.M.A.L (1987). Di saat yang sama, Fariz juga terlibat dengan JAKARTA RHYTHM SECTION dan beberapa proyek album solo.
Dalam seperempat abad berkarir di bidang musik (1978-2003), vokalis dan musisi berbakat ini menghasilkan 20 album solo, 72 album kolaborasi, 18 album soundtrack, 27 album produksi (Fariz sebagai produser) dan 13 album internasional yang dirilis di Eropa dan Asia Pasifik.
Lama tidak muncul di depan publik, Fariz menggelar beberapa konser bersama penyanyi muda. Pada tanggal 14 Oktober 2014, Fariz bersama Dian Permana Putra meliris FARIZ RM & DIAN PP IN COLLABORATION WITH. Album kompilasi ini berisi 13 lagu ber-genre pop, jazz, RnB dan dance-pop, dengan lagu utama KAU SEPUTIH MELATI dari Sammy Simorangkir dan Dian Pramana Putra.
Majalah Rolling Stones Indonesia memasukkan 5 lagu karya suami Oneng Diana Riyadini ini ke dalam Daftar 150 Lagu Terbaik Sepanjang Masa versi, yaitu SELANGKAH KE SEBERANG (1979), SAKURA (1980), BARCELONA (1988), INTERLOKAL (1982) dan HASRAT DAN CITA (1978). Tiga lagu pertama adalah lagu solo yang dinyanyikan endiri oleh Fariz, sedangkan INTERLOKAL digarap bersama SYMPHONY dan Andi Meriem Matalatta menyanyikan HASRAT DAN CITA.
Jika menilik puncak kreafifitasnya yang bergaris biru dengan masa study-nya di ITB maka Fariz patut diacungi jempol. Hanya pribadi luar biasa yang di tengah kesibukkan kuliah sistem paket (bukan SKS, maaf jika salah), masih bisa menorehkan karya gemilang yang patut dikenang sepanjang masa.
Oleh karena itu, mari kita tidak berkutit pada sisi buruk seseorang. Di balik sisi gelap yang dijalani dalam kehidupan seorang Fariz, banyak perjalanan indah yang bisa dijadikan pelajaran untuk kita semua.
Semoga kita bisa menarik pelajaran terbaik dari pelangi kehidupan salah satu musisi terbaik yang pernah ada di Tanah Air ini. Aamiin YRA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H