Ada sebuah dongeng tentang Rembulan dan Matahari yang saling mencintai, tetapi mereka tidak pernah bisa berjumpa, mereka tidak pernah bisa menyatu, mereka tidak pernah bisa saling memeluk dan menyapa.
Ketika Matahari datang di saat fajar, Rembulan sudah menghilang dibalik peraduannya. Ketika Rembulan kembali dari peraduannya, Matahari sudah pergi ke arah barat.
Kemudian Sang Pencipta Agung menciptakan Gerhana, untuk menyatukan mereka dalam satu garis waktu, untuk diperlihatkan ke semua makhluk bahwa tidak yang mustahil untuk Cinta. Hanya saja saling menjaga jarak itu lebih baik sambil menunggu waktunya tiba untuk dipersatukan.
Apakah kamu mengetahui bahwa "tipu daya laki-laki itu sangat dasyat?".
Dia mampu menahan segala rasa sakit dan rasa lapar demi seseorang yang dia cintai bisa tersenyum dan makan kenyang. Dia mampu menahan rasa lelah demi bisa melihat seseorang yang dia cintai dapat bahagia.
Matahari berkata, "Rembulan itu nyata, hanya saja aku harus tertidur untuk bisa bertemu dan memeluknya. Lalu Rembulan pun berkata, "Matahari itu nyata, hanya saja aku harus terlelap di peraduan untuk bisa menggandeng tangannya dan mendekapnya.
Kamu tahu?Â
Apa yang aku ceritakan diheningnya sepertiga malam pada Tuhanku? masih tentangmu. Rindu yang aku langitkan masih untukmu, Cinta yang aku adukan masih tentangmu. Entah mengapa segala yang berkaitan denganmu, bagiku adalah hal termanis yang harus aku adukan kepada Tuhanku, yang harus aku bagi dan ceritakan kepada Tuhanku. Semua yang menyangkut tentangmu, bagiku suatu anugerah yang harus aku syukuri.
Kaupun harus tahu kebenarannya, diantara doa-doa yang aku langitkan, segala keluh kesah yang aku panjatkan dan segala semoga untukmu adalah hal yang paling indah untuk lebih lama aku perbincangkan dengan Tuhanku dan ternyata mencintaimu dengan cara seperti ini begitu menyenangkan dan semoga pada setiap yang aku harapkan lekas Dia kabulkan.
Dongeng Rembulan dan Matahari seolah-olah berkata, "Aku tidak perlu ragamu, cukup hadirmu dengan menyapa lewat maya, mengabari lewat ketikan jari, karena aku sadar, kamu hanya momen dan bukan komitmen, kamu hanya hadir dan bukan takdir."