Mohon tunggu...
dinnnadine
dinnnadine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sepenggal Kisah dari Desa Mertoyudan Magelang

22 September 2021   14:11 Diperbarui: 22 September 2021   14:14 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Human Interest - Sepenggal Kisah dari Desa Mertoyudan Magelang

Di Kabupaten Magelang, terdapat sebuah desa yang bernama desa Mertoyudan. Di desa itu, hidup seorang wanita lanjut usia bernama Mbah Anemaswati atau sering disebut Mbah Wati. Mbah Wati ini menggantungkan hidupnya dari warung sederhana yang ia mliki. Untuk mengawali hari-harinya, mbah Wati memulai aktivitasnya dari bangun sebelum matahari terbit untuk beribadah sholat subuh. bagi mbah Wati, salah satu tempat mengadu kepada sang Pencipta adalah diatas sajadahnya. Setelah melakukan ibadah sholat subuh, Mbah Wati mulai membuka warung sederhananya dan menjual berbagai kebutuhan harian, seperti minyak, kudapan ringan, kerupuk, dan berbagai makanan dan minuman instan untuk warga di sekitar tempat tinggalnya. 

Berat bagi Mbah Wati untuk melakukan pekerjaan rumahnya seorang diri, namun Mbah Wati tetap berusaha kuat dan tabah melakukan segala sesuatu secara mandiri, tanpa meminta sedikitpun bantuan dari tetangga atau warga sekitar. Selain membuka warung sederhana, Mbah Wati sering kali mendapat orderan tambahan berupa menjahit baju atau celana milik tetangganya. Walaupun tidak banyak, namun bagi Mbah Wati, menjahit adalah salah satu hobi selingan diwaktu lenggang sambil menunggu pembeli mampir ke warungnya. 

"Saya dulu tinggal di Jawa 10 tahun, setelah itu pindah ke Jakarta ikut anak, cuman ngontrak, lalu setelah anak saya menikah, saya balik ke Jawa lagi lalu buka warung ini. Awal buka warung cuman punya modal 100 rebu, tapi lama kelamaan dapet tambahan dari anak jadi 200 rebu, 300 rebu, sampai sekarang, ada kali 5 taun buka warung gini. " kata Mbah Wati (Rabu,  22 September 2021). Mbah Wati adalah seorang Wanita yang membesarkan anaknya seorang diri, karena suami dari Mbah Wati pergi meninggalkannya. Dalam kondisi pandemi seperti ini, perekonomian mbah Wati semakin terasa sulit. Namun, Mbah Wati hanya bisa bersabar dan tetap bersyukur karena masih diberikan kesehatan hingga sekarang ini. Mbah Wati selalu menjalani hidupnya dengan penuh semangat yang baru setiap harinya.

Dokpri
Dokpri

Beberapa anak Mbah Wati yang sudah berumah tangga hanya dapat mengunjunginya sebulan sekali. Terkadang, Mbah Wati juga mendapat tambahan kiriman penghasilan dari anak-anaknya yang sudah berumah tangga. "Kadang anak saya dateng, ya paling sebulan sekali, karena mereka sudah pada kerja masing-masing. Anak saya yang laki kerja di PEMDA, tapi sekarang sudah merangkap menjadi RT di Jakarta. Kalau anak perempuan saya, sama, kerja di Jakarta juga, kadang-kadang dateng 2 atau 3 bulan sekali. yang perempuan ngasi duit 50 rebu sebulan, yang laki juga ngasih duit 50 rebu sebulan." kata Mbah Wati. 

Menurut tetangga Mbah Wati, yaitu Ibu Nurhayati dan Ibu Kurnia, Mbah Wati termasuk nenek yang mandiri, apa- apa dikerjakan sendiri, wanita yang tangguh dan hebat, serta memiliki rasa sosial yang tinggi. Bila ada tetangga yang membutuhkan bantuan Mbah Wati, Mbah Wati dengan senang hati dan ikhlas membantu. Selain itu, meskipun ekonomi Mbah Wati terbatas, Mbah Wati tetap rajin membayar iuran warga desa. Mbah Wati hidup seorang diri, mencari penghasilan sehari- hari sendiri, tanpa meminta bantuan tetangga atau warga sekitar. 

Dari sepenggal kisah Mbah Wati ini, kita mendapat sebuah pelajaran hidup, bahwa dengan diri sendiri, kita dapat bertahan hidupp tanpa mengandalkan bantuan orang lain dan usia tidak menjadi sebuah penghalang dalam melakukan segala hal. 

Penulis : Nadine Tiara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun