Mohon tunggu...
Nur Dinni
Nur Dinni Mohon Tunggu... -

ATVI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Pilihan

17 Januari 2015   23:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:56 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Pilihan



Ini sudah menjadi takdirku hidup dari anak keluarga miskin yang telah ditinggal mati oleh ayahku. Aku Vena umurku 17 tahun aku anak kedua dari 4 bersaudara aku mempunyai dua adik dan satu kakak aku sekarang duduk di bangku SMA kelas 3, itu karena aku mendapatkan beasiswa di SMA. Aku senang mempunyai keluarga yang harmonis walaupun ada kekurangan, tetapi keharmonisan itu berubah seiring kepergian ayahku kepelukan yang maha kuasa semenjak ayah meninggal ibu harus banting tulang untuk kebutuhan dan untuk biyaya sekolah adik-adikku. Aku sering membantu ibuku untuk berjualan, kakakku sudah tidak peduli lagi dengan adik-adikku karena ia sudah menikah kakakku sangat bodoh hanya karena harta ia rela menjadi istri ketiga dari juragan Asep.

Hari ini aku senang karena aku baru saja mendapatkan pengumuman bahwa aku dapat berkuliah disalah satu Perguruan Tinggi Negeri yang selama ini aku impi-impikan hanya dengan modal prestasi. Aku pulang kerumah dengan wajah berseri “ Assalammualaikum bu, ibu aku diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri impianku bu” ucapku dengan semangat dan rasa bangga, namun raut wajah ibu kelihatan tidak suka, “ tidak Vena! Ibu tidak akan mengizinkan kamu untuk kuliah.” Dengan tegas ibu menolaknya, dengan raut wajah bingung aku menjawabnya “memang kenapa bu, aku tidak diizinkan untuk kuliah? ” jawab ibu dengan tegas “ kamu itu akan ibu nikahkan dengan seorang pengusaha kaya raya , yang dapat mengangkat derajat keluarga kita.” Menetes air mataku ketika ibu mengatakan itu padaku. Ibuku ingin aku mengikuti jejak kakaku. ”aku tidak mau bu, aku ingin melanjutkan impian ku bu. masa depan ku bukan seperti itu, aku mohon jangan paksa aku untuk menikah bu “ dengan perasaan sedih dan kecewa, saut ibu “sudah lah vena buat apa kamu tetap sekolah kalo akhirnya wanita hanya diposisikan dikasur,sumur, dan dapurjuga kan.” Jawab ibu ku dengan kesal, ibu melihat kakak ku yang kini sudah menikah dan hidup enak dengan juragan Asep. Ketika ayah ku meninggal ibu dan kakak hanya memikirkan harta dan kebahagiaan mereka saja. “ tapi bu wanita itu bisa sukses subur dan makmur,” jawab ku dengan tegas dan lantang. Entah mengapa ibuku tetap kekeh dengan keputusannya, ibu hanya memikirkan kebahagiaannya saja dan tidak memikirkan masa depan ku seperti apa.

Dari perdebatanku, dan ibu memutuskan aku harus memilih salah satu pilihan “ mengikuti apa kata ibu menikah dengan seorang pengusaha yang sudah ibu pilihkan atau memilih meneruskan kuliah yang selama ini aku inginka tetapi pergi dari rumah.” Aku sangat sedih dengan pilihan yang ibu buat, aku tidak tau harus memilih yang mana. Aku tidak mau menjadi anak durhaka tetapi disisi lain aku ingin membuktikan dengan keadaan ku seperti ini aku bisa kuliah dan bisa mengangkat derajat keluarga dengan kerja keras dan semangat ku, tetapi bukan menikah dengan laki-laki yang ibu pilihkan untuk ku dan bahkan aku tidak mengenalnya. Ibu terus memaksa aku untuk menjawabnya, ibu terus menunggu jawaban ku dengan percaya diri dan semangat ku “aku memutuskan untuk meneruskan kuliah dan untuk pergi dari rumah, maaf bu aku ingin meneruskan perjuangan ku menjadi orang sukses dengan semangat dan kepercayaan ku” menetes air mata ku. Ibu hanya bisa menangis entah itu menangis karena takut kehilangan ku tau kecewa dengan keputusan ku, “ aku akan membuktikan kepada ibu dan aku akan kembali lagi jika nanti aku sudah mengangkat derajat keluarga dengan kesuksesan ku.”

Selesai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun