Oleh Dinda Annisa
Ia adalah seorang siswi Kelas 3 dari desa Lohai-Malhar yang terpencil di distrik Kathua di Jammu dan Kashmir (J&K), Wilayah Persatuan (UT) India. Ia tidak senang dengan gedung sekolahnya yang bobrok sehingga ia membuat video yang dibagikan di situs sosial dan kemudian menjadi viral.
Gadis kecil itu mengeluh bahwa ia harus duduk di lantai yang kotor bersama teman-temannya dan ingin Perdana Menteri India Narendra Modi untuk menyembuhkan penyakit yang mengganggu sekolahnya. Ia tidak lain adalah Seerat Naaz, yang bercita-cita menjadi anggota Indian Administrative Service (IAS).
Menurut surat kabar elektronik First India, Seerat tinggal bersama ibu dan adik perempuannya, yang belajar di Kelas 2 di sekolah yang sama. Ayahnya, satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga, bekerja sebagai buruh harian di negara bagian Himachal Pradesh.
Hampir 300 siswa belajar di sekolah menengah negeri di desa Lohai.
Dalam video viralnya, Seerat meminta Perdana Menteri Modi untuk melakukan sesuatu untuk memperbaiki infrastruktur sekolahnya. Ia juga mengatakan, para siswa disuruh duduk di lantai yang kotor dan harus buang air di tempat terbuka karena toiletnya sudah dalam keadaan rusak.
Ia mendesak PM Modi untuk mencatat kekhawatirannya dan membangun sekolah baru untuknya dan rekan-rekannya di mana mereka akan memiliki bangku yang layak untuk diduduki. Ia juga mengatakan bahwa sekolahnya tidak memiliki taman bermain.
"Sekolah kami berada dalam kondisi yang buruk dan kami harus menghadapi banyak masalah. Jadi, saya mengambil tanggung jawab sendiri untuk menyampaikan keprihatinan kami kepada Modi-ji saat ia mendengarkan 'Mann Ki Baat' [Pembicaraan Hati] dari satu dan semua. Saya mendesaknya untuk mendengarkan 'Mann ki Baat ' juga dan memberikan kami sekolah yang dilengkapi dengan semua fasilitas yang diperlukan," ujar Seerat kepada kantor berita ANI beberapa waktu lalu.
Ibu Seerat, Bhavna Naaz, mengatakan kepada ANI bahwa sekolah tersebut hanya memiliki sedikit bangunan yang bobrok.
"Saya punya dua anak perempuan. Suami saya bekerja sebagai buruh di Himachal Pradesh. Daerah ini hanya memiliki satu sekolah dan anak-anak dari daerah perbukitan yang jauh datang ke sini, menempuh jarak beberapa kilometer dengan berjalan kaki, untuk mendapatkan pendidikan. Dibandingkan dengan kebanyakan sekolah perkotaan, yang satu ini tidak memiliki apa-apa selain bangunan, yang juga dalam keadaan memprihatinkan. Tidak memiliki bangku untuk siswa duduk. Pada saat pemerintah berbicara tentang 'India Digital', saya percaya bahwa sekolah-sekolah, bahkan di pelosok-pelosok negeri, perlu difasilitasi sesuai dengan visi ini," ungkap Bhavna kepada ANI.