Salima berterima kasih kepada seluruh anggota keluarganya atas dukungan penuh mereka.
"Orang tua dan saudara saya banyak mendukung saya saat saya sedang menulis kitab suci ini. Setiap anggota keluarga sangat mendukung saya, dan ayah saya membawakan semua yang saya butuhkan untuk menulis. Saya disediakan segalanya oleh keluarga saya. Awalnya, saya ingin menerjemahkan Al-Qur'an dalam bahasa Gojri, tetapi saya memutuskan untuk menulis Al-Qur'an dalam bahasa Arab terlebih dahulu dan kemudian akan melakukan terjemahan Gojri juga. Saya anggota komunitas Gujjar, dan saya ingin mempermudah masyarakat kita untuk memahami Al-Qur'an. Saya ingin ini dicetak agar menjangkau lebih banyak orang," ungkap Salima kepada Wion.
Salima selalu diapresiasi oleh guru dan keluarganya dan saat itulah ia mendapat ide untuk menulis kitab suci. Seni kaligrafi Salima sedemikian rupa sehingga hampir tidak terlihat seperti tulisan tangan, lebih mirip dengan tulisan di komputer.
Penduduk setempat mengungkapkan kebanggaan dan kebahagiaan mereka memiliki putri yang berbudi luhur seperti Salima di komunitas Gujjar mereka. Mereka yakin prestasi Salima dapat membawa kejayaan bagi daerah dan kelas Gujjar mereka. Mereka berharap pemerintah akan mendorong dan mendukung lebih banyak gadis seperti Salima untuk mencapai cita-cita mereka.
"Kami bangga bahwa seorang putri yang berbudi luhur lahir di daerah kami dan dengan melakukan pekerjaan yang hebat, ia telah membuat nama daerah serta kelas Gujjar kami cerah, yang kami banggakan. Kami merasa dan kami berharap pemerintah akan mendorong gadis-gadis seperti itu," papar penduduk setempat kepada The Munsif Daily.
Salima telah menjadi panutan tidak hanya bagi desanya tetapi juga seluruh wilayah J&K.
Penulis adalah jurnalis lepas yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H