Mohon tunggu...
Dinda Annisa
Dinda Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Penterjemah Lepas

Based in Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orang Tibet Melanjutkan Perjuangan Mereka untuk Kebebasan dari Kekuasaan China

14 Februari 2023   05:15 Diperbarui: 14 Februari 2023   09:38 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

China dan Tibet adalah negara yang terpisah sejak lama. Tibet sebagai negara merdeka dan berdaulat memiliki bendera nasional, mata uang, perangko, paspor dan tentaranya sendiri. Dari tahun 1913 hingga 1950, terdapat banyak misi diplomatik asing di Lhasa, ibu kota Tibet.

India tidak memiliki perbatasan darat dengan China tetapi memiliki perbatasan dengan Tibet. Pada tahun 1950, China menduduki Tibet dan mengklaim beberapa bagian India memiliki wilayahnya sendiri.

"China mengklaim sepenuhnya Arunachal Pradesh [negara bagian di India] sebagai bagian dari Tibet selatan. India telah memutuskan bahwa kami tidak akan membiarkan China untuk melintasi perbatasan kami. Kami bertekad bahwa kami akan menahan China di perbatasan yang telah kami tanda tangani oleh perwakilan Tibet pada tahun 1923-1924. Kami sangat jelas bahwa kami tidak akan membiarkan China untuk menggertak kami," ungkap Letnan Jenderal Shokin, pembicara lainnya.

"Tentara India dan rakyat India cukup kuat untuk menghadapi China yang bangkit kembali dan memastikan bahwa China tidak memiliki rencana petualang atas India."

Dengan memberikan suaka kepada Dalai Lama pada tahun 1959 dan menjadi tuan rumah bagi pemerintah Tibet di pengasingan, India telah menunjukkan dukungannya terhadap masalah Tibet.

"Orang-orang India sangat bersimpati, mencintai dan menghormati orang-orang Tibet," tutur Shokin.

Tibet kemudian dibagi dan diintegrasikan ke dalam berbagai provinsi China. Awalnya, Tibet hanya memiliki tiga wilayah: U-Tsang, Kham dan Amdo. Namun, China memecahnya menjadi beberapa bagian dan memasukkannya ke dalam provinsi-provinsi mayoritas Han, seperti Gansu, Qinghai, Sichuan dan Yunnan. Dengan mencampurkan bagian-bagian tertentu dari Kham barat dengan U-Tsang, China telah menciptakan Daerah Otonomi Tibet (TAR) pada tahun 1965. Saat ini, bagi China, Tibet hanya mengacu pada TAR, bukan Kham dan Amdo.

Tibet juga dikenal sebagai Kutub Ketiga di dunia. Negara ini memegang sumber air es terbesar ketiga di dunia, setelah Arktik dan Antartika. Tibet merupakan sumber sungai terbesar di Asia, termasuk Brahmaputra, Indus, Sutlej, Mekong dan Yangtze. Lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh Asia bergantung pada air yang mengalir dari gletser Tibet.

"Selama bertahun-tahun kita telah melihat hilangnya ribuan danau, munculnya gurun, hilangnya gletser, yang diperkirakan akan hilang hingga 50 persen pada tahun 2050. Hilangnya Tibet adalah hilangnya sumber air dunia. China entah bagaimana memiliki perannya dalam mempercepat hal yang terburuk. China memiliki program pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga air yang mempengaruhi pasokan air di hilir ke daerah terdekat. Negara-negara Asia harus khawatir terhadap hal ini," jelas Dinna.

Bukan hanya orang Tibet yang menderita akibat represi Komunis China, tetapi juga orang Uyghur di wilayah Xinjiang dan orang Mongol di Mongolia Dalam juga mengalami nasib yang sama. Tidak ada kebebasan di Tibet, Xinjiang dan Mongolia Dalam.

Apa yang harus dilakukan kelompok minoritas ini untuk membebaskan diri dari kekuasaan otoriter?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun