Oleh Dinda Annisa
Komunis China mengklaim bahwa Tibet sebagai bagian integral dari Republik Rakyat China (RRC). Tetapi orang Tibet dan pemerintah mereka di pengasingan mempertahankan bahwa Tibet adalah negara merdeka yang berada di bawah pendudukan ilegal China.
Pada tahun 1949, China menginvasi Tibet yang merdeka dan mempertahankannya di bawah kendalinya hingga hari ini.
"Partai Komunis China sangat licik. Mereka mengkhianati semua harapan dan kepercayaan rakyat Tibet dan akhirnya Tibet diserbu, diduduki secara ilegal dan ditindas secara brutal," kata Lobsang Sangay, mantan Sikyong (Presiden) Administrasi Tibet Tengah, pada webinar internasional di Jakarta.
Webinar bertajuk "Fighting for Independence Continues in Tibet Despite Chinese Repression" diselenggarakan oleh Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Jakarta pada tanggal 13 Februari 2023 dari platform "Global Talk" ITS.
Webinar tersebut menghadirkan berbagai pembicara terkemuka seperti Lobsang Sangay, Rekan Peneliti Senior di Universitas Harvard dan mantan Sikyong dari Administrasi Tibet Pusat dari AS, Letnan Jenderal Shokin Chauhan, Ketua Kelompok Pemantauan Gencatan Senjata dan mantan Direktur Jenderal Assam Rifles dari India, Dinna Prapto Raharja, Associate Professor di Universitas Binus dari Jakarta, Mahesh Ranjan Debata, Asisten Profesor di Universitas Jawaharlal Nehru dari India dan Veeramalla Anjaiah, Peneliti Senior di CSEAS dari Indonesia.
Seluruh sesi webinarnya dapat disaksikan di saluran YouTube TV CSEAS Indonesia dengan mengklik tautan berikut:
https://www.youtube.com/live/YaLTJNFW8Sc?feature=share
Menurut Lobsang, perjuangan kemerdekaan Tibet masih kuat karena lima alasan utama. Mereka adalah Dalai Lama ke-14 beserta visinya, semangat, solidaritas dan ketahanan rakyat Tibet, pengasingan warga Tibet dan demokratisasi pemerintahan mereka, India dan rakyatnya serta dukungan dari komunitas internasional untuk perjuangan rakyat Tibet.
"Ini adalah lima alasan mengapa perjuangan kemerdekaan Tibet hidup, menggelora dan kuat," ujar Lobsang.