Kok gue kalau ngomong suka kaku ya? Kok gue kalo ngomong terbata-bata ya? Kok gue kalo ngomong lupa dengan apa yang ingin gue sampein tadi ya?
Setiap orang pasti pernah bertanya-tanya ke diri mereka sendiri tentang pertanyaan diatas tadi, dikarenakan kegugupan dalam berbicara, menyebabkan omongan kita menjadi kaku dan terbata-bata. Sehingga lawan bicara kita bosan mengobrol dengan kita dan itu membuat kita menjadi minder untuk bergaul. Dalam bergaul, hal yang harus kita pertahankan adalah obrolan. Bagaimana kita menciptakan obrolan yang tahan lama tanpa membuat lawan bicara kita bosan dan kita juga mendapatkan feedback yang bagus sehingga dalam bergaul akan terasa lebih mudah. Sangat sulit sekali untuk membangun hal tersebut, apalagi kalau kita merupakan tipe yang mudah trauma dan overthinking, boro-boro bergaul, ngomong aja malas.
Ada beberapa faktor yang membuat kita susah bergaul:
1. Faktor Keberanian
Untuk memulai sebuah obrolan tentunya kita harus memiliki sebuah keberanian untuk memulai. Jangan manja, maunya nunggu diajak ngobrol. Tidak semua orang yang akan mengajak kita mengobrol duluan, kita harus berani untuk mengangkat sebuah topik untuk dibicarakan. Tidak harus yang berat-berat, mulai dengan bertanya nama, hobby dan lainya. Jangan pedulikan dengan hasilnya, kamu takut dia ngak nyaman atau obrolannya bakal bertahan sebentar? Stop negative thinking nya, yang penting  berani merupakan tahap awal yang sudah bagus.
2. Faktor Pede
Faktor kedua adalah Pede. Udah berani ngajak ngobrol tapi ngak pede? Sama aja bohong. Ini yang mambuat kita sulit untuk mengungkapkan kata-kata ke lawan bicara. Kita perlu pede dalam menyampaikan pendapat kita sehingga tidak terkesan gugup. Kalau kita tidak pede dalam mengobrol, akan ada banyak kekurangan yang terlihat dimulai dari mimik wajah yang panik dan kata yang sulit dimengerti karena terbata-bata. Lawan bicara akan cepat merasa bosan dan dengan cepat juga meninggalkan obrolan.
3. Faktor Kebiasaan
Jika kita ingin jago ngobrol, kita harus sering latihan komunikasi. Biasakan diri untuk mengungkapkan ide apapun ke orang lain. Contohnya ke orangtua kita sendiri. Pasti diantara kita kalau ada keinginanya yang ngak sesuai dengan apa yang orangtua berikan, pasti akan protes. Kalau kita tetap diam saja, orangtua kita tersebut tidak akan tau apakah kita puas atau tidak terhadap apa yang mereka berikan. Setelah ke orangtua, kita bisa mencobanya dengan saudara, teman dekat dan kalau sudah bisa naik ke tahap selanjutnya kelompok kecil dan kelompok besar seperti menyampaikan pendapat ketika musyawarah. Perlahan namun pasti karena, ngak akan mungkin kita jago ngobrol kalo ngak terbiasa nimbrung di obrolan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H