Mohon tunggu...
Dini Wulandari Kencana
Dini Wulandari Kencana Mohon Tunggu... -

vanilla ice cream addict

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

GGS, Tanda Lanjutan dari Kehancuran Bangsa?

9 September 2014   02:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:15 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi sinetron ini. Anda sudah eneg mendengarnya? Sama saya juga. Tapi apa judul di atas tidak berlebihan? Masa sih hanya karena sinetron bisa membuat bangsa sebesar ini hancur? Tentunya bukan hancur berkeping-keping layaknya dijatuhi bom atom yang dalam sekejap bisa menghancurkan semua. Tapi bangsa ini bisa saja hancur dengan cara yang lebih menyakitkan. Lebih tepatnya hancur secara perlahan-lahan. Yang membuat miris adalah karena hal ini disebabkan oleh ulah masyarakatnya sendiri.

Tak ada yang salah memang mencari media hiburan, salah satunya dengan menonton sinetron. Sebagaimana kita tahu, apa yang telah terjadi di dunia persinetronan Indonesia. Telah banyak kritikan tajam, komentar pedas atau bahkan berbagai macam hinaan. Tapi apa mau dikata, sepertinya semua itu tidak mampu mengubah dunia sinetron untuk jadi lebih baik.

Episode tiada akhir? Jalan cerita amburadul? Sudah, jangan ditanya lagi. Yah mungkin hal itu masih bisa dimaklumi. Sampai sebuah sinetron contekan bertemakan serigala itu muncul dan menjadi hits tersendiri. Bukan, bukan menebak akan seberapa panjang episodenya. Tapi menebak sampai kapan kita bertahan menghadapi gempuran ini.

Ganteng-Ganteng Serigala a.k.a GGS seperti racun yang telah menginfeksi para penerus bangsa. Sinetron dengan rating no 1 ini terlalu lebay dalam mengambil setiap adegannya. Tapi justru inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para remaja dan ‘anak-anak’. Mereka menampilkan bagaimana sekolah menjadi tempat yang asyik untuk berpacaran. Hidup hanya untuk mengurusi masalah cinta. Sungguh kreatif para insan televisi kita. Sampai saking kreatifnya, mereka tidak bisa berhenti menciptakan ide-ide untuk keruntuhan bangsa sendiri.

Sedemikian mudahnya anak-anak terpengaruh, tak terkecuali adik saya sendiri yang begitu menggilai GGS. Dia bisa teriak-teriak kalau ada yang mengganggunya menonton tayangan ini. Setiap hari otaknya selalu dijejalkan oleh sinetron dan FTV. Bahkan di media sosial, mereka yang menamai diri GGS Lovers (penggemar GGS) rela membela mati-matian sinetron kesayangannya ini dari siapapun yang berani mengkritik. Saya pikir ini adalah sebuah imbas dan kelanjutan dari fenomena alay yang sebelumnya sudah ada. Fenomena yang menjadi awal kerusakan moral bangsa.

Bung Karno pernah berkata “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”

Apakah beliau masih sanggup mengatakan hal itu jika melihat para pemuda dan pemudinya yang sekarang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun