Mohon tunggu...
Dinissa Azhari
Dinissa Azhari Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Riba, Politik Tak Bertuhan

6 Desember 2019   19:43 Diperbarui: 6 Desember 2019   19:50 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Dinissa Azhari

Dalam kamus dunia, tak dapat dipungkiri bahwa politik selalu bersisian dengan perdebatan. Berperang pikiran sampai menjatuhkan lawan adalah suatu hal biasa dalam berpolitik. Memang, pengertian politik mengacu pada sebuah seni dalam pencarian kebenaran. Namun, tidak mesti membuat politik mengandung sebuah kebenaran. 

Nyatanya, kebenaran itu masih belum ditemukan, malah membuat kebenaran semakin jauh dari pandangan mata. Tatanan dunia saat ini terperdaya oleh negara sekuler modern yang muncul akibat paham ketidakbertuhanan dalam teori politiknya.

Penindasan ekonomi dilakukan melalui Riba sebagai teori pemerasan negara dunia. Riba merupakan suatu peminjaman uang yang berbunga tinggi dan ilegal, artinya tidak ada kepastian untung-rugi saat mengawali perjanjian. Tidak ada yang dapat menjamin, bunga akan terus bertambah saat pengembalian uang terlambat dilakukan.

Dan inilah faktor kemiskinan dunia yang melarat. Kekayaan sudah tidak lagi beredar melalui ekonomi, tetapi hanya beredar pada orang-orang kaya saja. Mereka meminjamkan uang dengan bunga, lalu menghisap lebih banyak dari peminjamannya.

Ibarat judi, siapa yang kalah maka ia harus mengeluarkan uang lebih banyak. Maka yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan semakin jatuh dalam kemiskinan.

Menghalalkan yang haram dan menutup mata akan kebodohan yang menimpa. Menyelewengkan petunjuk agama, hingga menjadi penghalang atas kebenaran yang sesungguhnya. Itulah hasil negara Eropa tak bertuhan, maupun negara non-Eropa lain yang tak bertuhan untuk memanipulasi ekonomi Internasional melalui taktik politik. 

Dalam buku yang berjudul "Ilmu Negara, Perspektif Geopolitik Masa Kini" yang dipaparkan oleh Kris Wijoyo Soepandji, bahwa "penjelasan Freeman secara jelas menyatakan tentang 'power of other states' artinya keefektifan suatu negara sangat ditentukan oleh kenyataan geopolitik.

Dalam hal ini 'power of other states' seyogyanya bisa dipahami juga sebagai 'power of other entities' mengingat dalam beberapa episode sejarah menunjukkan bahwa ada entitas-entitas non negara yang memiliki kekuasaan luar biasa, misalnya East India Company di masa lalu, serta pada zaman sekarang dimanifestasikan dalam lembaga-lembaga keuangan yang sangat berkuasa."

Maka kenyataan geopolitik memang menentukan keefektifan suatu negara. Bila suatu negara sudah sekali berhubungan dengan peminjaman uang berbunga atau utang , dia akan sulit melepaskan diri dari jeratan lintah yang menghisap kekayaan.

Indonesia termasuk dalam negara yang terjerat dalam utang luar negeri. Utang Indonesia sudah mencapai triliunan, dan terbukti semakin hari semakin bertambah utang yang harus dibayar oleh Indonesia. Sistem kapitalis memainkan perannya dalam menyuap Riba.

Elite politik menggunakan kekuasaannya untuk menutupi kebodohan karena terlibat dengan Riba. Kedaulatan berada pada rakyat, namun pemerintah mengekang erat peraturan yang merugikan rakyat.

Namanya demokrasi, namun pemerintah enggan bertanggung jawab atas rakyat, mereka hanya pintar berbicara lalu memanfaatkan suara rakyat untuk kepentingan pribadi. Hingga Politik menjadi alat penguasaan negeri. Inilah sebenarnya bahwa Indonesia masih pada tahap transisi demokrasi.

Islam hadir sebagai bagian dari solusi permasalahan yang terjadi, namun dunia menolak dan mengingkari. Dalam buku yang berjudul "Jerusalem In The Qur'an" yang dipaparkan oleh Imran N. Hosein bahwa, "Nabi (shollallahu alayhi wassalam) berhasil sedangkan setiap pemerintah negara di dunia saat ini gagal. Dia berhasil karena menerapkan aturan larangan Tuhan pada Riba, dan dia menjaga integritas nilai uang dengan menggunakan uang nyata.

Selain itu, dia menerapkan aturan hukum pidana yang tegas yang memberikan pencegahan bagi orang-orang yang terbukti bersalah atas kasus pencurian. Tetapi dunia menolaknya, dan umat Muslim meninggalkan ekonomi sunahnya. Dan dengan begitu, pada saat ini dunia dihukum hidup dalam jeratan Fasad dan Zalim, yakni kerusakan dan kehancuran pasar yang bebas dan adil."

Dunia saat ini adalah ujian terberat karena dipenuhi dengan Riba. Kebutaan spiritual dunia menyebabkan ketidaktahuan akan bahaya Riba yang menyengsarakan, dan menyeret pada kemiskinan permanen. Maka petunjuk agama yang memaparkan Riba dalam ekonomi modern terdapat dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi yang dapat diterapkan oleh setiap umat muslim dalam bertahan dari badai kerusakan dan tentu tidak mengikuti segala bentuk Riba.

Allah menurunkan Wahyu terakhir yang membahas tentang Riba seperti dijelaskan Imran N. Hosein dalam bukunya "Jerusalem In The Qur'an", yaitu "Tampak bagi kami bahwa wahyu terakhir seperti itu hanya dapat dengan tepat digunakan untuk mengulangi suatu pernyataan yang menjadi inti dari petunjuk Tuhan.

Sebagai tambahan, itu dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian pada bagian mana keimanan orang-orang beriman akan paling mudah diserang dalam serangan yang akan dilancarkan pada masa yang datang kemudian oleh musuh-musuh Islam. Akhirnya, wahyu itu datang pada saat terakhir karena itu dianggap berkedudukan sangat penting pada Zaman Akhir. Dan Allah Maha Tahu!"

Itu artinya kita hidup di zaman akhir dan akan kembali pada tujuan awal kehidupan yaitu, pertemuan dengan Tuhan, artinya politik akan berakhir dan politik ekonomi akan sangat tidak penting lagi. Karena harta tidak dibawa mati, dan pemburuan kekayaan yang sebelumnya dilakukan akan tidak berguna lagi.

Selanjutnya, tentu kita akan melihat atau menemukan kebenaran yang selama ini kita cari, di dunia saat ini atau di dunia lain dengan penghakiman yang mungkin sedang menanti.

*Penulis adalah mahasiswa semester 1 mata kuliah Pengantar Ilmu Politik, prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Untirta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun