Mohon tunggu...
Dini Kinanti
Dini Kinanti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Enjoy everything in this Life...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"What If..."

21 Agustus 2014   18:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:57 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terus kenapa ujung-ujungnya cuma Prabowo aja yang ngajuin diri jadi Capres?"

"Ya kan... berdasarkan hasil Pemilu Partai Gerindra termasuk yang paling banyak memperoleh suara. PDI-P jg termasuk Partai dengan perolehan suara paling banyak. Eh tapi, Sob... kenapa bukan Megawati yang nyalonin diri jadi Capres?"

"Nah itulah pinternya Megawati! Dia tau kalo dia yang nyalonin diri pasti nggak bakalan menang. Karena dia udah punya pengalaman dari Pemilu sebelumnya!"

"Iya juga ya... lha terus kenapa si Prabowo tetep keukeuh nyalonin diri jadi Capres?? Ahhh... elo bikin gue jadi kepikiran, Sob!"

"Hahaha.... woles, Wan. Jadi kalo menurut gue Skenario-nya seperti ini:

Sejak kegagalan Pemilu 2009, akhirnya 'Duet Maut' Prabowo & Megawati berusaha cari cara agar mereka tetep memegang pemerintahan Indonesia walopun mereka ga secara langsung jadi Presiden. Alhasil muncul istilah 'Presiden Boneka'. Berhubung masyarakat Indonesia semakin pintar, Megawati dan Prabowo juga harus pintar mencari 'boneka' yang bisa disukai sama rakyat. Dan beruntunglah ada kader Joko Widodo di kubu PDI-P dan kader Basuki Tjahya Purnama di kubu Gerindra. Jadi lahirlah kembali 'pasangan generasi ke-2' dari PDI-P & Gerindra. 'Pasangan' ini sangat berhasil menarik hati rakyat, terbukti dengan dipilihnya mereka menjadi Gubernur & Wakil Gubernur Ibukota Indonesia, Jakarta.

Muncul pertanyaan gue... Kenapa 'pasangan' ini dihadirkan di Jakarta? Dan gue pun akhirnya sadar kalo segala pusat informasi dan pemerintahan ada di Jakarta... Jadi lebih mudah buat kamera media menangkap kinerja 'pasangan' ini. Warga daerah lain yang ngeliat media jadi iri donk... mereka juga mau punya pemimpin seperti Joko Widodo. Biar adil, biar semua daerah ngerasin kepemimpinan Joko Widodo, gimana kalo jadi Presiden aja?
Ngeliat antusias rakyat yang ingin Joko Widodo jadi Presiden Indonesia berikutnya, nggak disia-siain ama Partai yang menaunginya, PDI-P. Megawati yang tau diri kalo dirinya nggak bakal menang di Pemilu tahun ini, langsung menunjuk Joko Widodo sebagai Capres dari partai PDI-P...

Dari Gerindra tetap memajukan Prabowo sebagai Capres dengan segala track recordnya yang kurang baik di masa Orde Baru. Cukup cerdik menurut gue. Pilihannya adalah kembali ke Orde Baru atau membentuk pemerintahan yang bener-bener Baru. Rakyat yang trauma dengan Orde Baru pun pasti ogah milih Prabowo. Ditambah pembagian koalisi yang cukup jenius! Orang-orang yang cukup bermasalah dimasukin ke kubu Prabowo, sementara orang-orang baru yang nggak bermasalah dimasukin ke kubu Jokowi. Orang jadi mikir ulang untuk milih Prabowo: Pelanggaran ham, ditambah lumpur lapindo, mafia migas, dan penguasa media jadi satu, bikin orang malas milih Prabowo. Dan elo liat sendiri skenario ini berjalan dengan sangat baik bukan, Wan?"

"Kenapa Basuki Tjahya Purnama nggak sekalian dicalonin jadi Cawapres, Sob?"

"Bagi-bagi tugaslah, Wan. Ahok tetep untuk Jakarta sambil menyiapkan diri maju jadi Capres di Pemilu tahun 2019 nanti.  Semua udah diatur sama si "duet maut'.

"Jadi...maksud elo... semua udah direncanain? Termasuk koalisi partai? Siapa-siapa aja yang harus ada di kubu Prabowo atau Jokowi? Btw, kalo semua udah direncanain... terus ngapain sampe ke MK segala?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun