Menurut Djayadi, direktur Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pasangan Anies dan Sandiaga memiliki peluang lebih besar untuk mengalahkan petahana Ahok-Djarot dibandingkan Agus-Sylviana. Djayadi juga menjelaskan bahwa Anies adalah sosok yang dekat dengan anak-anak muda, mampu berkomunikasi secara efektif, artikulatif, dan dekat dengan berbagai kalangan. Ia juga punya pengalaman di pemerintahan dan dianggap sebagai bagian dari generasi pemimpin baru Indonesia seperti Joko Widodo, Ahok, dan Risma.
Agus Harimurti Yudhoyono-Slyviana Murni
Pasangan ini memiliki modal finansial yang juga cukup kuat yang cenderung dari Amerika Serikarat karena kemungkinannya dari jaringan SBY saat Pilpres 2004). Pasangan Agus-Sylviana juga memiliki modal mesin politik dengan dukungan empat partai dan relawan. Sisi lain kekuatan menonjol pasangan ini adalah modal budaya yaitu Agus Yudhoyono yang keturunan Jawa dan Sylvia Murni yang keturunan Betawi. Modal budaya ini dipandang koalisi Cikeas penting karena etnis di Jakarta mayoritas etnis Jawa. Selain itu pasangan ini juga memiliki modal dukungan media, modal karakteristik personal militer cerdas, modal pesona subyektif, dan modal ‘darah biru’ anak mantan presiden. Agus-Sylviana, juga diusung oleh 4 parpol, yaitu Partai Demokrat (10 kursi), PPP (10), PKB (6), PAN (2). Total kursi pendukung Agus-Sylvi di DPRD yaitu 28 kursi. Perolehan suara keempat partai itu, yaitu:
Partai Demokrat (360.929 suara),
PPP (452.224),
PKB (260.159),
PAN (172.784).
Total jumlah suara keempat parpol, yaitu 1.246.096 suara.
Namun belum ada lembaga survei yang mensimulasikan duet Agus-Sylviana. Tetapi nama Sylviana yang kini menjabat Deputi Gubernur DKI Bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan pernah disimulasikan namanya berpasangan dengan Budi Waseso pada survei yang dilakuka n Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI).
Dari hasil survei simulasi pada 22-28 Agustus 2016, LSPI merilis petahana Ahok-Djarot memuncaki peringkat dengan hasil 46,7 persen mengalahkan nama lain yakni Yusril Ihza - Sandiaga Uno (34,5 persen) dan Budi Waseso - Sylviana Murni (7,2 persen).
Dengan membaca kekuatan yang menonjol tersebut maka Agus-Sylviana lebih banyak memiliki modal menonjol. Tetapi jika pilkada DKI tiga pasang calon, maka pilkada DKI kemungkinan akan terjadi dua putaran dan pada putaran kedua kontestasinya akan semakin ketat. Penentu putaran kedua adalah sikap partai politik yang kalah pada putaran pertama. Sikap politik partai inilah yang cukup signifikan pada putaran kedua dengan tanpa mengenyampingkan bekerjanya mesin politik dan pesona kandidat.
Menurut Djayadi, direktur Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), titik lemah utama Agus minimnya pengalaman politik atau pengalaman di pemerintahan, sementara para pemilih di Jakarta antara lain sangat memperhatikan faktor pengalaman di pemerintahan dan hasil kerja ketika menjadi birokrat.
"Saya memperkirakan kalau nanti dua putaran, maka Agus-Sylviana akan tersingkir di putaran pertama. Ahok-Djarot dan pasangan Gerindra-PKS yang unggul, meski terbuka kemungkinan pula pilkada Jakarta hanya berlangsung satu putaran," papar Djayadi.
Â