Dalam perjalanan dan perkembangannya, perekonomian ditunjang oleh sejumlah aspek-aspek penting yang menjadi indikator kemajuan. Salah satunya adalah pendapatan nasional. Pertumbuhan perekonomian Indonesia ditinjau dari indikator pendapatan nasional saat ini mengalami anomali. Maksudnya adalah pertumbuhan pendapatan nasional tidak komprehensif lagi secara signifikan. Hanya elemen-elemen tertentu yang tumbuh dan tidak ditunjang oleh pertumbuhan elemen-elemen lain yang pada dasarnya saling melengkapi dan mempengaruhi.
Analisis Perbandingan Data Konsumsi
Dilihat dari data persentase pengeluaran rata-rata perkapita sebelum menurut kelompok barang tahun 1999, 2002-2012 yang bersumber dari BPS RI menunjukkan persentase pengeluaran konsumsi pada klasifikasi umum atau indikator terpilih yang terbagi menjadi dua, yaitu pengeluaran Rumah Tangga untuk konsumsi makanan dan pengeluaran Runah Tangga bukan makanan. Sejak 2002, konsumsi terendah untuk klasifikasi makanan tahun 2011 triwulan II (september) yang menurun ke level 48,46 % dari triwulan I pada level 49,45% dan penurunan konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 54,59%. Jika dirata-ratakan maka konsumsi untuk makanan sejak tahun 2002 sampai maret 2012 adalah 50,94%.
Sementara itu konsumsi terendah untuk klasifikasi bukan makanan terjadi pada tahun 2002 yang meningkat ke level45,42% dari 2001 pada level 43,11% dan konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2001 triwulan III (september) yang meningkat ke level 51,54% dari triwulan I pada level 50,55%. Jika dirata-ratakan maka konsumsi untuk bahan makanan sejak 2002 sampai maret 2012 adalah 49,06%.
Analisis Perbandingan Data Investasi
Investasi dibedakan pada klasifikasi umumnya dibagi menjadi dua, yaitu investasi finansial dan nonfinansial. Investasi terendah untuk kategori finansial terjadi pada rentang 2011-2012 triwulan I (maret) pada level kritis -77,14% dan investasi tertinggi terjadi pada rentang 2008-2009 dengan level fantastis 409,49%. Jika dirata-ratakan maka investasi untuk kategori finansial sejak 2002 sampai tahun 2011 triwulan II (juni) adalah 39,79%.
Sementara itu, investasi terendah untuk kategori nonfinansial terjadi juga pada tahun rentang 2011-2012 triwulan I (maret) dengan level kritis -72,17% dan investasi tertinggi terjadi pada rentang 2007-2008 dengan level 53,25%. Jika durata-ratakan maka investasi utnutk kategori nonfinansial sejak 2002 sampai tahun 2012 triwulan II (juni) adalah 13,49%.
Jika dilihat dari totalnya, investasi terendah terjadi pada rentang 2011 sampai tahun 2012 triwulan I (maret) dengan level kritis -76,17% dan investasi tertinggi terjadi pada rentang 2008-2009 dengan level fantastis 131,84% . Jika dirata-ratakan maka total investasi sejak 2002 sampai tahun 2012 triwulan II (juni) adalah 17,25%.
Analisis Perbandingan Data Pengeluaran Pemerintah
Realisasi pengeluaran negara dalam rentang tahun 2007-2012, pengeluaran tertinggi terjadi dalam rentang 2007-2008 pada level 37,4% dan pengeluaran terendah terjadi dalam rentang 2008-2009 pada level -9,31%. Jika ditrata-ratakan maka total pengeluaran sejak 2007-2012 adalah 14,80%.
Analisi Perbandingan Data Ekspor
Perkembangan ekspor dalam rentang 2002-November 2012, menunjukkan prestasi tertinggi dicapai dalam periode 2009-2010 pada level 33,42% dan prestasi terendah dicapai pada periode 2007-2008 pada level -14,97%. Jika dirata-ratakan maka total ekspor sejak 2002 - November 201 adalah 13%.
Analisis Perbandingan Data Impor
Perkembangan ekspor dalam rentang 2002-November 2012, menunjukkan prestasi tertinggi dicapai dalam periode 2009-2010 pada level -25,05% dan prestasi terendah dicapai pada periode 2007-2008 pada level 73,48%. Jika dirata-ratakan maka total ekspor sejak 2002 - November 201 adalah 21,73%.
Berdasarkan analisis perbandingan diatas, kita bisa mengatakan untuk sementara waktu bahwa perekonomian indonesia terus tumbuh. Namun, dibalik statistik ternyata tanpa kita sadari, bahwa perekonomian kita sedang tidak seimbang. Tidak adanya pertumbuhan yang saling mengimbangi antar komponen pendapatan nasional yang saling melengkapi dan saling mempengaruhi. Konsumsi yang tidak ditunjang dengan akselerasi ekspor-impor hanya akan membuat perekonomian menjadi rapuh. Belum lagi ditambah dengan pembayaran bunga utang yang semakin membengkak karena restrukturisasi utang.
Masih banyak prestasi yang perlu dicapai, tidak hanya dengan menunjukkan prestasi secara statistik, tetapi juga prestasi yang komprehensifdan semua elemen-elemen pendapatan nasional yang saling menunjang dan saling mengimbangi satu sama lain. Dengan demikian, kita tidak mudah tertipu dan dibutakanoleh angka-angka prestasi, bahwa sebenarnya ada hal-hal yang hilang dari analisis kita tentang prestasi pertumbuhan ekonomidi Indonesia.
Sumber: Badan Pusat Statistika, (online),(http: www.bps.go.id)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H