Assalamulaikum. Wr. Wb.
Salam Guru Penggerak.
Kita sering mendengar bahwa kenangan terindah itu saat masih duduk di bangku sekolah, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Semua Momen saat itu akan terus menempel pada ingatan kita dan bahkan dapat membentuk karakter diri kita sekarang ini.
Pada Kegiatan pembelajaran modul 1.2 ini Calon Guru Penggerak diberikan kesempatan untuk dapat belajar dan mengeksplorasi diri mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak. Pada modul ini juga, kita diajak untuk membuat sebuah diagram trapesium usia, kemudian menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri sendiri secara jujur tentang pengalaman pada masa sekolah dulu yang masih dapat kita rasakan hingga saat ini.
Pertanyaan yang kita jawab terdiri dari 2 bentuk yaitu pertanyaan refleksi dan pertanyaan terkait nilai dan peran guru penggerak. Pertanyaan refleksi ini memuat tentang pengalaman yang kita rasakan saat di usia sekolah yang digambarkan dalam diagram trapesium usia.
Untuk membuat trapesium usia di atas, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, buat garis miring ke kanan atas. Ini usia sekolah. Saya terakhir bersekolah usia 22 tahun, saat lulus S1. Kedua, tarik garis ke kanan. Ini menunjukkan usia aktif kerja kita. Di ujung garis itu saya tulis 60 sebagai usia pensiun saya. Sementara 34 adalah usia saya sekarang. Ketiga, ingat dua peristiwa penting yang terjadi di usia sekolah. Peristiwa tersebut bisa positif dan negatif. Hitunglah selisih antara usia sekarang dan kedua peristiwa tersebut.
Awalnya saya berpikir untuk apa ya trapesium usia ini. Namun dengan menjawab beberapa pertanyaan saya paham apa maksud dari trapesium usia tersebut. Adapun pertanyaan-pertanyaan itu diantaranya:
- Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?
Peristiwa positif yang saya alami yaitu pada usia sekitar 16-17 tahun saat duduk dibangku kelas 11-12 SMA. Namun, sebenarnya sejak duduk di bangku TK-SMA saya selalu mendapatkang ranking 1 atau juara kelas bahkan di SMA saya pernah meraih juara umum hingga teman-teman memanggil saya si Bintang Kelas. Seringkali saya dipanggil ke depan forum saat upacara hari senin untuk mendapatkan hadiah penghargaan juara umum saat SMA. Akan tetapi, ada momen yang paling mengesankan bagi saya yaitu pada tahun 2005 saat itu berusia 17 tahun dan duduk dibangku kelas 11. Saya dipaksa mengikuti lomba penulisan artikel se-Jawa Barat oleh guru saya yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sejarah FPIPS Univerisitas Pendidikan Indonesia dengan tema “memahami pendidikan dulu, sekarang, dan yang akan datang”. Saat itu saya merasa tidak mampu dan tidak percaya diri apakah saya bisa menulis sebuah artikel namun saya coba sebisanya. Lalu kemudian saya masuk rangking 3 besar dan harus presentasi disana dan ternyata saya mendapatkan juara 1 Alhamdulillah saya tidak menyangka sama sekali dan tulisan saya itu akan dimuat di koran Galamedia kala itu. Momen itu bagi saya sangat mengesankan karena dari awalnya saya merasa tidak yakin bisa ternyata setelah dicoba bisa dan diluar ekspektasi saya. Sebenarnya, berbagai lomba lain saya ikuti. Kalo boleh saya bercerita disini saya pernah ikut lomba penelitian kualitas air DAS Citarum yang diselenggarakan oleh Indonesia Power PLN Saguling. Kami bekerja dalam tim saat itu. Tim kami itu memang teman-teman yang menjadi saingan saya dalam meraih juara umum tapi saat itu kami bekerja dengan kompak hingga kami mendapatkan juara 1 untuk lomba tersebut kami berhasil menyumbangkan sebuah piala yang sangat besar berkaca yang sampai saat ini disimpan di sekolah tempat saya mengajar saat ini . Kemudian, ada satu momen lagi di masa SMA yang sangat membanggakan bagi saya dan orangtua saya yaitu berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan penuh dari yayasan Poetra Sampoerna Foundation dalam Teacher Scholarship Program Intake 2006 untuk jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dimana sumber pembiayaannya itu berasal dari World Bank yang bekerja sama dengan Indonesia untuk dunia Pendidikan. Alhamdulillah saat itu saya dapat berkuliah dengan gratis selama 4 tahun dan semua biaya hidup dan biaya lainnya ditanggung dari beasiswa tersebut. Orangtua saya sangat merasa bangga dan saya sangat bangga karena dapat meringankan beban kedua orangtua saya yang saat itu hanya seorang kepala sekolah SD dan ibu rumah tangga. Namun setelah saya lulus kuliah saya kaget ternyata semua biaya kuliah saya yang sudah mereka siapkan mereka alihkan dalam sebuah rumah yang mereka berikan untuk saya, ya Allah saat itu saya merasa terharu, sedih, bahagia bercampuraduk saya tidak menyangka bisa seberuntung ini mendapatkan orangtua yang sangat menyayangi saya. Mereka bilang bahwa rumah tersebut merupakan bukti rasa bangga mereka kepada saya karena sudah menjadi anak yang berbakti, menjadi anak yang pintar, berprestasi dan membanggakan orang tua. Namun kini bapak saya sudah meninggal dunia saat pandemi Covid-19, teriring doa semoga bapak disana mendapatkan tempat yang terbaik disisi-Nya, aamiin. Tugas saya sekarang ini menjaga dan merawat ibu saya yang sudah sakit-sakitan semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan usia yang berkah bagi ibu saya, aamiin.
Peristiwa negatif yang saya alami saat itu sebenarnya tidak hanya satu. Tapi mungkin yang paling membekas diingatan saya yaitu saat saya usia TK. Saat itu saya berusia 5 tahun. Mungkin karena saat itu saya masih kecil belum paham apa-apa, saya merasa sedih dan minder karena setiap saya berangkat sekolah saya tidak diantar oleh ibu saya tidak seperti anak-anak lainnya yang diantar, ditunggu dan dijemput oleh orang tuanya. Saat itu ibu saya harus bekerja, ya ibu berdagang dari subuh sampai duhur di pasar, sehingga saya dipaksa harus mandiri diusia TK untuk bisa berangkat sekolah dan pulang sendiri. Namun saya beruntung punya dua teman yang baik meskipun mereka berdua lak-laki tapi bagi saya mereka seperti kakak saya yang bisa menjaga saya saat berangkat dan pulang sekolah. Saya juga kadang dititipkan kepada ibu teman saya itu. Yang paling sedih saat acara samen pembagian rapot dan ijasah. Ibu saya lagi-lagi tidak bisa hadir karena harus bekerja ayah saya harus mengajar. Padahal saat itu saya akan tampil pentas seni, saya sedih ketika anak-anak lain didandani oleh ibunya, sedangkan saya sendiri didandani oleh guru saya bahkan saat penyerahan rapot dengan nilai terbaik pun saat itu orangtua saya belum hadir juga. Sempat meresa kecewa. Tapi bagi saya itu saya jadikan sebagai cambuk bahwa saya bisa melaluinya dan bersyukur dengan melewati itu semua saya bisa menjadi anak yang mandiri dan kuat dan terus saya buktikan bahwa saya bisa menjadi anak yang membanggakan orangtua. Saya berusaha memahami mereka seperti itu bukan tidak sayang sama saya tapi mereka terpaksa harus ada yang dikorbankan karena saat itu kehidupan perekonomian keluarga kami sangat memprihatinkan. Ibu dan bapak saya harus bekerja keras untuk bisa membiayai pendidikan anak-anaknya. Maka dari itu saya harus memahami keadaan mereka saat itu. Sebenarnya disini saya juga ingin bercerita pengalaman negatif saya yang lain yang masih saya ingat yaitu saat usia SMP kelas 7 dan SMA kelas 12 ranking 1 saya sempat tergeser oleh orang lain. Saat kelas 7 saya kalah menjadi ranking 2 mungkin karena masa transisi dari usia SD ke SMP dan saya satu kelas dengan anak yang pintar dari sekolah lain. Begitupun saat kelas 12 SMA, saat itu saya meraih rangking 3 karena saat itu saya masuk di kelas favorit yang mana teman-teman bilang itu “kelas neraka” karena semua siswa yang rangking 5 besar saat di kelas 11 nya masuk ke kelas tersebut. Saat pembagian rapot saya tidak mau ke sekolah dan ibu saya yang kesana dan saat melihat rapot saya, saya menangis karena rangking saya tergeser menjadi rangking 3 dan nilai fisika saya kecil saat itu karena saya tidak suka pelajaran fisika dan gurunya tidak bisa menyampaikan materi dengan baik. Saya berusaha mengejar ketertinggalan saya di semester genap.
- Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut?