Mohon tunggu...
Dini Maulida
Dini Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

favorit saya adalah menonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Location Quotient (LQ) Perkebunan di Kecamatan Lianganggang Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan (2019-2020)

5 September 2024   12:18 Diperbarui: 5 September 2024   12:35 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah, 2024

Perkebunan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi dan kesehatan masyarakat. Di Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, perkebunan telah menjadi komoditas yang berpotensi tinggi. Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dan strategi pengembangan perkebunan di wilayah tersebut, analisis Location Quotient (LQ) digunakan sebagai alat penting untuk menentukan potensi dan keunggulan perkebunan.

Perkebunan telah menjadi fokus utama dalam pengembangan perkebunan di berbagai wilayah, termasuk di Kecamatan Liang Anggang. Komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, kakao, tebu, teh, dan tembakau telah dibudidayakan dan diproduksi secara signifikan di wilayah ini. Namun, untuk memahami lebih lanjut tentang potensi dan keunggulan komoditas perkebunan di Kecamatan Liang Anggang, diperlukan analisis yang sistematis dan terstruktur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan keunggulan perkebunan di Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, menggunakan metode Location Quotient (LQ) selama periode 2019-2023. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan informasi yang akurat tentang perkebunan yang paling berpotensi dan berkontribusi besar terhadap ekonomi lokal.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diolah dengan metode analisis Location Quotient (LQ). Location Quotient (LQ) digunakan untuk membandingkan output sektor i di suatu kota atau kabupaten dengan output sektor yang sama di tingkat provinsi. Menurut Hendayana (2000), metode LQ memiliki beberapa keunggulan dalam mengidentifikasi sektor basis, antara lain penerapannya yang sederhana, mudah, dan tidak memerlukan perangkat lunak pengolahan data yang kompleks. Analisis ini dapat diselesaikan menggunakan spreadsheet Excel, atau jika datanya tidak terlalu banyak, dapat dilakukan dengan kalkulator. Berikut adalah rumus metode LQ:

Rumus: LQ: (Xij/Xi) / (Xj/X)

Keterangan:

Xij       = Produksi (Perkebunan (ton)) jenis komoditas j pada Tingkat Kecamatan

Xi        = Produksi (Perkebunan (ton)) Total jenis komoditas pada Tingkat Kecamatan

Xj        = Produksi (Perkebunan (ton)) jenis komoditas j pada Tingkat Kabupaten/Kota

X         = Produksi (Perkebunan (ton)) Total jenis komoditas pada Tingkat Kabupaten/Kota

Interpretasi Nilai LQ

LQ > 1: Menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki spesialisasi atau keunggulan dalam produksi perkebunan tertentu. Produksi di wilayah ini lebih besar dibandingkan dengan produksi rata-rata di wilayah referensi.

LQ = 1: Mengindikasikan bahwa produksi perkebunan di wilayah tersebut seimbang dengan produksi di wilayah referensi.

LQ < 1: Menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak memiliki spesialisasi dalam produksi perkebunan tersebut. Produksi perkebunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan wilayah referensi.

Sumber: Data Sekunder yang telah diolah, 2024
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah, 2024
Analisis Berdasarkan Data (2019-2023)

Kelapa sawit : LQ menunjukkan nilai yang sangat rendah dan konsisten sebagai "NON BASIS" setiap tahun, menunjukkan bahwa komoditas ini bukanlah sektor unggulan di Kecamatan Liang Anggang.

Kelapa: Pada tahun 2019 hingga 2020, Kelapa memiliki nilai LQ tinggi (BASIS), namun pada tahun 2021 LQ turun drastis menjadi 0, sehingga menjadi "NON BASIS". Meski terjadi peningkatan kembali di tahun 2022 dan 2023, kelapa hanya menunjukkan BASIS pada tahun 2023, yang menandakan peranannya sebagai komoditas utama tidak konsisten.

Karet: Selama periode analisis, nilai LQ karet berkisar antara 0,43 hingga 1,68. Tahun 2023 adalah satu-satunya tahun di mana karet menjadi BASIS. Ini menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki potensi tetapi belum stabil sebagai sektor unggulan.

Kopi, Kakao, Tebu, Teh, dan Tembakau: Semua tanaman ini konsisten menunjukkan nilai LQ yang rendah dan tidak pernah mencapai status "BASIS" selama lima tahun analisis. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman-tanaman ini tidak berperan signifikan dalam perekonomian Kecamatan Liang Anggang.

Kesimpulan

Kecamatan Liang Anggang memiliki potensi pada beberapa jenis tanaman tertentu, terutama Kelapa dan Karet. Namun, keberlanjutan dan peningkatan produksi perlu dikelola dengan baik untuk memastikan status BASIS yang lebih stabil dan signifikan dalam perekonomian setempat.

Saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada kepada dosen pembimbing mata kuliah Geografi Ekonomi Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si, M.Si yang telah
membantu membuat artikel ini tentang Analisis
Location Quotient di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru
Saya mengucapkan terima kasih atas
bantuan dan kontribusi. Semoga artikel ini dapat
membantu perkembangan perkebunan di daerah lianganggang.

Lampiran

Foto survei lapangan, 2024/dokpri
Foto survei lapangan, 2024/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun