Kampil Putih (ponjen)
Kampil putih terdiri dari beras kuning dan beberapa lembar uang yang diikat dan dibungkus atau dikantongi dengan kain. Ponjen memiliki makna bahwa puji syukur kepada sang pencipta telah diberikan jodoh, dan bersyukur telah direstui oleh orang tua.Â
Beras kuning adalah bahan utama untuk pangan, dan uang yang diikat maknanya adalah pasangan itu telah resmi menikah (dibuktikan dengan surat dan buku nikah) dan suami harus menafkahi istri dan keluarganya. Sedangkan dibungkus atau dikantongi maknanya adalah apabila istri sudah dinafkahi oleh suami maka sang istri harus pintar mengelola uang agar tidak boros dan dipercaya kehidupannya tercukupi.
 Kembang Pitungwarna
Kembang (bunga) pitungwarna ini terdiri dari kembang kemuning, kembang jambe, alang-alang, kembang andong, gedang sri, kelapa, dan beras yang ditempatkan ditalam yang ditutupi oleh sribit atau kain. Hal ini bermakna bahwa meskipun kehidupan bermasyarakat yang berbeda-beda harus tetap menjaga kerukunan antar sesama masyarakat yang diwadahi oleh tatanan lingkungan sekitar dan dilindungi oleh ketua masyarakat atau lurah.Â
Beras dan kelapa maknanya setiap rumah tangga pasti bertetangga dan saling tolong menolong memberikan fitrahnya kepada orang yang tidak mampu, dan dipercaya menjaga silaturahmi antar sesama. Sedangkan gedang sri maknanya adalah dipercaya dan diharapkan agar sang suami selalu mengingat sang istri yang sudah merawatnya, menanti dan memasakkannya setelah kembali bekerja. Adapun bunga-bunga yang dipilih hanya sebagai pilihan warna bunga yang menarik dan berbeda-beda.
Selain persyaratan yang memiliki makna dan kepercayaan, pusaka yang digunakan untuk berperang juga memiliki makna dan kepercayaan pula. Adapun pusaka perang yakni :
AyamÂ
Ayam yang ditarungkan adalah ayam jantan dan ayam betina yang maknanya sayap ayam tersebut sebagai simbol untul terbang dan dipercaya sepasang suami istri harus mendapatkan rezeki, khususnya suami harus menafkahi keluarganya guna mencukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
TelurÂ
Dua buah telur ayam kampung ini ditarungkan agar telur ini pecah yang maknanya adalah telur yang masih utuh diibaratkan sebagai keluarga masing-masing pengantin. Ketika telur itu pecah dipercaya bahwa telah direstuinya kedua mempelai untuk mengarungi rumah tangga dan disebarkan atau diumumkan acara pernikahannya ke sanak keluarga dan masyarakat agar tidak terjadi fitnah.
Erus dan SiwurÂ
Erus (sendok sayur) merupakan pusaka dari mempelai pria, yang maknanya adalah sebagai simbol bahwa hanya ada satu lelaki untuk satu perempuan, dan dipercaya bahwa apapun halangannya bisa atau tidak bisa harus tetap menikah. Sedangkan Siwur (gayung mandi) merupakan pusaka dari mempelai wanita, yang maknanya adalah kiroto boso (kuto nganggo cerito), desomawacara, jer basuki mawabeyo. Hal ini dipercaya bahwa perbedaan kelahiran, asal tempat, bahasa, daerah, dll dari kedua mempelai bukan menjadi penghalang berjodohnya pasangan tersebut.
KelapaÂ
Kelapa diibaratkan kerbau tanpa tanduk dan ditarungkan sampai pecah, yang maknanya adalah setiap laki-laki berhak mencintai seorang wanita manapun, begitu juga sebaliknya. Namun harus ada satu lelaki atau wanita yang akan menjadi teman hidupnya. Sebab pecahnya kelapa tersebut dipercaya menandakan bahwa setiap laki-laki atau wanita yang saling mencintai sudah dibuka jodohnya oleh Tuhan yang maha kuasa.
Selain itu, ada pula nama -- nama raja dan ratu yang diberikan oleh dalang dan memiliki makna dan kepercayaan juga. Adapun sebutan tersebut antara lain :
Prabu SekintalÂ
Prabu Sekintal adalah sebutan bagi mempelai pria yang maknanya adalah jika istrinya pintar memasak, apapun banyak keinginannya suami pastilah mudah untuk dibuatnya. Hal ini dipercaya bahwa istri harus pintar menjaga suami dari pengaruh buruk lingkungannya.