Pada awal tahun 2020 telah terjadinya corona virus yang memasuki Indonesia hingga saat ini dan masih berlanjut. Perekonomian saat ini pun terkena imbas nya akibat adanya pandemic ini, sehingga mengharuskan lockdown level demi level. Yang mengakibatkan banyaknya pengangguran dan usaha-usaha masyarakat mengalami penurunan, baik pengusaha makro maupun mikro. Dengan melihat keadaan pandemic saat ini dan kesenjangan sosial di Indonesia maka, untuk itu kami membantu mengurangi angka kesenjangan sosial yang ada di Indonesia, salah satunya dengan pemberdayaan keluarga kaum dhuafa.
keluarga duafa adalah golongan manusia yang senantiasa hidup dalam zona kemiskinan , ketertindasan, ketidakberdayaan, kelemahan dan penderitaan yang terus menerus , contohnya adalah fakir miskin, anak terlantar , orang cacat dan anak-anak yatim. Oleh karena itu pantaslah bagi mereka untuk diberdayakan , guna mengurangi kesenjangan sosial di Negara kita ini.
                                                              Â
Rasul bersabda :
"Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang padahal tetangga yang di sampingnya dalam keadaan lapar, padahal ia mengetahuinya." (HR. at-Thabrani)
"Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah di antara kalian." (HR. Abu Dawud)
Di Universitas Muhammdiyah Prof. Dr. Hamka ada salah satu mata kuliah yang mengajarkan kami untuk saling berbagi terhadap sesama, yaitu mata kuliah "Kemuhammadiyahan" yang dimana setiap tahunnya akan mendapatkan tugas akhir pemberdayaan kaum dhuafa. Kelompok kami sendiri terdiri dari 3 orang yaitu Ayu Indah Lestari, Dini Fajar Ryani, dan Marsella Yulia R.A Â yang ingin membantu meringankan kebutuhan hidup saudara kita. Yang beralamat di Jl. Swadaya 1 RT.009 RW.004 No. 44 Kec. Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Keluarga bapak Zaeni yang bertempat tinggal di daerah Bulak Sentul, Bekasi Utara mengalami permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Dhuafa ini adalah permasalahan ekonomi yang menjadi pemicu berbagai masalah yang mereka punya. Â Skill yang hanya mereka punya adalah dengan mengandalkan berdagang makanan ringan dan minuman. Barang yang dijual pun tidak terlalu beragam karena keterbatasan modal sehingga pendapatan yang didapat terbatas.
Mereka juga menempati rumah kontrakan, yang perbulannya harus mengeluarkan sebesar Rp. 700.000, sedangkan uang hasil berdagang makanan tersebut tidak sepenuhnya cukup untuk membayar kontrakan. Saat ini bapak Zaeni dan istri hanya mampu mengandalkan meminjam ke saudara terdekat untuk membantu membayar kontrakan dan beberapa kebutuhan rumah lainnya.
Semenjak pandemi usaha berdagang bapak Zaeni menurun dan modal belanja kebutuhan sehari-hari pun didapatkan dari hasil berdagan makanan ringan tersebut dan modal yang didapatkan untuk memenuh keperluan listrik dan makan sehari-har. Karena itu kelompok kami telah berdiskusi dengan matang untuk membantu menangani masalah yang mereka hadapi dengan memberikan sarana dan prasarana untuk mengembangkan dagangannya agar terlihat lebih layak. Sehingga mereka bisa mendapatkan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan kehidupan manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H