Mohon tunggu...
Dinie Nastiti
Dinie Nastiti Mohon Tunggu... -

Melihat, Mendengar dan Mempelajari

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Capres; "Demokrasi Itu Nyata"

12 Juni 2014   22:02 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:01 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini saya ingin mengomentari terkait dengan moment Debat Calon Presiden yang diselenggarakan di beberapa stasiun televisi pada 9 Juni lalu. Ada yang menarik pada debat Capres kali ini, sebab dua kubu capres sama-sama kuat dan memiliki suara yang banyak.

Namun, ketika moderator memberikan pertanyaan awal seputar "Demokrasi" disana benar-benar terlihat beberapa perbedaannya.

Pasangan nomor urut 1 menjabarkan: Demokrasi adalah Good Goverment (Pemerintahan yang baik)  dan Kepastian Hukum.

Jika dilihat dari subtansi masalah, Good Goverment dan Kepastian hukum ini, sepertinya  kurang dijelaskan dengan gambyang. Malah terkesan 'imajiner' jika diterapkan.

Saya menjadi bertanya-tanya, bagaimana Pemerintahan yang baik?
Apa standarisasi dari baik itu sendiri?
Dengan menggunakan apa sistem Pemerintahan yang baik itu diwujudkan?

Sementara dengan Kepastian Hukum.

Apakah selama ini hukum tidak pasti?
Bagaimana konsep hukum yang pasti itu sendiri?
Ini terlihat sangat imajiner dan terkesan seperti hanya retorika berbicara saja.

Menurut saya memang sudah baik dengan retorika yang disampaikan pasangan nomor urut 1 ini.

Sebab, menunjukkan intelektual keilmuan masing-masing. Jadi, kita sedang menunggu, bagaimana aplikasinya di masyarakat. Karena, masyarakat butuh "hasil" yang nyata.

Tidak mungkin ada Kepastian Hukum tanpa adanya Kedaulatan Pemimpin.

Sementara untuk pasangan nomor urut 2 menjabarkan: Sistem yg baik dan Proses untuk mencapai sistem tersebut.
Mendengarkan pemaparan ini, saya sedikit lega. Pasalnya beberapa sistem sudah terlihat diterapkan, salah satunya  dengan membuat kartu sehat, kartu pintar dan lain sebagainya. Meski memang 'hanya' langkah kecil, namun sudah diwujudkan dengan upaya yang besar-untuk kesejahteraan rakyat.

Dari sanalah kita bisa membandingkan, mana pemimpin yang memang berada di garis depan untuk mengawal kesejahteraan masyarakat dan mana saja pemimpin yang berada dibelakang layar.

Namun, hal ini menurut saya wajar, sebab dalam kehidupan, kita memiliki 2 karakter yakni:

1. Konseptor dan 2. Praktisi.
Untuk menjadi Presiden, hendaknya kita bisa menerapkan bagaimana kedudukan Konseptor untuk bisa membuat konsep yang baik dan bagaimana kedudukan Praktisi untuk menerapkan strategi yang jitu di lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun