Mohon tunggu...
DINI
DINI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati Martin Hoffman

18 Januari 2025   06:02 Diperbarui: 18 Januari 2025   06:02 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**Teori Empati Martin Hoffman: Pemahaman tentang Perkembangan Empati dalam Kehidupan Manusia**

Martin Hoffman, seorang psikolog perkembangan terkemuka, dikenal karena teorinya yang mendalam tentang empati dan bagaimana ia berkembang sepanjang kehidupan manusia. Empati, dalam pengertian umum, adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Hoffman mendefinisikan empati sebagai respons afektif yang dihasilkan dari pemahaman emosional terhadap pengalaman orang lain. Teori Hoffman tidak hanya membahas sifat dasar empati, tetapi juga menjelaskan bagaimana empati berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa.

### **Komponen Dasar Empati**

Menurut Hoffman, empati adalah kombinasi dari aspek afektif (perasaan) dan kognitif (pemahaman). Aspek afektif melibatkan perasaan yang dihasilkan dari melihat atau memahami emosi orang lain, sedangkan aspek kognitif melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memprediksi apa yang dirasakan orang lain. Kedua aspek ini saling melengkapi dalam membentuk pengalaman empatik.

Hoffman juga menekankan pentingnya proses otomatis dan sadar dalam empati. Proses otomatis mencakup respons spontan terhadap emosi orang lain, seperti merasa sedih saat melihat seseorang menangis. Sementara itu, proses sadar melibatkan refleksi dan pemikiran tentang situasi orang lain, yang sering kali melibatkan pengambilan perspektif.

### **Tahapan Perkembangan Empati Menurut Hoffman**

Hoffman mengidentifikasi empat tahap utama perkembangan empati yang terjadi sepanjang kehidupan seseorang:

#### 1. **Empati Global (Usia Bayi)**

Tahap pertama terjadi pada usia bayi, biasanya sebelum usia satu tahun. Pada tahap ini, bayi belum dapat membedakan antara dirinya dan orang lain. Ketika melihat orang lain menangis, bayi mungkin juga menangis karena ia merasakan emosi tersebut sebagai miliknya sendiri. Empati pada tahap ini bersifat refleksif dan belum terorganisasi.

#### 2. **Empati Egosentrik (Usia 1--2 Tahun)**

Pada tahap ini, anak mulai menyadari perbedaan antara dirinya dan orang lain. Namun, pemahaman mereka masih terbatas dan sering kali bersifat egosentris. Anak-anak pada tahap ini mencoba membantu orang lain berdasarkan pengalaman mereka sendiri, bukan berdasarkan kebutuhan orang lain. Misalnya, seorang anak mungkin memberikan boneka favoritnya kepada orang yang sedih, meskipun boneka tersebut mungkin bukan apa yang dibutuhkan.

#### 3. **Empati untuk Perasaan Orang Lain (Usia 2--10 Tahun)**

Seiring bertambahnya usia, anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki perasaan, kebutuhan, dan perspektif yang berbeda dari mereka. Pada tahap ini, empati menjadi lebih terarah dan spesifik. Anak-anak mulai memahami bahwa perasaan orang lain dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu atau situasi tertentu.

#### 4. **Empati Berbasis Prinsip (Usia Remaja dan Dewasa)**

Pada tahap akhir, empati berkembang menjadi lebih kompleks dan abstrak. Individu tidak hanya merespons emosi orang lain secara langsung, tetapi juga mulai memperhatikan prinsip moral dan nilai-nilai universal. Empati pada tahap ini sering kali melibatkan keprihatinan terhadap kelompok masyarakat yang lebih luas atau terhadap isu-isu global, seperti ketidakadilan sosial dan perubahan iklim.

### **Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati**

Hoffman mengidentifikasi beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan empati, antara lain:

1. **Pengalaman Sosial:** Interaksi dengan keluarga, teman, dan masyarakat berperan penting dalam membentuk kemampuan empati.

2. **Modeling:** Anak-anak sering belajar empati dengan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya.

3. **Pendekatan Pengasuhan:** Pola asuh yang hangat dan responsif cenderung mendukung perkembangan empati yang sehat.

4. **Budaya:** Nilai-nilai budaya dan norma sosial memengaruhi bagaimana empati diekspresikan dan diapresiasi.

### **Aplikasi Teori Hoffman dalam Kehidupan**

Teori empati Martin Hoffman memiliki berbagai aplikasi praktis, terutama dalam pendidikan, pengasuhan anak, dan hubungan antarpribadi. Dalam pendidikan, guru dapat menggunakan pemahaman tentang empati untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan suportif. Dalam pengasuhan, orang tua dapat membantu anak-anak mengembangkan empati dengan memberikan contoh perilaku empatik dan mengajarkan pentingnya memahami perasaan orang lain.

Selain itu, teori ini juga relevan dalam konteks profesional, seperti psikologi, pekerjaan sosial, dan kepemimpinan. Pemimpin yang empatik cenderung lebih efektif dalam memahami kebutuhan tim mereka dan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis.

### **Kesimpulan**

Teori empati Martin Hoffman memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana empati berkembang sepanjang kehidupan manusia. Empati bukan hanya kemampuan bawaan, tetapi juga keterampilan yang dapat dipupuk melalui pengalaman dan pembelajaran. Dengan memahami tahapan perkembangan empati dan faktor-faktor yang memengaruhinya, kita dapat lebih efektif dalam membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, menciptakan lingkungan sosial yang lebih manusiawi, dan menghadapi tantangan global dengan hati yang lebih terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun