### **3. Hubungan dengan Teman Sebaya**Â Â
Interaksi dengan teman sebaya memainkan peran penting dalam perkembangan sosial dan emosional, terutama selama masa kanak-kanak dan remaja. Melalui hubungan ini, individu belajar keterampilan sosial seperti bekerja sama, berkomunikasi, menyelesaikan konflik, dan berempati. Â
Namun, dinamika hubungan dengan teman sebaya juga bisa menjadi faktor risiko jika anak mengalami penolakan sosial, bullying, atau isolasi. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering menjadi korban bullying memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah emosional seperti kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, dukungan dari teman sebaya yang sehat sangat penting dalam membangun kepercayaan diri dan keterampilan sosial. Â
---
### **4. Faktor Budaya dan Nilai Sosial**Â Â
Budaya dan norma sosial juga memengaruhi bagaimana seseorang berkembang secara sosial dan emosional. Nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tempat seseorang tumbuh membentuk cara individu mengekspresikan emosi dan berinteraksi dengan orang lain. Â
Misalnya, dalam budaya kolektivis seperti Indonesia, harmoni sosial dan kerja sama kelompok sangat ditekankan. Anak-anak diajarkan untuk menghormati orang tua, menjaga hubungan baik dengan keluarga, dan menghindari konflik. Sebaliknya, budaya individualistis lebih menekankan pada ekspresi diri dan pencapaian pribadi. Perbedaan nilai ini dapat memengaruhi cara seseorang memahami dan mengekspresikan emosi mereka. Â
---
### **5. Faktor Pendidikan dan Sekolah**Â Â
Sekolah adalah salah satu tempat di mana anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka, sehingga menjadi lingkungan yang signifikan dalam perkembangan sosial dan emosional. Guru tidak hanya bertindak sebagai pendidik tetapi juga sebagai model peran dalam mengajarkan nilai-nilai sosial dan keterampilan emosional. Â
Kurikulum yang mendukung pembelajaran sosial dan emosional (Social and Emotional Learning/SEL) terbukti efektif dalam meningkatkan empati, keterampilan komunikasi, dan kemampuan mengelola emosi. Namun, lingkungan sekolah yang tidak mendukung, seperti tekanan akademik yang berlebihan atau kurangnya perhatian terhadap kesehatan mental, dapat menghambat perkembangan ini. Â