Mohon tunggu...
Rahma Dini
Rahma Dini Mohon Tunggu... Petani - Sanguinis

Yang muda bertani

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis Hidroponik Punya Nilai Tambah Unik

27 Desember 2019   16:07 Diperbarui: 28 Desember 2019   20:58 1475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomor 4 di dunia. Pertambah jumlah penduduk yang semakin hari seakin meningkat menjadikan Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris kehilangan jati dirinya. Ahli fungsi lahan yang terjadi di sebagian besar wilayah indonesia menyebabkan berkurangnya luas lahan pertanian, terutama di kota besar. Pada tahun 2017 luas lahan baku sawah masih 7,75 juta hektar, sedangkan tahun 2018 turun menjadi 7,71 juta hektar (BPS, 2018). 

Beberapa teknologi baru di bidang  pertanian muncul untuk mengatasi permasalah tersebut. Saat ini beberapa teknologi pertanian dapat melakukan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, media lain yang digunakan dapat berupa pasir, busa, dan air. Salah satu teknologi bercocok tanam di Indonesia yang sedang populer adalah hidroponik, nah tahukah anda apa itu hidroponik?

Hidroponik atau hydroponos berasal dari bahasa latin (Greek), yaitu hydro yang berarti air dan phonos yang berarti kerja, sehingga hidroponik dimaksud menggunakan air sebagai media untuk menggantikan tanah (Istiqomah, 2007). 

Jadi, hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air. Hidroponik juga merupakan teknik penanaman dengan media nontanah, bisa berupa kerikil, pasir kasar, atau sabut kelapa. Sebenarnya hidroponik sudah dikenal sejak lama, akan tetapi baru terbatas dalam pertanian.

Istilah hidroponik muncul pada tahun 1963 melalui hasil uji coba seorang agronomis dari Universitas California, USA, yang menanam tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak berisi mineral (Lingga, 2006). 

Hidroponik merupakan ilmu yang sangat muda, baru digunakan secara komersial selama 40 tahun. Namun, bahkan dalam periode waktu yang relatif singkat ini, hidroponik telah disesuaikan dengan banyak situasi, dari budidaya di lapangan terbuka maupun di dalam ruangan menggunakan rumah kaca (greenhouse). 

Hidroponik juga digunakan di negara-negara berkembang untuk memproduksi sayuran secara intensif di area terbatas seperti gurun dan pinggiran pantai. Pada area yang tidak memiliki ketersediaan air bersih, hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan air laut yang didesalinasi (Sheikh, 2006).

Nilai tambah dan Keunikan Hidroponik

Hidroponik masuk dan berkembang di Indonesia terbilang masih baru, sekitar tahun 1980-an. Bob Sadino menjadi salah satu orang yang pertama kali memeperkenalkan cara tanam hidroponik pada masyarakat Indonesia (Sutanto, 2015). 

Meskipun begitu, perkembangan hidroponik di Indonesia terbilang lamban. Hal ini dikarenakan hidroponik membutuhkan investasi tinggi dan keahlian khusus dalam membudidayakannya, belum lagi masalah teknologi yang akan digunakan dalam pengaplikasiannya. Tren hidroponik di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat.

Budidaya tanaman secara hidroponik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan budidaya secara konvensional. Menurut Aini dan Nur (2018), keuntungan budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik adalah yaitu, fleksibel, karena dapat diterapkan pada berbagai kondisi, pengontrolan nutrisi mudah dilakukan, hasil produksi lebih tinggi, produk yang di hasilkan lebih seragam, kualitas produk lebih terjamin terutama dalam hal kebersihan dan keamanan produk, hemat tenaga kerja, hemat air dan pupuk, hampir tidak ada hama, serta mudah dalam perawatan dan pemeliharaan. Lalu, adakah nilai tambah dari budidaya hidroponik ini?

Tentu saja, hidroponik sebagai teknologi pertanian baru memiliki beberapa nilai tambah, salah satunya dapat dikombinasikan dengan perikanan. Seperti di rumah Bapak Haryana pemilik perusahaan Hidroponik Casa Farm, beliau menanam daun mint dan seledri di pinggir kolam ikan, air dari kolam ikan dialiri ke tanaman. 

Tanaman tidak perlu lagi diberi pupuk karena kotoran ikan sudah menghasilkan pupuk alami bagi tanaman. Air pada kolam ikan jadi tidak harus sering diganti, karena kotoran ikan yang terurai diserap oleh tanaman, sehingga air kolam tidak berbau. Menariknya dalam satu waktu panen ikan dan sayuran dapat dilakukan secara bersamaan.

Budidaya hidroponik tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga yang ekstra untuk mencangkul, karena pada budidaya hidroponik sudah tidak ada lagi pengolahan tanah. Kegiatan budidaya hidroponik dapat dilakukan di dalam ruangan, karena hidroponik biasanya dibudidayakan di dalam greenhouse, namun ada juga yang melakukannya di lahan terbuka. 

Untuk kegiatan seperti penyemaian benih pada budidaya hidroponik dapat dilakukan kapan saja, bahakan sambil duduk nyantai di depan televisi, baik itu pagi, siang, maupun malam hari.

Budidaya secara hidroponik hanya memerlukan pemantauan dan pengontrolan secara rutin. Kandungan nutrisi tanaman hidroponik harus di cek setiap hari, hal ini bertujuan agar tanaman mendapatkan nutrisi yang pas sesuai kebutuhannya. 

Pengecekean kadar nutrisi hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit, kegiatan ini biasanya dilakukan di pagi hari, setelah itu kita dapat melakukan kegiatan lainnya. keunikan lainnya dari budidaya hidroponik ini adalah kita dapat menanam tanaman yang kita inginkan tanpa tergantung oleh musim, karena kondisi lingkungannya dapat kita ciptakan sendiri.

Budidaya hidroponik dapat dilakukan dimana saja, bahkan di pekarangan rumah yang sempit. Pada saat ini hidroponik sudah banyak diminati oleh masyarakat karena keunikan dan kelebihannya. 

Banyak orang yang menjadikan hidroponik sebagai hobi, pada umumnya orang-orang yang memiliki hobi berbudidaya hidroponik mereka akan membuat instalasi hidroponik kecil-kecilan di pekarangan rumah masing-masing. Bahan-bahan dan peralatan yang digunakanpun dapat ditemukan dengan mudah, ember, baskom dan barang bekas dapat dijadikan sebagai wadah dan media dalam melakukan budidaya ini, seperti pada gambar 1 dan 2.

1. pemanfaatan peralatan rumah

Dok. pribadi
Dok. pribadi
2. Pemanfaatan barang bekas                                   

Tanaman hidroponik yang ada di pekarangan rumah dapat dijadikan sebagai peliharaan bahkan sebagai objek untuk menenangkan diri dari lelahnya kesibukan sehari-hari. 

Hal yang paling menyenangkan bagi orang-orang yang memiliki hobi hidroponik adalah mereka dapat memakan sayuran atau buah-buahan segar dan sehat yang mereka tanam sendiri. Wah, benar-benar teknik budidaya yang unik bukan???

Hidroponik juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Tanaman hidroponik dapat dijadikan sebagai hiasan atau pajangan untuk memperindah ruangan. Berbagai macam jenis bunga dapat ditanam secara hidroponik. 

Bunga ditanam didalam pot atau vas yang diisi dengan media tanam berupa hydroton dan perlite. Instalasi hidroponik mini juga dapat dijadikan sebagai pajangan yang dapat diletakkan di teras rumah dan juga dekorasi ruangan, hal tersebut dapat memperindah dan menjadikan lingkungan rumah menjadi asri, seperti pada gambar 3 dan 4.


Dok. pribadi
Dok. pribadi
3. Hidroponik di teras rumah

Dok. pribadi
Dok. pribadi
4. hidroponik untuk dekorasi

Selain sebagai hobi dan hiasan, pada saat ini sudah banyak pelaku hidroponik yang melakukan budidaya untuk sekala industri, hidroponik dijadikan sebagai media untuk berbisnis yang dapat memberikan keuntungan yang lebih maksimal. Berbagai jenis sayuran dan buah-buahan ditanam sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar.

Potensi Bisnis dan Analisa Usaha Hidroponik

Potensi bisnis hidroponik sangat terbuka lebar, Semakin hari permintaan pasar untuk produk tanaman budidaya hidroponik semakin meningkat, terutama di kota-kota besar. 

Secara umum, produksi sayuran dan buah hidroponik di Indonesia saat ini masih belum mampu memenuhi permintaan pasar. Belum lagi mengingat kebutuhan manusia terhadap pangan terus meningkat seiring kenaikan jumlah penduduk. 

Berkurangnya jumlah lahan pertanian akibat pembangunan dan industri juga menyebabkan para petani tidak lagi dapat mengandalkan metode bertanam secara konvensional. Bisnis hidroponik merupakan sebuah bisnis yang sangat kompleks, karena mulai dari sub sistem hulu sampai dengan sub sistem penunjang semua komponen dalam hidroponik dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan

Sub sistem hulu atau sub sistem off farm dapat menyumbang pemasukan besar dalam bisnis hidroponik. Biasanya setiap pelaku hidroponik yang sudah memiliki usaha skala industri, mereka juga akan mengambil kesempatan untuk berbisnis dalam penyediaan kebutuhuan peralatan dan perlengkapan hidroponik, seperti yang dilakukan oleh Hidroponik Casa Farm. Pada sub sistem ini Hidroponik Casa Farm dapat memperoleh penghasilan Rp.1.000.000 -- Rp. 5.000.000 per hari melalui penjualan online dan offline.

Pada sub sistem on farm penjualan bibit tanaman dan sayuran hasil produksi menjadi sumber pemasukan utama dalam bisnis hidroponik. Di Hidroponik Casa Farm bibit sayuran yang masih berumur satu minggu yang siap untuk dipindah tanamkan menjadi produk laris yang sering dibeli oleh konsumen yang akan melakukan budidaya hidroponik di rumah. 

Kebanyakan dari mereka lebih memilih membeli bibit dari pada menyemai sendiri karena sering mengalami kegagalan dalam penyemaian benih. Harga pokok dari 1 buah bibit hidroponik yang berumur satu minggu berkisar antara Rp. 100 -- Rp. 250, sementara harga jualnya berkisar Rp. 500 -- Rp. 700. Arifin (2016), mengatakan bahwa harga jual sayuran hidroponik bisa 5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional, harga jual yang tinggi dikarenakan sayuran hidroponik memiliki kualitas yang lebih bagus, lebih bersih, sehat dan rasanya lebih renyah dan tidak liat. Margin keuntungan sistem konvensional adalah 50%, sedangkan hidroponik marginnya 75% - 100% (Arifin, 2016).

Harga jual sayuran hidroponik seperti kangkung, sawi-sawian, dan selada berkisar antara Rp. 15.000 -- Rp. 70.000 per kilogram, tergantung pasar yang dituju. Biasanya sayuran hidroponik banyak dibeli oleh konsumen tingkat menengah ke atas yang sudah sadar tentang manfaat dan kualitas sayur hidroponik. 

Pasar lain yang dituju adalah berupa supermarket, swalayan, hotel, cafe dan restoran, serta perusahaan catering. Hal menarik lainnya dalam pemasaran produk hidroponik adalah kebanyakan dari produk hidroponik dipasarkan secara langsung, sehingga keuntungan yang diterima oleh petani lebih tinggi, berbeda dengan pertanian konvensional, kebanyakan hasil produksinya dijual ke pengepul.

Sub sistem penunjang juga memberikan sumbangan pemasukan yang besar dalam bisnis hidroponik melalui berbagai pelatihan mengenai hidroponik yang dilakukan. 

Karena hidroponik merupakan ilmu atau teknologi yang masih baru dan dalam pelaksanaannya butuh pengetahuan kusus, maka banyak orang-orang yang akan melakukan budidaya hidroponik memilih untuk mengikuti pelatihan untuk memperoleh pengetahuan tentang teknik budidaya hidroponik. 

Biaya yang dipatok juga tidak sedikit, umunya para pelaku bisnis hidroponik membuka beberapa kelas pelatihan hidroponik, seperti pelatihan hidroponik tingkat dasar bagi para pemula dan pelatihan meracik nutrisi.

Pelatihan hidroponik tingkat dasar biasanya dipatok dengan biaya sekitar Rp.300.000 -- Rp. 500.000, sementara untuk pelatihan meracik nutrisi para peserta harus mengeluarkan biaya registrasi sekitar Rp. 1.000.000 -- Rp. 2.000.000. Hidroponik Casa Farm merupakan salah satu perusahaan pelaku bisnis hidroponik yang membuka jasa pelatihan hidroponik tingkat dasar dan pelatihan meracik nutrisi. 

Biaya registrasi untuk mengikuti pelatihan tingkat dasar yang dilakukan oleh hidroponik Casa Farm adalah Rp. 350.000 per orang untuk satu hari pelatihan. Sedangkan untuk pelatihan meracik nutrisi peserta harus merogoh kocek lebih dalam yaitu sebesar Rp. 1.500.000 agar dapat mengikuti pelatihan yang diadakan selama 1 hari ini.

Negara-negara terkemuka dalam teknologi hidroponik adalah Belanda, Australia, Prancis, Inggris, Israel, Kanada, dan Amerika Serikat (Sharma, Somen, Kaushal dan Narendra, 2018). Belanda adalah pemimpin dunia dalam hidroponik komersial yang memiliki total luas lahan 13.000 ha yang ditanami tomat, capsicum, mentimun dan bunga potong. 

Di Australia produksi hidroponik untuk sayuran, jamu, dan bunga potong bernilai sekitar 300-400 juta dolar. Australia adalah produsen hidroponik terbesar di dunia, dan memiliki budidaya stroberi lebih besar dari AS dan produksi bunga potong hampir sama dengan AS. Kanada dan Spanyol juga memperluas lahan untuk sistem hidroponik komersial.

Jepang telah memulai memproduksi beras dengan teknik hidroponik untuk memberi makan rakyat. Israel dalam jumlah yang besar menanam buah beri, buah jeruk dan pisang di iklim kering dan gersang. Di India beberapa bidang tanah terlantar karena kualitas tanah yang buruk, namun ketersedian airnya cukup banyak. 

Sekarang masyarakat sehari-hari di berbagai kota besar di India menanam beberapa sayuran hijau dan rempah-rempah kecil di atap dan balkon rumah mereka. Tomat, lettuce, mentimun, dan paprika merupakan komoditi penting yang paling banyak dibudidayakan secara hidroponik di seluruh dunia. Di tanah air, komoditi yang paling populer tak jauh berbeda yakni paprika dan lettuce (Rizkika, 2015).

Analisis Usaha budidaya hidroponik menurut Sutanto (2015), yang dilakukan pada luas lahan keseluruhan seluas 150 m2, lahan yang digunakan untuk instalasi 100 m2 dengan menggunakan instalasi bertingkat membentuk huruf A sebanyak tujuh tingkat akan dapat ditanami sayuran sebanyak 11.200 tanaman dengan jarak tanam 12,5 cm. 

Total biaya investasi yang dikeluarkan adalah sekitar Rp. 67.630.000. Apabila ditanami sayuran pakcoy, biaya produksi yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.14.114.111 selama 28 hari. 

Hasil produksi bersih tanaman pakcoy adalah 630 kg, pakcoy dijual dengan harga Rp. 40.000 per kg. total pendapatan yang diperoleh dari budidaya hidroponik pakcoy selama 28 hari adalah Rp. 25.000.000 dengan keuntungan sebesar Rp. 11.085.889. Pendapatan hampir 1,5 juta sehari, siapa yang berani menolak???

Setelah melihat analisis usaha dari budidaya hidroponik, kita dapat mengetahui bahwa keuntungan yang dihasilkan dari budidaya ini sangat menggiurkan. Perputaran modal yang cepat mebuat kita semakin bersemangat untuk mencobanya. 

Jumlah keuntungan yang diperoleh akan dapat mengembalikan modal investasi setalah melakukan budiaya sebanyak kurang lebih 7 kali produksi. Keuntungan budidaya dapat ditingkatkan lagi jika tidak menggunakan greenhouse karena biaya pembuatannya sangat mahal, karena hidroponik juga dapat dikembangkan di lahan tanpa atap.

Kesimpulan dari penyataan yang mengatakan bahwa hidroponik punya nilai tambah unik adalah karena hidroponik dapat dibudidayakan di lahan terbatas namun pemanfaatan air dan pupuk yang digunakan sangat efisien, selain itu budidaya hidroponik juga akan menghemat penggunaan tenaga kerja. 

Hal yang paling menarik dari budidaya hidroponik adalah seluruh sub sistem agribisnis yang ada di hidroponik dapat dijadikan sebagai bisnis untuk memberikan penghasilan, disamping itu harga jual dari hasil produksi hidroponik dapat 5 kali lipat lebih tinggi dari budidaya konvensional karena kualitas hasil produksinya sangat terjamin, sehingga target pasar yang dituju adalah kelas menengah ke atas.

Biaya investasi yang dikeluarkan pada saat akan memulai bisnis hidroponik yang terbilang besar akan dapat kembali dengan cepat mengingat tingkat keuntungan yang besar. Itulah alasan mengapa bisnis hidroponik mempunyai nilai tambah yang unik yang patut untuk dicoba.

 

REFERENSI

Aini, N., dan Nur, A. 2018. Teknik Budidaya Tanaman Sayuran Secara Hidroponik. UB Press. Malang.

Arifin, R. 2016. Hidroponik Ala Roni Kebun Sayur. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2018. Luas Lahan Sawah -- 2017. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Rizkika, K. 2015. Hidroponik Tanpa Atap. Trubus Swadaya. Depok.

Sharma, N., Somen, A., Kausal, K., dan Narendra, S. 2018. Hydroponics as an Advance Technique For Vegetable Production. Jurnal of Soil and Water Conversation.

Sheikh, B., A. 2006. Hydroponics : Key To Sustain Agriculture In Water Stressed And Urban Environtment. Pak. J. Agri., Agril. Engg., Vet Sc. 22(2). Pakistan.

Sutanto, T. 2015. Rahasia Sukses Budidaya Tanaman Dengan Metode Hidroponik. Bibit Publisher. Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun