wa l tufsid fil-ardli ba'da ishlih wad'hu khaufaw wa thama', inna ramatallhi qarbum minal-musinn
"janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik". Ayat ini menjadi pedoman normatif bagi manusia dalam menjaga lingkungan
Adapun dalam Q.S. Al-Baqarah: 205
wa idz tawall sa' fil-ardli liyufsida fh wa yuhlikal-artsa wan-nasl, wallhu l yuibbul-fasd
"Apabila berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak menyukai kerusakan." Dalam ayat ini telah di perjelas bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
2. Pendekatan Burhani dalam Ilmu Ekologi
Pendekatan burhani memanfaatkan metode rasional dan empiris, sejalan dengan prinsip-prinsip ilmiah modern. Dalam ekologi, pendekatan ini memainkan peran penting dalam menganalisis data empiris, seperti dampak perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan penurunan keanekaragaman hayati. Burhani memungkinkan pengembangan solusi berbasis sains, seperti teknologi ramah lingkungan, model konservasi berbasis data, serta kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan demikian, pendekatan ini memberikan kontribusi konkret dalam menghadapi permasalahan lingkungan secara global.
3. Pendekatan Irfani dalam Ilmu Ekologi
Pendekatan irfani menitikberatkan pada pengalaman intuitif dan spiritual, yang mendorong manusia untuk merasakan keterhubungan mendalam dengan alam sebagai bagian dari tanda-tanda kebesaran Tuhan. Dalam ilmu ekologi, irfani menginspirasi manusia untuk mengadopsi sikap hormat terhadap alam dan menerapkan gaya hidup yang seimbang dengan lingkungan. Praktik-praktik tradisional masyarakat adat yang sering mencerminkan kearifan lokal menjadi salah satu wujud pendekatan irfani dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
4. Integrasi Bayani, Burhani, dan Irfani dalam Ilmu Ekologi
Paradigma integrasi-interkoneksi bayani, burhani, dan irfani menggabungkan kekuatan pendekatan tekstual, rasional, dan spiritual. Dalam konteks ekologi, integrasi ini dapat diterapkan melalui:
- Pendidikan Nilai-Nilai Ekologi: Mengintegrasikan ajaran keagamaan (bayani), dukungan fakta ilmiah (burhani), dan kesadaran spiritual (irfani) dalam proses pembelajaran.
- Kebijakan Lingkungan Holistik: Membentuk kebijakan yang tidak hanya berdasarkan analisis ilmiah tetapi juga mempertimbangkan nilai etika dan spiritual dalam pengelolaan sumber daya alam.
- Riset Multidisiplin: Menggabungkan data empiris dengan kearifan lokal dan nilai-nilai religius untuk menghasilkan solusi inovatif dan berkelanjutan.