Mohon tunggu...
Dini Atika
Dini Atika Mohon Tunggu... Survivor of Today -

A mom. A survivor who still trying to survive the life.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Senja di Tanah Papua

10 November 2018   00:29 Diperbarui: 10 November 2018   01:01 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.mediaadil.com/sensasi/coklat-akan-pupus-tahun-2050/

Aku dan Pak Her membopongnya kembali ke arah minibus. Saat kami kembali, Kanaya sudah berangkat menuju pondok konservasi. Kami harus menunggu 30 menit lagi sampai jemputan motor kembali datang dan sejam lagi sampai mobil jemputan tiba.

https://www.health.harvard.edu/heart-health/aspirin-for-heart-attack-chew-or-swallow
https://www.health.harvard.edu/heart-health/aspirin-for-heart-attack-chew-or-swallow
19.03

Beberapa menit lagi motor akan tiba, berikutnya yang akan dibawa ke pondok adalah Mr. Fred. Dengan sangat antusias Mr. Fred menyambut ide tersebut. Namun tiba-tiba aku menyadari wajah Pak Her berubah pucat. Ia mengeluh ada rasa sakit yang menjalar dari dagu hingga ke lengannya. Aku kenal gejala ini, tampaknya Pak Her terkena serangan jantung karena kelelahan. Dan ia tak bawa obat. Aku lari ke Mr Fred meminta saran dengan latar belakangnya sebagai seorang ahli biologi. Dia kemudian memberikan beberapa tablet dari dalam kotak obatnya. Aspirin katanya. Obat pusing. Dia menjelaskan padaku bahwa Aspirin memiliki efek untuk mencegah dan membantu meringankan gejala awal serangan jantung. Pak Her harus mengunyah aspirin dengan dosis yang tepat sesuai yang Mr. Fred kasih. Aku tak pikir panjang lagi langsung membantu Pak Her mengunyah obat dari Mr. Fred. Gejalanya mulai membaik.

Motor dari pondok sudah tiba lagi, Mr. Fred sebelum berangkat sempat mengingatkan bahwa Pak Her butuh penanganan medis di kota. Aku memutuskan Pak Her akan ikut rombongan mobil bersama keluarga Pak Lukman.

19.42

Kondisi Pak Her terlihat stabil saat mobil tiba menjemput. Mobil derek yang datang juga langsung memproses minibus kami untuk dibawa ke kota. Aku menitipkan Pak Her ke temanku untuk langsung dibawa ke rumah sakit lalu memutuskan untuk menunggu jemputan motor sekali lagi karena harus mengembalikan lighting camera Anggi serta aku juga masih bertanggung jawab terhadap mereka yang ada di pondok konservasi.

20.12

Motor pondok datang secepatnya tak lama setelah mobil pergi. Begitu sampai di pondok aku bergegas meminjam charger temanku dan menunggu kabar dari yang ke kota. Setelahnya aku menuju kamar Anggi untuk mengembalikan lighting camera yang kupinjam.

21.47

Temanku di kota mengabarkan bahwa kondisi Pak Her sudah stabil dan langsung dirujuk ke tempat rawat inap. Pak Lukman dan keluarganya sudah kembali ke hotel dengan selamat. Minibus juga sudah di bengkel. Sekarang aku mulai bisa tenang membiarkan kantuk menguasaiku setelah hari ini berlalu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun