Mohon tunggu...
Dini Atika
Dini Atika Mohon Tunggu... Survivor of Today -

A mom. A survivor who still trying to survive the life.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Senja di Tanah Papua

10 November 2018   00:29 Diperbarui: 10 November 2018   01:01 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampaknya semua sudah menyadari mobil yang mogok sudah tak bisa jalan lagi. Hampir semuanya kelihatan cemas kecuali Mr. Fred dan Anggi. Mr. Fred malah meminta izin untuk buang air di hutan sementara Anggi sepertinya mendapat bahan baru untuk Vlognya. Gadis itu sangat bersemangat berbicara di depan kamera menceritakan kondisi krisisnya saat ini, menambah tegang teman yang diajak kemari yaitu Kanaya yang tampaknya phobia gelap. Ia tak berhenti-henti menyalakan senter di handphonenya. Aku harus membuat suasana kondusif. Buatku yang terpenting adalah menenangkan Pak Lukman lebih dulu, mengenal karakternya dia harus kuajak membuat rencana bersama agar dia masih merasa memegang kendali terhadap situasi.

https://www.ormsdirect.co.za/profoto-a1-airttl-speedlight-nikon
https://www.ormsdirect.co.za/profoto-a1-airttl-speedlight-nikon
17.45

Aku dan Pak Lukman berhasil membuat semua anggota tim, termasuk Pak Her untuk masuk lagi ke dalam minibus. Kami yakin ini tempat yang lebih aman sambil menunggu jemputan dibandingkan berseliweran di luar. Namun sayangnya handphone Kanaya tampaknya sudah habis baterainya. Dia tadinya minta Pak Lukman yang masih memiliki baterai yang cukup banyak untuk menyalakan senter di handphonenya tapi aku memiliki ide yang lain. Benar seperti dugaanku Anggi memiliki lighting camera portable di dalam tasnya. Awalnya ia ragu saat kami hendak pinjam, namun ketika kami berjanji setelah Mr Fred datang kami akan menyalakan api unggun untuk menggantikan sumber cahaya dari lighting kameranya, ia setuju. Bicara soal Mr Fred, kemana dia? Aku tak bisa menghubunginya karena handphonenya jatuh saat hiking tadi.

18.02

Motor dari konservasi tiba juga akhirnya. Aku dan Pak Lukman sudah memutuskan agar Anggilah yang lebih dahulu dibawa ke pondok konservasi. Kakinya terkilir. Jika ada apa-apa akan sulit untuk lari sambil membawa gadis dewasa dengan kaki terkilir. Pak Lukman dan keluarganya sudah memutuskan untuk menunggu mobil saja, ia tidak ingin menginap di pondok konservasi karena harus terbang lagi ke Jakarta jam 7.00 pagi esok hari. Mereka mesti ikut Kompasianival 2018 katanya. Sebagai rasa terimakasih Anggi membiarkan kami menggunakan lighting kamera nya dulu, serta memberikan sebagian besar coklat untuk dibagikan ke anggota yang lain.

https://www.mediaadil.com/sensasi/coklat-akan-pupus-tahun-2050/
https://www.mediaadil.com/sensasi/coklat-akan-pupus-tahun-2050/
18.05

Langit sudah gelap dan Mr. Fred belum kembali. Aku membagikan cokelat dari Anggi ke semuanya dan tampaknya coklat itu memberikan efek. Benar yang kubaca bahwa cokelat memiliki serotonin yang bisa menurunkan kecemasan dan menimbulkan efek menenangkan. Sekarang tampaknya semua anggota tim mulai rileks.

Namun ketenangan ini tampaknya takkan berlangsung lama. Sayup-sayup aku mendengar suara peluit dari arah hutan. Itu pasti Mr. Fred. Namun hatiku gusar. Peluit jika dibunyikan berarti hanya ada satu alasan, penggunanya tidak bisa bergerak dari tempat dan meminta kita yang menemukannya.

18.46

Aku meminta Pak Her untuk menemaniku mencari sumber suara dari peluit tersebut. Pak Lukman kuminta menjaga yang lain. Kalau motor datang lagi sudah kuminta biar Kanaya saja yang naik. Aku meminjam handphonenya yang masih cukup baterai untuk sumber penerangan.

Sumber peluit datangnya dari arah lembah curam, dan benar kami menemukan Mr Fred sedang duduk tak berdaya di bawah sana. Pelan-pelan kami mencari jalan memutar untuk turun. Mr. Fred menjelaskan bahwa ia jatuh saat ia sedang berusaha mengamati tumbuhan yang unik di pinggir lembah. Dan sekarang kakinya terkilir juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun