Mohon tunggu...
Dini Aryani
Dini Aryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Geografi Bencana Gempa Bumi: Analisis Mitigasi dan Respon Tanggap Darurat di Nias Selatan Sumatera Utara

23 Desember 2023   09:55 Diperbarui: 23 Desember 2023   10:28 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

GEOGRAFI BENCANA GEMPA BUMI: ANALISIS MITIGASI DAN RESPON TANGAP DARURAT DI NIAS SELATAN, SUMATERA UTARA

Oleh :

Dini Aryani (12111324095)

Program studi pendidikan geografi, fakultas tarbiyah dan keguruan

Universitas islam negeri sultan syarif kasim riau

e-mail: 12111324095@students.uin-suska.ac.id 

ABSTRAK

Artikel ini membahas geografi bencana gempa bumi dengan fokus pada analisis mitigasi dan respon tanggap darurat di Nias Selatan, Sumatera Utara. Wilayah ini teridentifikasi sebagai zona rawan gempa, dan penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi upaya mitigasi yang telah dilakukan dan merinci respons darurat yang diperlukan. Analisis geografis mencakup pemetaan risiko gempa, identifikasi zona-zona yang rentan, dan evaluasi keefektifan infrastruktur mitigasi yang ada. Temuan menunjukkan bahwa meskipun sudah ada langkah-langkah mitigasi, masih diperlukan pembaruan dan peningkatan infrastruktur yang lebih tahan gempa. Respon tanggap darurat dievaluasi dengan mempertimbangkan sistem peringatan dini, evakuasi, dan koordinasi antarlembaga. Artikel ini menyajikan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, meningkatkan koordinasi antara pihak terkait, dan mengintegrasikan teknologi canggih dalam upaya mitigasi. Dengan memahami geografi bencana gempa bumi secara holistik, diharapkan artikel ini dapat memberikan panduan praktis bagi pihak berkepentingan dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap potensi gempa bumi di Nias Selatan, Sumatera Utara.

Kata kunci:

ABSTRACK

This article discusses the geography of earthquake disasters with a focus on mitigation analysis and emergency response in South Nias, North Sumatra. This area has been identified as an earthquake-prone zone, and this research aims to evaluate the mitigation efforts that have been undertaken and detail the emergency response required. Geographic analysis includes earthquake risk mapping, identification of vulnerable zones, and evaluation of the effectiveness of existing mitigation infrastructure. The findings show that even though there are mitigation measures in place, there is still a need to update and upgrade infrastructure that is more earthquake resistant. Emergency responses are evaluated by considering early warning systems, evacuation and inter-agency coordination. This article presents recommendations for increasing community preparedness, improving coordination between relevant parties, and integrating advanced technology in mitigation efforts. By understanding the geography of earthquake disasters holistically, it is hoped that this article can provide practical guidance for interested parties in improving preparedness and response to potential earthquakes in South Nias, North Sumatra.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di zona merah dengan aktivitas seismik karena terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia: lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia. Ketiga lempeng tersebut saling bergerak antara satu terhadap yang lain. Pergerakan relatif ketiga lempeng ini merupakan generator utama aktivitas gempa bumi di Indonesia (Harbiansyah, 2021). Pertemuan lempeng Indo-Australia yang bertabrakan di bawah lempeng Eurasia membentuk tumbukan zona subduksi sepanjang Sumatera bagian barat, selatan Jawa, dan selatan Nusa Tenggara yang dikenal dengan megatrust. Hal ini memberikan efek gempa tektonik pada jalur tersebut dan akan menyebabkan gempa bumi di masa mendatang (PuSGeN, 2017). 

Gempa hampir setiap saat terjadi di Indonesia, baik gempa yang tidak terasa hingga gempa yang merusak. Menurut data yang ada pada PuSGeN 2017 dicatat ada 51.855 gempa yang terjadi sejak 1907 sampai Agustus 2016 dengan magnitude ≥ 4,5 Mw. 

Gempa yang terjadi di wilayah Sumatera didominasi oleh gempa dengan mekanisme thrust akibat adanya proses subduksi dan gempa sesar geser seperti Sumatera dan di barat laut Sumatera (Ardiansyah, 2014). Hal ini dikarenakan pulau Sumatera merupakan wilayah yang terletak pada pertemuan dua lempeng (lempeng IndoAustrallia dan Eurasia) bergerak dengan kecepatan sekitar 60 mm/tahun (Nurdianasari, 2017). Pada bagian utara Sumatera, yaitu di sekitar Pulau Simeulue dan Nias terjadi distribusi seismisitas tinggi dengan membentuk beberapa pola yang cukup unik (PuSGeN, 2017). 

Kepulauan Nias adalah kepulauan terbesar di Sumatera, terletak di bagian barat Sumatera dan secara administratif termasuk dalam wilayah Sumatera Utara. Kepulauan Nias terletak di sebelah barat Sumatera, membuatnya rentan terhadap gempa bumi dan tsunami karena erat kaitannya dengan pengangkatan dan tingginya sedimentasi yang terjadi (Aribowo, 2014). Wilayah barat Sumatera ini juga terletak pada jalur tumbukan dua lempeng tektonik, yakni lempeng Eurasia dan lempeng IndoAustralia. Tabrakan kedua lempeng ini mengakibatkan potensi tektonik yang terjadi secara periodik. 

Kurun waktu 200 tahun terakhir, Nias telah mengalami empat kali bencana gempa bumi dan tsunami dengan skala magnitude yang besar, yaitu tahun 1861 (M=8,5), 1907 (M=7,4), 2004 (M=9,2), dan 2005 (M=8,7) (Khoiridah, 2017). Gempa bumi yang melanda wilayah Kepulauan Nias yang cukup besar terjadi pada 28 Maret 2005 merupakan musibah lanjutan yang terjadi di Aceh 26 Desember 2004. Pusat gempa terletak pada posisi 2,0657o LU dan 97,010o BT dengan kedalaman 30 Km. Kota Gunung Sitoli menjadi salah satu wilayah yang mengalami kerusakan paling parah baik dari segi bangunan, faktor ekonomi, dan jumlah korban gempa, dengan magnitudo gempa sebesar 8,7 Mw. Hal ini disebabkan letak wilayah tersebut di tepi pantai timur Pulau Nias dan pasirnya terbentuk dari endapan aluvial (sungai dan pantai) yang tidak sejajar. Adanya kondisi tanah yang buruk merupakan salah satu sumber amplifikasi yang menyebabkan terjadinya gempa bumi (Wirastin Harefa, 2019). 

Kondisi wilayah Kepulauan Nias yang rentan terjadinya gempa bumi, dilakukan analaisis Peak Ground Acceleration (PGA) menjadi salah satu parameter gempabumi yang bertujuan untuk meminimalisir efek kerusakan akibat gempabumi. Analisis PGA merupakan dampak gelombang gempa di lokasi penelitian, sehingga dapat menjadi ukuran resiko gempa bumi (Bessi, 2018). Nilai PGA dapat diperoleh melalui perhitungan metode absolut dan metode empiris. Metode absolut merupakan perhitungan nilai percepatan tanah maksimum dengan menggunakan data rekaman dari accelerograf (Sungkowo, 2018). Namun, ketersediaan accelerograf tidak merata di seluruh Indonesia digunakan pendekatann empiris untuk mendapatkan nilai PGA di Kepulauan Nias (Kusumawardani, 2020).

METODOLOGI ANALISIS 

TEMUAN 

 Dari hasil penelitian yang didapatkan terbanyak kerugian yang di timbulkan dari bencana gempa bumi di nias selatan sumatera utara. Kerugian mterian yang besar, dengan ribuan rumah dan banguanan yang mengalami rusah parah. Sektor pertanian juga terkena dampak yang serius, mengakibatkan kerugian ekonpmi yang merugikan masyarakat setempat. Korbanjiwa mencapai angka yang tragis, dengan kehilangan nyawa yang mencatat peningkatan drastis.

Kerusakan infrastrutur melibatkan jalan raya retak dan runtuh, jembatan hancur, serta ganguan pada pasokan listrik dan air bersih. Pelayanan kesehatan dan edukasi juga terpukul, memperburuk situasi krisi.

Dalam menerapkan langkah langkah mitigasi bencana pada saat terjadi gempa bumi di nias selatan terdapat keberhasilan. Karena pada saat akan terjadi gempa bumi ini sistem peringatan dini berfungsi dengan baik, sehingga memberikan kesempatan kepada warga untuk evakuasi tepat waktu. Respon tangap darurat yang cepat dan terkoordinasi antara berbagai lembaga dan pihak-pihak yang terkait termasuk lembaga pemerintahan, lembaga kemanusiaan dan relawan, membantu mengurangi dampak kerugian manusia. Kemudian keberhasilan dalam mobilitas tim tangap darurat dengan peralatan dan keterampilan yang tepat memberikan bantuan medis dan evakuasi dan masyarakat juga merespon dengan baik untuk mengikuti prosedur dan saling bekerjasama dalam situasi darurat.

PEMBAHASAN

Konteks geografi nias selatan

Nias Selatan, sebuah wilayah yang memikat di Indonesia, memiliki karakteristik geografis yang memainkan peran krusial dalam dinamika bencana alam, khususnya gempa bumi. Wilayah ini terletak di pesisir barat daya pulau sumatera yang mnyajikan gambaran geografis yang beragam dan memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Wilayah ini mengalami variasi iklim tropis yang mempengaruhi pola pertanian dan ekonomi lokal. Daerah ini rentan terhadap gempa bumi karena letaknya di zona subduksi lempeng tektonik di sepanjang batas lempeng indo-australia dan Eurasia. Secara geografis, Nias Selatan terletak di zona seismik aktif, dikenal sebagai Cincin Api Pasifik. Wilayah ini merupakan salah satu titik rawan gempa bumi di dunia, dengan aktivitas tektonik yang intens.

Faktor geologis di Nias Selatan melibatkan adanya patahan-patahan tektonik signifikan. Salah satunya adalah Sesar Mentawai yang berpotensi menyebabkan gempa besar. Akibatnya, wilayah ini sering kali mengalami peristiwa gempa yang dapat menimbulkan kerusakan serius. Pemahaman mendalam tentang dinamika lempeng tektonik dan struktur geologis di bawah permukaan menjadi kunci untuk memprediksi dan mengelola potensi bencana ini.

Topografi Nias Selatan juga memainkan peran dalam risiko gempa. Dengan kemiringan tanah dan variasi elevasi, wilayah ini dapat mengalami dampak gempa yang berbeda-beda. Terdapat potensi terjadinya longsoran tanah dan kerusakan pada pemukiman, terutama di daerah dengan kontur yang curam.

Pola pemukiman di Nias Selatan menjadi faktor lain yang penting. Faktor ini melibatkan distribusi dan karakteristik permukiman manusia. Pemukiman yang padat penduduk di daerah rawan gempa dapat meningkatkan risiko dampak sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, pemahaman tentang pola pemukiman menjadi kunci dalam perencanaan mitigasi bencana dan evakuasi cepat.

Secara keseluruhan, pemahaman holistik terhadap geografis Nias Selatan, termasuk posisi di zona seismik aktif, faktor geologis, topografi, dan pola pemukiman, menjadi landasan penting dalam upaya mitigasi risiko bencana dan pembangunan berkelanjutan di wilayah ini.

Analisis kerentanan dan dampak gempa bumi

Gempa bumi merupakan ancaman serius bagi wilayah Nias Selatan di Sumatera Utara. Faktor geologis, seperti letaknya yang berada di zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia, membuat wilayah ini rentan terhadap aktivitas seismik. Gempa besar pada tahun 2004 yang mencapai magnitudo 9,1 mengakibatkan kerusakan parah di Nias dan sekitarnya, memberikan gambaran dampak potensial yang signifikan. Pertama, kerentanan infrastruktur di Nias Selatan dapat memperparah dampak gempa. Bangunan yang tidak memadai dalam hal perencanaan anti-gempa dapat menjadi faktor penentu tingkat kerusakan. Selain itu, pemukiman di daerah rawan gempa bisa mengalami kerugian material dan korban jiwa yang tinggi jika tidak dilengkapi dengan struktur tahan gempa.

Dampak ekonomi juga akan terasa signifikan. Nias Selatan memiliki sektor pertanian dan perikanan yang penting. Guncangan dari gempa dapat merusak lahan pertanian dan infrastruktur pendukung, mengancam mata pencaharian penduduk dan ketahanan pangan wilayah tersebut. Aspek kesehatan masyarakat juga menjadi perhatian utama. Fasilitas kesehatan yang rusak dapat menghambat upaya penyelamatan dan penanganan korban. Selain itu, kondisi sanitasi yang buruk setelah gempa dapat meningkatkan risiko penyakit menular dan krisis kesehatan masyarakat. Pendidikan merupakan sektor lain yang dapat terdampak. Gempa dapat merusak sekolah dan menghentikan proses belajar mengajar, mempengaruhi perkembangan anak-anak dan menyulitkan pemulihan normalitas setelah kejadian tersebut. Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas mitigasi bencana, termasuk sistem peringatan dini, evakuasi cepat, dan pembangunan infrastruktur tahan gempa. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai langkah-langkah mitigasi dan evakuasi juga sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan meminimalkan dampak gempa di Nias Selatan. Keterlibatan komunitas lokal dalam perencanaan dan implementasi strategi mitigasi bencana akan memperkuat resiliensi wilayah tersebut. Dukungan penuh dari pemerintah pusat dan berbagai pihak terkait diperlukan untuk memastikan Nias Selatan dapat menghadapi gempa dengan lebih baik dan meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi.

Upaya mitigasi gempa bumi

Upaya mitigasi gempa bumi di wilayah Nias Selatan, Sumatera Utara, memerlukan strategi yang holistik dan terintegrasi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dan infrastruktur. Pertama, penguatan bangunan dan infrastruktur perlu diutamakan. Pembangunan atau renovasi struktural harus mematuhi standar keamanan gempa yang ketat untuk mengurangi risiko kerusakan. Kedua, penyuluhan dan pendidikan masyarakat tentang tindakan evakuasi dan perilaku aman selama gempa merupakan langkah krusial. Peningkatan kesadaran akan ancaman gempa dan tindakan yang tepat dapat mengurangi dampak buruk pada nyawa dan harta benda. Program edukasi ini dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan dan melibatkan berbagai pihak di masyarakat.Selanjutnya, sistem peringatan dini gempa bumi harus ditingkatkan. Pemasangan perangkat peringatan dini dan pengembangan infrastruktur komunikasi yang cepat dan handal dapat memberikan waktu tambahan bagi evakuasi dan persiapan.

Pengembangan zona evakuasi yang aman dan terencana juga penting. Pemerintah setempat harus bekerja sama dengan masyarakat untuk menentukan lokasi evakuasi yang strategis dan memastikan ketersediaan fasilitas yang memadai di tempat tersebut. Peran teknologi dalam mitigasi gempa juga tidak boleh diabaikan. Pemanfaatan teknologi canggih, seperti sensor gempa dan sistem pemantauan geologi, dapat membantu mendeteksi potensi gempa bumi lebih awal, memberikan kesempatan lebih besar untuk mengambil tindakan pencegahan. Terakhir, kolaborasi antarlembaga dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan upaya mitigasi. Melibatkan pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor swasta, serta membangun kapasitas lokal dalam penanggulangan gempa, akan memperkuat respons terhadap potensi risiko gempa di wilayah Nias Selatan.

Tetapi dalam hal ini ada juga tantangan yang dihadapi seperti kesulitan dalam pelatihan dan peningkatan kesadaran masyarakat terkait langkah-langkah mitigasi, sehingga membuat jalur evakuasi menjadi lebih sulit.

Sistem peringtan dini dan edukasi masyarakat

Pada umumnya sistem peringatan dini gempa bumi melibatkan teknologi pendeteksi gempa tercatat dan penyebaran informasi melalui berbagai saluran. Ini termasuk sistem peringatan otomatis yang mengirim pemberitahuan melalui pesan teks, siaran radio, televise dan sirene. Selain itu edukasi masyarakat penting untuk meningkatkan kesadaran akan perilaku yang aman selama gempa seperti berlindung di bawah meja.

Pemerintah setempat dan

Respon tangap darurat 

Respon tanggap darurat terhadap gempa bumi di Nias Selatan, Sumatera Utara, melibatkan koordinasi antara berbagai pihak seperti pemerintah, badan penanggulangan bencana, dan organisasi bantuan kemanusiaan. Langkah awal melibatkan penilaian dampak gempa untuk menentukan tingkat kegawatan dan area yang terdampak paling parah. Evakuasi segera diinisiasi untuk memindahkan penduduk dari daerah berpotensi bahaya menuju tempat-tempat aman yang telah ditetapkan.

Tim medis dikerahkan untuk memberikan pertolongan pertama kepada korban, dan fasilitas kesehatan darurat didirikan di lokasi strategis. Penyediaan bantuan medis melibatkan distribusi obat-obatan, pelayanan medis darurat, dan penanganan kasus-kasus kritis. Selain itu, posko pengungsi didirikan untuk memberikan tempat perlindungan sementara bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal.

Komunikasi yang efektif merupakan aspek kunci dari respon darurat. Sistem peringatan dini diaktifkan untuk memberikan informasi cepat kepada masyarakat terkait gempa dan tindakan yang harus diambil. Pihak berwenang juga bekerja sama dengan media untuk menyampaikan informasi terkini kepada publik.

Bantuan logistik, termasuk makanan, air bersih, dan perlengkapan lainnya, didistribusikan kepada para pengungsi. Kerja sama antara pemerintah, LSM, dan relawan lokal menjadi penting untuk memastikan bantuan mencapai yang membutuhkan dengan cepat dan efisien.

Pemulihan jangka panjang melibatkan rehabilitasi infrastruktur, rekonstruksi rumah, dan dukungan psikososial bagi korban yang mengalami trauma. Program-program ini dijalankan dengan mempertimbangkan keberlanjutan, keterlibatan masyarakat lokal, dan langkah-langkah penguatan kapasitas agar masyarakat dapat lebih siap menghadapi bencana di masa depan.

KESIMPULAN

 Nias Selatan, sebuah wilayah yang memukau di Indonesia, terletak di pesisir barat daya Pulau Sumatera, dan memiliki karakteristik geografis yang memainkan peran krusial dalam dinamika bencana alam, terutama gempa bumi. Rentan terhadap gempa karena letaknya di zona subduksi lempeng tektonik, wilayah ini merupakan salah satu titik rawan gempa di dunia, berada di Cincin Api Pasifik. Faktor geologis seperti Sesar Mentawai menambah kompleksitas risiko gempa di Nias Selatan.

Topografi yang bervariasi, dengan kemiringan tanah dan variasi elevasi, membuat wilayah ini menghadapi dampak gempa yang berbeda-beda. Pola pemukiman yang padat di daerah rawan gempa dapat meningkatkan risiko dampak sosial dan ekonomi. Dengan sektor pertanian dan perikanan yang penting, dampak gempa tidak hanya terasa pada infrastruktur tetapi juga pada mata pencaharian penduduk dan ketahanan pangan.

Analisis kerentanan dan dampak gempa di Nias Selatan menyoroti kerusakan infrastruktur, dampak ekonomi yang signifikan, risiko kesehatan masyarakat, dan dampak pada sektor pendidikan. Mitigasi risiko bencana memerlukan pemahaman holistik terhadap geografi wilayah, penguatan infrastruktur, peningkatan kesadaran masyarakat, dan kolaborasi antarlembaga.

Upaya mitigasi gempa di Nias Selatan harus mencakup penguatan bangunan, edukasi masyarakat, sistem peringatan dini yang lebih baik, pengembangan zona evakuasi, pemanfaatan teknologi, dan kolaborasi antarlembaga. Meskipun terdapat tantangan seperti pelatihan dan peningkatan kesadaran masyarakat, langkah-langkah ini diperlukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan meminimalkan dampak gempa di wilayah tersebut.

Dalam merespons gempa, koordinasi antar berbagai pihak, evakuasi cepat, bantuan medis, dan komunikasi yang efektif menjadi kunci. Pemulihan jangka panjang membutuhkan rehabilitasi infrastruktur, rekonstruksi rumah, dan dukungan psikososial. Keberlanjutan program-program ini, keterlibatan masyarakat lokal, dan penguatan kapasitas merupakan langkah-langkah penting agar Nias Selatan dapat lebih tangguh menghadapi bencana di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Aribowo, S. et. all. (2014). Deformasi Kompleks di Pulau Simeulue, Sumatra: Interaksi Antara Struktur dan Diapirisme. Riset Geologi dan Pertambangan, 24(2), 2354-6638. 

Bessi, A. M. et. al. (2018). Pemetaan Nilai Percepatan Tanah Maksimum Dengan Metode Deterministic Seismic Hazard Analysis Di Lokasi Pembangunan Observatorium Nasional Desa Bitobe Kecamatan Amfoang Tengah Kabupaten Kupang. Jurnal Fisika, 3(1), 25035274.

Harbiansyah. et. all. 2021. Studi Penentuan Percepatan (Accleration) Tanah Daerah Ampana, Balikpapan, Bone, Bulukumba, Bau-Bau Akibat Gempabumi Dongala 28 September 2018. Jurnal Geosains Kutai Basin, 4(1).

Khoiridah, S. et. all. (2017). Validasi Potensi Tsunami Berdasarkan Estimasi Durasi Patahan dan Pemodelan Tsunami di Wilayah Barat Sumatra (Studi Kasus: Gempa Bumi Nias 2005 dan 

Mentawai 2010). Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 2(1), 39-54. 

Kusumawardani, B. N. et. al. (2020). Analisis PGA (Peak Ground Acceleration) Pulau Lombok Menggunakan Metode Pendekatan Empiris. Jurnal Fisika Dan Aplikasinya, 16(3), 122–127. https://doi.org/10.12962/j24604682.v16i3.637 2

Nurdianasari, I., Awaluddin, M., & Janu Amarrohman, F. (2017). Analisis Deformasi Postseismik Gempa Nias 2005 Menggunakan Data GPS. In Jurnal Geodesi Undip, 6(4). 

Pusat Studi Gempa Nasional (Indonesia), & Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (Indonesia). (2017). PuSGeN 2017

Sungkowo, Ari. (2018). Perhitungan Nilai Percepatan Tanah Maksimum Berdasar Rekaman Sinyal Accelerograph di Stasiun Pengukuran UNSO Surakarta. Apllied Physycs, 8(1).  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun