Mohon tunggu...
Dini Ariani
Dini Ariani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi Pendidikan Ipa Universitas Pancasakti Tegal

Universitas Pancasakti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Macam-Macam Teori Pengukuran

19 Maret 2023   15:35 Diperbarui: 19 Maret 2023   15:45 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Teori pengukuran sendiri dibutuhkan karena dua alasan yang pertama teori dipakai sebagai dasar pengembangan alat ukur yang mana teori menjelaskan asumsi atau kondisi ideal mengenai pengukuran atau alat ukur. Kedua,teori dipakai sebagai dasar evaluasi alat ukur,kualitas alat ukur yang dikembangkan dievaluasi berdasarkan teori tersebut.

Teori pengukuran memiliki 2 bagian yaitu, teori skor murni klasik dan tes modern. Pada teori skor murni klasik memiliki rumusan sebagai berikut :
X = T + E
X = Skor Tampak
T = Skor Murni
E = Eror Pengukuran

Contoh dari bentuk - bentuk skor tampak adalah skor mentah,skor terstandar,skor tes,skor subtes,skor persentil. Namun manusia bisa memprediksi dan mengestimasinya harga dari skor murni ini. Eror sendiri adalah sesuatu yang menyesatkan yang menyebabkan informasi yang dihasilkan dari sesuatu menjadi tidak akurat. 

Pengertian tersebut sama dengan incorrect tetapi memiliki perbedaan antara eror dan incorrect yakni apabila eror ialah kesalahan yang menyesatkan sehingga informasi yang benar menjadi memiliki rendah unsur kebenarannya. Selain itu incorrect merupakan kesalahan yang dikarenakan pengambilan keputusan yang diambil tidak sesuai dengan sesuatu yang dijadikan acuan.

Eror pengukuran dapat membuat skor tampak menjadi lebih rendah dari skor murni. Namun jika di rata - ratakan maka,rerata eror adalah 0. Ketika di tes dengan alat ukur yang sama sebanyak ribuan kali (tanpa kelelahan,kebosanan,faktor belajar). Pada prinsipnya menyatakan bahwa eror pengukuran menimpa pada individu secara acak. 

Tidak pandang bulu,kemampuan tinggi atau rendah semuanya mendapat eror. Baik ukurannya besar atau kecil,maupun arahnya positif atau negatif. Korelasi antara T dan E sangat tinggi. Prinsip ini tidak berlaku di teori pengukuran klasik,karena besarnya angin (eror) menerpa siapa saja dengan kuantitas yang secara acak. Prinsip ini tidak berlaku di teori pengukuran klasik, karena besarnya angin (eror) menerpa siapa saja dengan kuantitas yang secara acak.

Untuk mendapatkan informasi skor murni,pengukuran secara berulang - ulang agar distribusi eror mendekati 0 dan rerata skor tampak mendekati harga skor murni. Untuk mendapatkan informasi skor murni,lakukan pengukuran dengan tes yang panjang (banyak butir) agar distribusi eror mendekati 0 dan rerata skor tampak mendekati harga skor murni.

Selain teori tes klasik dan modern ada pula bagian dari teori tes modern dan merupakan perbaikan dari teori klasik yang dikenal sebagai teori respon butir. Ada beberapa upaya untuk memadukan subjek dan butir dalam satu skala. Tingkat kesulitan butir (P) : P butir-1 = 0,5 dan butir-2 = 0,3. Belum tentu butir -2 lebih sulit dibanding dengan butir -1. 

Selanjutnya pada daya diskriminasi, daya butir diamsumsikan didapatkan dari subjek dengan level secara umum, reabilitasnya berdasarkan pada karakteristik sampel. Untuk hasil pemaduaan antara subjek dan butir di dapatkan parameter butir bersifat invarian pada kelompok 2 di dalam populasi kemudian parameter reabilitasnya bersifat invarian pada setiap butir di dalam tes.

Analisis regresi linier memiliki persamaan sebagai berikut : Y = B0 + B1 + E. B0 = Intersep sendiri menunjukan nilai unit ketika B1= 0 sedangkan B1 = Slope/Kemiringan memiliki tiga makna yakni : 1.) Menunjukan peranan X terhadap perubahan Y, 2.) Semakin besar semakin besar peranan tersebut, 3.) Dalam psikometrika,slope dapat mempresentasikan butir-total.

Selain itu pula ada yang disebut parameter kemiringan slope yaitu, kemiringan garis menunjukan besarnya kontribusi itu dalam membedakan (mendeskriminasikan) kemampuan (atau ciri sifat) yang diukur. Kemudian jika semakin miring semakin besar pula kontribusinya. Selanjutnya jika kemiringan garisnya terbalik,misalnya sebuah butir justru mengukur kemalasan padahal ada di dalam tes yang mengukur kerajinan.

Model adalah suatu konsep yang dianggap sebagai suatu yang ideal dan sederhana yang dibuat untuk menilai atau menjelaskan fenomena empiris. Misalnya menggunakan model linier untuk meninjau data,maka untuk melihat data menggunakan cara pandang linier pula. 

Ada beberapa jenis model yakni model kaku yang merupakan model yang cerewet dan terlalu banyak hal yan harus dipenuhi misalnya tidak boleh ada lekukan. 

Selanjutnya ada pula model luwes yakni model yang tidak cerewet. IRT sendiri tidak hanya berisi satu model,akan tetapi memiliki tiga jenis model. Teori respon butir sendiri menggunakan model kurva logistik ogive dan model kurva normal ogive.

Persamaan yang digunakan oleh IRT terdiri dari dua komponen,yaitu orang (sumbu x) dan butir (sumbu y). Jika dijelaskan dalam bentuk persamaan hasilnya adalah probabilitas (P) menjawab benar pada sebuah butir ditentukan oleh kemampuan orang (theta) dan parameter butir. Parameter butir sendiri terbagi menjadi empat yaitu daya diskriminasi, tingkat kesulitan dan tebakan semu. 

Koefisien B0 membuat baselin keluaran (y) berbeda-beda. Dalam IRT baselin mencerminkan adanya peluang individu untuk melakukan tebakan. Sama dengan regresi linier, koefisien a di dalam model IRT daya diskriminasi butir bervariasi. 

Ada butir yang memiliki daya beda rendah dan tinggi. Ada satu koefisien yang di dalam regresi yang dapat menunjukan lokal garis regresi. Adanya koefisien ini menyebabkan lokasi garis regresi berpindah ke kanan/kiri. Dalam IRT lokasi menunjukan parameter tingkat kesulitan butir. Orang dengan kemampuan sedang memiliki peluang yang besar menjawab benar pada butir merah dibanding biru.

Daya beda butir bervariasi yang terlihat dari kemiringan yang sama dengan baselin mendekati 0. Model teori respons butir dibagi menjadi teori klasik dan teori modern. Model IRT IPL sederhana dan membutuhkan ukuran sampel yang tidak sebesar model 2PL atau 3PL namun kurang dapat menunjukan adanya butir yan problematik karena memiliki daya diskriminasi negatif.

Diantara keduanya antara teori tes klasik dan teori tes modern memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Mana yang lebih unggul? Pada eror standar pengukuran prinsip lamanya kesalahan standar pengukuran berlaku untuk semua skor dalam populasi tertentu. Sedangkan pada prinsip baru standar pengukuran berbeda di semua skor tetapi digenerealisasikan di seluruh populasi. Teori tes klasik menghasilkan informasi mengenai eror standar,satu untuk semua. 

Artinya, satu tes hanya memiliki satu eror standar pengukuran. Selain itu pada prinsip lama tes yang panjang akan menghasilkan skor yang reliabel dibanding dengan tes yang pendek dan prinsip baru adalah pada tes yang pendek bisa menghasilkan skor yang lebih reliabel dibanding dengan tes yang panjang.

Di dalam statiska,sebuah statistik dapat dipercaya alias bukan karena faktor kebetulan jika informasinya didapatkan dari banyak orang. Konsep mengenai properti psikometris pada teori tes klasik juga demikian,sebuah pengukuran akan menghasilkan informasi yang terpercaya dan bukan disebabkan faktor eror pengukuran jika dihasilkan dari pengukuran dalam jumlah banyak.

Pada IRT prinsip lamannya perbandingan skor antar tes akan optimal jika tes yang dibandingkan itu paralel sedangkan prinsip baru perbandingan skor antar tes akan optimal jika tes yang dibandingkan itu tingkat kesulitannya bervariasi. Dilihat dari karakteristiknya kualitas hasil pengukuran tergantung dan karakteristik sampel sedangkan prinsip barunya kualitas pengukuran tidak tergantung dari karakteristik sampel. Tingkat kesulitan butir pada teori tes modern, tidak berubah meskipun dipakai untuk sampel berbeda dan dibandingkan dengan tes yang berbeda.  

Skor tampak (T) ialah nilai harapan yang didapatkan dari pengukuran,dalam hal ini adalah skor X sehingga simbolnya adalah e(X) = T. Nilai harapan ini didapatkan dari rerata dari skor tampak ketika di tes dengan menggunakan alat yang sama, skor tampak kadang tinggi dan kadang rendah. Rerata skor tampak (X) yang sama dapatkan adalah mendekati skor murni (T). Pada prinsipnya menyatakan bahwa eror pengukuran menimba pada individu secara acak. Tidak pandang bulu,kemampuannya tinggi atau rendah semuanya mendapatkan eror. Baik ukurannya besar atau kecil, maupun arahnya positif atau negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun