Mohon tunggu...
Dini Meilani
Dini Meilani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Freelancer Content Writer/SEO

Kadang seneng nulis tipis-tipis, tapi kalo cari tulisan non-opini bisa cek artikelnya di urbangarut.com. Boleh juga cek ke ig saya di @dinimmeilani

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaknai Arti Toleransi Ala Habib Ja'far: Berbeda Tapi Bersama

13 Februari 2024   10:04 Diperbarui: 13 Februari 2024   10:14 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Onad akan aktif bertanya mengenai hal-hal seputar agama Islam, dan kemudian habib Ja'far akan menjawab dan menjelaskannya. Tak jarang keduanya saling bertukar pendapat, namun tanpa menjatuhkan satu sama lain, sebagaimana diketahui Onad sendiri adalah seorang non-muslim.

Dari dialog tersebut kita bahkan bisa melihat adanya hubungan pertemanan yang baik serta rasa toleransi antara habib Ja'far dan Onad yang notabene-nya "berbeda". Yang mana, hari ini masih banyak orang yang enggan menjalin hubungan sosial dengan mereka yang tidak seagama dengannya atau mereka yang dianggap berbeda dengan dirinya. Padahal sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Jika dia bukan saudaramu dalam agama, maka dia adalah saudaramu dalam kemanusiaan".

Selain itu, konten "Log In" yang tayang di kanal YouTube @Deddy Corbuzier ini juga kerap mengundang para pemuka agama lain sebagai bintang tamu.

Pernah dalam salah satu episode "Log In" diundang seorang bhante, pemuka agama Buddha. Dalam episode tersebut terjadi dialog dimana sang bhante tersebut mengatakan bahwa cara untuk masuk agama Buddha adalah sadar. Kata "log in" sendiri kerap disematkan untuk mewakili ajakan untuk saling masuk ke agama satu sama lain.

Lalu, bhante tersebut memancing habib Ja'far dengan bertanya apakah dirinya sudah sadar. Dengan agak kebingungan habib Ja'far lantas menjawab kalau dirinya sudah sadar. Lantas bhante tersebut mengatakan, "nah itu log in". Keduanya pun akhirnya tertawa.

Habib Ja'far kemudian bercanda dengan nada tanya bahwa cara "dakwah" bhante untuk mengajak orang lain log in ke agama Buddha banyak menggunakan cara prank. Keduanya lantas tertawa, demikian pula dengan Onad selaku pembawa acara.

Dari percakapan tersebut kita bisa melihat dan menilai bahwa ternyata dapat terjadi dialog yang se-asyik itu antara dua pemuka agama yang berbeda tanpa adanya ketersinggungan. 

Dari sini kita bisa meneladani sikap toleransi yang begitu tinggi antara mereka. Jika pemuka agama saja yang ilmunya sudah tinggi mau untuk saling menghormati, kenapa kita yang masih biasa-biasa ini mau menyombongkan diri dan jadi manusia yang intoleran?

Selain itu, dari percakapan tersebut pula kita melihat kalau pembawaan dakwah ala habib Ja'far begitu santai dan tidak kaku, namun tentunya tetap berisi walaupun sering diselingi dengan canda dan guyonan, sehingga pesan dakwah bisa diterima dengan baik.

Dengan demikian, dari beberapa contoh di atas dapat kita simpulkan kembali bahwa toleransi seharusnya bukan merupakan sesuatu yang luar biasa. Ketika seorang habib duduk bersama dengan bhante ataupun pendeta, seharusnya pemandangan semacam itu menjadi hal yang biasa dalam realitas kehidupan sehari-hari.

Toleransi beragama khususnya, harus bisa menjadi sesuatu yang tak lagi asing karena sejatinya dalam Islam pun Allah dan Rasul-Nya mengajarkan umat muslim untuk bersikap toleran termasuk dalam beragama. "Untukmu agamamu dan untukku agamaku" (Q.S Al-Kaafirun: 7). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun