Suatu hari saat melewati sebuah jalan  di Kota Malang, mata saya terpaku pada tulisan di sebuah depot. Di menu yang terlihat dari jalanan tertulis kompiang. Sebenarnya kompiang itu makanan seperti apa ya? Karena penasaran, mampirlah saya di depot Semeru yang terletak di Jalan Semeru 46.Â
Setelah bertanya kepada mbak penunggu depot, diberikanlah sebuah roti bulat dengan taburan wijen di atasnya. Yang mengejutkan, roti ini keras tidak seperti roti pada umumnya. Â Seperti mengerti keheranan saya, bu Agustine pemilik depot menghampiri saya dan menerangkan roti ini.Â
Roti ini enak disajikan dengan teh hangat ataupun kopi. Dalam sehari, bu Agustine bisa membuat sebanyak 30 buah roti kompiang. Roti ini sebenarnya tahan lama tapi demi menjaga kualitasnya, sang pemilik depot tidak akan menjual roti sisa kemarin dan akan membuat roti baru setiap hari.
Sejarah kompiang ini menarik untuk diceritakan. Â Makanan ini dicetuskan oleh Qi Jiguang , seorang panglima perang di Fujian pada tahun 1562. Saat bertempur dengan perompak Jepang, pihaknya selalu dapat dideteksi keberadaaanya oleh musuh dari aroma masakan yang disediakan untuk pasukannya.Â
Sedangkan pihak lawan membawa bekal nasi kepal (onigiri) sehingga bisa lebih mudah menyerang pihak Cina dan juga sulit dideteksi keberadaannya karena tidak ada aktivitas memasak.Â
Akhirnya Qi Jiguang menyusun strategi dengan membuat makanan yang setipe dengan onigiri. Â Tekstur makanan itu sengaja dibuat keras sehingga tidak mudah hancur dan tahan lama. Selain itu , bagian tengahnya diberi lubang untuk menyelipkan tali dan bisa dibawa dengan mudah di leher.Â
Berkat ide itulah akhirnya perompak jepang bisa dikalahkan. Untuk mengenang kemenangan itu, maka makanan ini disebut sebagai Guang Bing atau Guang Biang yang akhirnya menjadi Kompiang atau Kompia di negara kita.
Awalnya Kompiang menyebar di Indonesia  dari para saudagar  Cina yang datang untuk berdagang. Karena keawetannya, makanan ini pun dikenal di berbagai kota dan daerah, seperti Semarang, surabaya, Malang, Solo, Kupang dll. Uniknya makanan ini menjadi makanan khas di Nusa Tenggara Timur. Dari beberapa artikel yang saya temui disebutkan bahwa tak lengkap rasanya kalau bertandang di NTT bila tak mencoba kompiang .Â
Namun ada sedikit perbedaan cara penyajiannya. Di NTT, Kompiang digoreng setelah dipanggang, pun teksturnya dirasa lebih lembut . Namun demikian tetap awet dan tahan lama. Â
Di masa kini memang tidak banyak yang mengenal makanan ini. Keberadaannya tersisihkan dengan jenis makanan lain yang terus bermunculan. Untuk mengatasinya beberapa toko membuat Kompiang dengan isian seperti  toko Kompyang Karimunjawa di daerah Jl Bintan Malang  yang menjualnya  dengan isian babi, jamur dan rumput laut.Â
sumber foto dan video:1. victor Daud (google)2. tmsrecipes.wordpress.com3. kompastv on youtube
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H