Mohon tunggu...
Dini Maulidia
Dini Maulidia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi suka melihat coc, konten nya tentang coc

Selanjutnya

Tutup

Book

Sang Patriot: Kapten Tendean

4 Agustus 2024   20:33 Diperbarui: 4 Agustus 2024   20:50 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambarpahlawanku.blogspot.com

Kehidupan Awal

Pierre Andreas Tendean lahir pada 21 Februari 1939 di Jakarta. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Dr. A.L. Tendean, seorang dokter keturunan Minahasa, dan Maria Elisabeth Cornet, keturunan Prancis. Pierre tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mendukung pendidikan dan disiplin.

Pendidikan dan Karier Militer

Pierre menyelesaikan pendidikan dasarnya di Jakarta dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di Semarang. Setelah lulus SMA, Pierre memasuki Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung, dan kemudian melanjutkan ke Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, lulus pada tahun 1961.
Setelah lulus, Pierre mengikuti pelatihan intelijen dan menjadi perwira intelijen. Ia kemudian ditugaskan sebagai ajudan dari Jenderal Abdul Haris Nasution, seorang tokoh penting dalam sejarah militer Indonesia.

Peristiwa G30s/Pki

Pierre Tendean menjadi korban dalam peristiwa G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia), sebuah kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer yang menamakan diri mereka sebagai Gerakan 30 September pada tahun 1965. Pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965, pasukan dari Gerakan 30 September menculik dan membunuh beberapa jenderal TNI.
Pierre Tendean, yang pada saat itu berusia 26 tahun, sedang berada di rumah Jenderal Nasution. Ketika pasukan Gerakan 30 September menyerbu rumah tersebut, Pierre mengaku sebagai Jenderal Nasution untuk melindungi atasannya. Ia kemudian dibawa oleh pasukan tersebut dan dibunuh di Lubang Buaya, bersama dengan para jenderal lainnya.

Penghargaan dan Pengakuan
Pierre Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi oleh pemerintah Indonesia atas pengorbanannya. Namanya diabadikan sebagai salah satu simbol keberanian dan dedikasi dalam melindungi bangsa. Monumen Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya, Jakarta, didirikan untuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam peristiwa tersebut, termasuk Pierre Tendean.


Warisan
Pierre Tendean menjadi simbol keberanian dan pengorbanan bagi generasi muda Indonesia. Jalan-jalan dan berbagai tempat di Indonesia dinamai untuk menghormatinya, termasuk Jalan Pierre Tendean di Jakarta. Sejarah hidupnya terus menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menjalani tugas dan pengabdian kepada negara.

Sumber :

Buku biografi Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi

Biografi resmi Pierre Andries Tendean

Tim penulis : Abie Besman 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun