"Mohon untuk tidak turun dari kapal" ucap polisi yang mencegah kapal Dimara
Dimara pun akhirnya menyakinkan polisi tersebut dengan menyakini polisi dengan alasannya
"Tidak pak saya tidak akan turun dari kapal,justru saya akan menjaga pasukan saya agar tidak turun dari kapal" ucap JA Dimara
   Polisi pun terbujuk,ia menyerahkan semua semuanya kepada JA Dimara.
6 April 1946 Adam memberi semangat "inilah saatnya untuk menghabisi belanda"
Semua pasukan pun akhirnya kembali bangkit mempunyai semangat yang tinggi setelah mendengar kalimat semangat itu. Lalu Johannes Abraham Dimara dipilih oleh pasukannya sebagai seorang pemimpin karena sosok Dimara yang sangat berani dan bertanggung jawab pada masa pendudukan Jepang ia pun dinobatkan sebagai pemimpin. Anton Papilaya juga dipilih sebagai pemimpin karena ia juga merupakan sosok yang pemberani yang datang dari Jawa.
   Pagi hari pasukan Belanda telah menguasai dan melakukan operasi pembersihan. Para Kepala Kampung pun bertanya.
"Siapa yang mempunyai serangan" tanyanya
Johanes Abraham Dimara dan Anton Papilaya menjawab
"SAYAAA" jawab keduanya
"Ayo tangkap mereka" ucap pasukan Belanda
   Johannes Abraham Dimara dan Anton Papiliya pun tertangkap langsung dibawa oleh pasukan Belanda ke pengadilan untuk diberikan hukuman. Tetapi nasib JA Dimara lebih baik ia berhasil melarikan diri.
   Johannes Abraham Dimara berlari dengan sangat Cepat.
"Blughhh" suara Dimara menabrak orang
"Maaf pak" ucap Dimara
"Kamu kenapa nak" tanya Kepala Kampung
"Tidak apa apa pak saya hanya dikejar oleh pasukan Belanda saja" ucap Dimara
"Ohh rupanya kamu sedang dikejar pasukan Belanda yaa,yasudah ikut aku saja aku akan melindungimu" ucap Kepala Kampung
Â
   Tanpa pikir panjang Johannes Abraham Dimara pun mengikuti Kepala Kampung tersebut dan ia diberi sebuah perahu untuk melarikan diri untuk menjauhi pasukan Belanda dan keluar dari Pulau Buru.
   Saat sedang mendayung perahu Johannes Abraham Dimara mengarahkan perahunya ke Pulau Sanana. Ternyata tak disangka Kepala Kampung tidak benar benar membatu Johannes Abraham Dimara untuk melarikan diri dari pasukan Belanda melainkan sebaliknya. Kedatangannya dilaporkan oleh Kepala Kampung,lalu ia pun kembali dikejar oleh para pasukan Belanda.
   Akhirnya Johanes Abraham Dimara, Abdullah Kaban dan Adam Patisahursiwa mantan asisten wedana ditangkap, ditahan di kantor polisi Sanana. Pasukan Belanda pun menyarankan mereka untuk diborgol Karena takut mereka melarikan diri lagi,Kepala Polisi memerintahkan tangan mereka diborgol. Ketika kapal penjemput datang dari Ambon, mereka diangkat ke sebuah sekoci.
"Ikat mereka berdua masukan ke dalam karung. Ikat sampai pinggang!", perintahnya
"Baik " ucap pasukannya
JA Dimara, Abdullah Kaban dan Adam Patisahursiwa dalam posisi tangan terikat, kaki dalam karung ia digelandang ke sekoci. Saat turun dari kapal langsung diangkut ke penjara Pohon Pale, yang sudah disiapkan oleh pegawai penjara.
   Pada akhir bulan Desember 1949, Dimara dibebaskan dari penjara karena perubahan situasi politik. Pemerintah Belanda telah mengakui kedaulatan RI.
Setelah melewati perjuangan panjang, akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.
   Johannes Abraham Dimara kemudian bergabung dengan Batalyon Pattimura APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) dan ikut serta dalam operasi militer RMS (Republik Maluku Selatan).